Ekuinoks: Hari Tanpa Bayangan

Ekuinoks

Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut Kulminasi Utama atau lebih dikenal sebagai Hari Tanpa Bayangan.

Oleh. Tsuwaibah Al-Aslamiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Fenomena ekuinoks menjadi suatu hal yang niscaya bagi negara yang berada pada lintasan garis khatulistiwa atau garis ekuator. Ekuinoks merupakan peristiwa berkala, namun dampaknya tidak seekstrem heatwave (gelombang panas) yang biasa terjadi di Amerika, Eropa, dan Afrika. 

Dilansir dari CNN Indonesia (23/9/2023), bahwa pada Sabtu 23 September 2023 fenomena astronomi ekuinoks akan menyapa Indonesia, dimulai pada 08.03WIB/09.03 WITA/10.03 WIT. Saat itu jarak matahari-bumi mencapai 150.147.520 km. Fenomena ini bagian dari kulminasi Indonesia, sebab posisinya ada di garis khatulistiwa.

Secara umum, masyarakat masih awam terhadap fenomena ini. Lantas apa itu ekuinoks? Apa saja ciri dan dampaknya? Bagaimana cara mengantisipasi kenaikan suhu? Bagaimana pula pandangan Islam dalam memaknai fenomena astronomi ini? 

Mengenal Ekuinoks

Dikutip dari laman Kominfo, ekuinoks berasal dari bahasa latin yakni equinox dari kata aequus artinya sama dan nox artinya malam. Maknanya adanya kesamaan waktu pada siang dan malam hari yakni 12 jam disebabkan fenomena ekuinoks .

Menurut Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa yang merupakan bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ekuinoks adalah fenomena ketika matahari melintasi ekuator atau garis khatulistiwa, terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada 20-21 Maret dan 23 September. Puncaknya terjadi pada tengah hari dalam bentuk fenomena kulminasi atau biasa dikenal sebagai “Hari Tanpa Bayangan”, khusus pada kota-kota yang berada tepat di lintasan garis khatulistiwa. Misalnya Pontianak Kalimantan Barat, puncak ekuinoks pada pukul 11.35.16 WIB (detik.com, 21/0/2023).

Ekuinoks merupakan bagian dari kulminasi Indonesia, sebab posisi wilayah Indonesia berada di lintasan garis khatulistiwa. Adapun kulminasi adalah fenomena ketika matahari berada tepat pada posisi tertinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut Kulminasi Utama atau lebih dikenal sebagai Hari Tanpa Bayangan. Mengapa disebut demikian? Karena saat fenomena itu terjadi, posisi matahari tepat berada di atas kepala pengamat (titik zenit). Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat “menghilang”, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. 

Berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat, fenomena ekuinoks ini dimasukkan dalam tradisi budaya dan agama. Di Jepang misalnya, ekuinoks ini dijadikan hari libur umum untuk mengingat dan menyembah leluhur dan orang tersayang yang telah tutup usia. Beda halnya dengan Kamboja, di negara ini terdapat deretan monumen kuno yang menandai ekuinoks, saat fenomena itu terjadi matahari terbit tepat di atas candi pusatnya di antara kompleks candi Hindu Angkor Wat. Kompleks candi ini menjadi monumen keagamaan terbesar di dunia dengan luas 162 hektar. Senada dengan Land of the Khmer, Meksiko pun memiliki kuil Maya di Chichen Itza atau lebih tenar dengan panggilan kuil Kukulcan (El- Castillo). Pada abad 8 hingga 12 kuil ini didedikasikan untuk dewa ular. Mengapa? Sebab saat ekuinoks, tampak seakan-akan ada seekor ular yang turun ke sisi kuil dan melanglang buana ke dunia bawah. Padahal itu semua hanyalah tipuan cahaya, efek dari fenomena astronomi ekuinoks (cnnindonesia.com, 23/9/2023).

Ciri dan Dampak Ekuinoks

Mengutip dari laman BMKG, berikut ciri-ciri dari fenomena ekuinoks:

  1. Bagian luar bumi relatif sama dengan wilayah yang berada di bagian subtropis pada belahan utara dan selatan.
  2. Bumi dan matahari berjarak dekat, konsekuensinya pada wilayah tropis di lintasan garis ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari yang optimal.
  3. Peningkatan suhu tidak signifikan, ada di kisaran 32-36 derajat celcius.
  4. Fenomena ini berlangsung singkat.
  5. Siang dan malam memiliki durasi waktu yang sama, yakni 12 jam. 

