Baru-baru ini, tim peneliti melaporkan bukti adanya gua besar yang ditemukan di bulan. Para ilmuwan pun mengeklaim bahwa gua ini bisa menjadi basis tempat tinggal
Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sobat, apakah kamu sudah pernah melihat gua? Gua seperti liang atau lubang besar yang biasa terdapat di kaki gunung atau di beberapa tempat lain. Nah, baru-baru ini, tim peneliti melaporkan bukti adanya gua besar yang ditemukan di bulan. Para ilmuwan pun mengeklaim bahwa gua ini bisa menjadi basis bagi manusia untuk memiliki tempat tinggal permanen di bulan, lo. Wah, apakah itu suatu ide yang bagus? Check it out!
By the way, ilmu pengetahuan hari ini memang berkembang cukup pesat, ya, Sob. Bulan yang dulu hanya bisa dipandang dari kejauhan, kini sudah mulai dijelajahi oleh para ilmuwan. Mereka sudah bisa mendaratkan kaki dan bahkan bereksplorasi di satelit alami bumi.
Tim yang dipimpin peneliti dari Italia ini juga mengatakan bahwa gua itu terletak di Sea of Tranquility atau sekitar 400 km dari pendaratan Apollo 11 dan terdapat lebih dari 200 lubang serupa di bulan. Menariknya lagi, lubang ini dapat dilihat dengan mata telanjang dari bumi, Sob. Gua ini terbentuk jutaan atau miliaran tahun yang lalu ketika lava mengalir di bulan dan menciptakan terowongan melalui batuan. Para ilmuwan pun sangat antusias dengan adanya penemuan ini, karena telah berhasil memecah hal yang menjadi misteri selama 50 tahun lebih. (Bbcnews.com, 19-7-2024)
Basis Tempat Tinggal Manusia
Sob, saat ini banyak banget negara-negara yang berlomba dengan waktu agar manusia bisa tinggal permanen di Bulan. Namun, mereka masih perlu melindungi para astronaut dari radiasi, suhu ekstrem, dan cuaca luar angkasa. Oleh karena itu, penemuan gua ini dianggap sebagai petunjuk untuk kehidupan di Bulan. Mereka mengeklaim bahwa kehidupan manusia di bumi juga dimulai dari gua.
Dua peneliti dari Universitas Trento, Italia, Lorenzo Bruzzone dan Leonardo Career menemukan gua ini dengan menggunakan radar untuk menembus bukaan sebuah lubang. Career menyebut gua ini bisa dibandingkan dengan gua-gua vulkanik yang ada di Lanzarote, Spanyol, Sob.
Para peneliti belum mengeksplorasi sepenuhnya seberapa dalam gua-gua itu dan apakah ada kemungkinan gua itu akan runtuh. Mereka berharap radar penetrasi tanah, kamera, atau bahkan robot dapat digunakan untuk memetakan gua tersebut. Wah, tampaknya keinginan mereka untuk tinggal di bulan benar-benar besar, ya, Sob, seperti kejadian beberapa waktu lalu, di mana para ilmuwan juga berlomba-lomba untuk menemukan potensi kehidupan di Mars.
Bulan dan Misi Eksplorasi
Sob, bulan merupakan satu-satunya satelit alami yang dimiliki bumi yang berdiameter sebesar 3.474 km. Bulan berada pada orbit sinkron dengan bumi, sehingga hanya satu sisi permukaan bulan yang bisa diamati dari bumi. Di bulan sama sekali tidak terdapat udara maupun air. Bulan merupakan satu-satunya benda langit yang pernah dikunjungi manusia.
FYI, Sob, objek buatan pertama yang melintas di dekat bulan adalah Luna 1 yang merupakan wahana antariksa Uni Soviet, sedangkan Program Apollo milik pemerintah Amerika Serikat adalah satu-satunya misi berawak dan telah melakukan enam kali pendaratan di antara tahun 1969 sampai 1972.
Selanjutnya Chang’e 3, Sob, misi pendaratan di bulan milik Badan Antariksa Nasional Cina dengan meluncurkan Wahana Yutu ke permukaan bulan yang dilengkapi dengan kamera panorama, kamera topografi