Adapun dampak yang ditimbulkan dari ekuinoks adalah pergantian musim setiap bulan Maret dan September, terutama bagi negara-negara subtropis dan berlintang tinggi. Ekuinoks Maret menandai awal musim semi dan akhir musim dingin di belahan bumi utara serta awal musim gugur dan akhir musim panas di belahan bumi selatan. Maka hal yang sebaliknya pada ekuinoks September. Dengan kata lain, vernal equinox (titik musim semi matahari) menandai awal musim semi, terjadi pada 20 Maret di belahan bumi utara dan 23 September di belahan bumi selatan. Sebaliknya, autumnal equinox (titik musim gugur matahari) menandai awal musim gugur, terjadi pada 23 September di belahan bumi utara dan 20 Maret di belahan bumi selatan (Wikipedia)

Bagi Indonesia, ekuinoks Maret menjadi tanda pancaroba dari hujan ke kemarau. Sedangkan ekuinoks September menjadi tanda peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Adapun wilayah nusantara yang mengalami ekuinoks antara lain Bonjol dan Pasaman Barat (Sumatra Barat), , Pangkalan Lesung, Lipat Kain (Riau), Tanjung Teludas (Kepulauan Riau), Pontianak (Kalimantan Barat), Tumbang Olong (Kalimantan Tengah),  Bontang dan Santan Hulu (Kalimantan Timur), Long Iram (Kutai Barat), Tinombo Selatan (Sulawesi Tengah), dan Raja Ampat (Papua Barat Daya).

Lantas, bagaimana dengan wilayah di luar garis khatulistiwa? Apakah kulminasi juga terjadi di wilayah di luar garis khatulistiwa? Jawabannya ternyata tidak, sebab setiap daerah memiliki hari kulminasi masing-masing. Misalnya, Pulau Jawa mengalami Hari Tanpa Bayangan antara 6-14 Oktober 2021. Saat itu radiasi matahari yang diterima wilayah ini lebih besar karena sinar yang datang tepat tegak lurus permukaan bumi (Kompas.com, 23/9/2023).

Cara Mengantisipasi Kenaikan Suhu

Meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menegaskan bahwa  ekuinoks ini merupakan fenomena biasa yang tidak mengakibatkan kenaikan suhu secara signifikan, juga tidak membahayakan kesehatan. Namun, alangkah bijaksananya jika kita tetap mengantisipasi perubahan suhu agar tidak berdampak pada kondisi kesehatan kita.

Dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, menurut ahli gizi Fakultas Kedokteran UGM, peningkatan suhu udara walaupun tidak terjadi secara ekstrem, tetap berpeluang memicu terjadinya dehidrasi. Oleh karena itu, disarankan masyarakat minum setidaknya 8 gelas sehari atau disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Sebab jika dehidrasi sampai terjadi, hal itu bisa menurunkan imunitas tubuh dan rentan terhadap penyakit. Bahkan, bisa menimbulkan infeksi tubuh seperti radang tenggorokan, infeksi kandung kemih, dan lainnya. Oleh karena itu harus ditunjang oleh pola makan dengan gizi seimbang (karbohidrat, lemak, protein, mineral, serta vitamin sesuai dengan kebutuhan tubuh), pola hidup sehat, dan olah raga yang teratur.

Pandangan Islam

Fenomena ekuinoks merupakan salah satu bukti kebesaran Allah Swt. dan perubahan musim yang terjadi di dunia membuktikan bahwa kecepatan bumi mengitari porosnya berbeda dengan kecepatan yang dibutuhkan bumi untuk berevolusi terhadap matahari. Betapa sempurnanya pengaturan Allah terhadap apa saja yang Dia ciptakan, jika Dia berkehendak bisa saja sepanjang tahun ditetapkan musim yang sama, namun itu tak dilakukan. Perbedaan musim itulah yang akan memicu munculnya bentuk kehidupan yang beragam di bumi ini. Allah Swt. berfirman:  

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran) bagi orang-orang yang mengerti.”

(QS. Al-Baqarah: 164)

Allah menciptakan matahari, bulan, bumi  beserta planet-planet lain, sistem bintang, galaksi berputar pada porosnya dan juga beredar pada orbitnya dalam suatu gerakan berpindah (revolusi). Bahkan, matahari memiliki kecepatan bergerak sebesar 720.000 kilometer per jam ke arah bintang vega yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya: 

وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

 “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

(QS. Al-Anbiya: 33)

Begitu pula dengan adanya pergantian siang dan malam, hal tersebut terjadi karena adanya perputaran bumi pada garis edarnya. Inilah yang dimaknai dari firman Allah Swt. : 

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

(QS. Ali-Imran: 190)

Bahkan, berkaitan dengan hujan. Jauh sebelum para ilmuwan menemukan teori mengenai siklus hujan, Al-Qur’an sudah terlebih dahulu menjelaskan tentang peristiwa alam ini dalam ayat berikut: 

ٱللَّهُ ٱلَّذِى يُرْسِلُ ٱلرِّيَٰحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُۥ فِى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ يَشَآءُ وَيَجْعَلُهُۥ كِسَفًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَٰلِهِۦ ۖ فَإِذَآ أَصَابَ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦٓ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba  mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.”

(QS. Ar-Rum: 48-49)

Closing

Demikianlah serba-serbi tentang suatu fenomena alam yang baru saja terjadi di dunia termasuk nusantara, yakni ekuinoks. Seyogianya kita dapat  mengambil pelajaran dari apa yang telah dibahas sehingga keimanan kita terhadap Allah Swt. makin tebal dan kokoh. Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan alpa dalam mengurus makhluk-Nya. Jika pun terjadi pergeseran dari sunatullah dan memberikan dampak negatif bagi manusia dan alam semesta, sejatinya itu adalah ulah tangan manusia. Ingatlah, setiap pengaturan Allah itu pasti mendatangkan manfaat dan keberkahan di dalamnya. 

Wallahu a‘lam bi ash-shawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Tsuwaibah Al-Aslamiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Menjemput Ikhlas dari Musibah Kematian
Next
Para Naga Membelit Ibu Kota Nusantara 
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

12 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Tulisan snience yang menarik. Betapa kekuasaan Allah Maha sempurna.
Naskahnya membuka wawasan, keren

Siti komariah
Siti komariah
1 year ago

MasyaAllah betapa banyak bukti kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

MasyaAllah begitu banyak fenomena alam yang menjadi tanda kebesaran Allah.

Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

Insyaallah. Insyaallah.

Dengan pemikiran yang mustanir, tidak hanya mendalam, ekuinoks ini akan mempertebal keimanan pada Allah.

Bukan sebaliknya.

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

MasyaaAllah,, berarti peristiwa ekuinoks sudah lewat yaa...

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

MasyaAllah, serba-serbi tentang fenomena alam yang baru terjadi di dunia dan Indonesia, yakni ekuinoks. Dan memang cuaca saat ini di Jawa sedang panas-panasnya, dan berhubungan dgn fenomena ini.

Atien
Atien
1 year ago

Masyaallah. Beragam fenomena alam cukuplah menjadi bukti akan kekuasaan Allah Swt.
Semoga hal itu makin memperkuat keimanan kita sebagai seorang muslim.
Barakallah mba @Nurjamilah

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Ekuinoks, salah satu bukti kekuasaan Allah, fenomena ini seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita agar senantiasa taat kepada-Nya dan menjaga alam sesuai perintah-Nya.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah ekuinoks bukti nyata kekuasaan Sang Pemilik langit dan bumi. Tiadalah hal yg sia2 kecuali pasti maslahat di dibalik penciptaannya. Tetap jaga imun dan iman ya.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, fenomena alam yang semakin membuktikan kekuasaan Sang Pencipta. Bertambah lagi ilmu baru tentang fenomena alam ekuinok yang luar biasa. Barakallah teh Em.

Maftucha
Maftucha
1 year ago

Subhanallah, banyak sekali fenomena alam yang Allah tunjukkan kepada kita termasuk ekuinoks ini, selayaknya hal ini menambah keimanan dan ketundukan kita kepada Allah Swt.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
1 year ago

Masya Allah, betapa Allah Swt. telah menciptakan semua dalam keadaan yang sempurna dan detil.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram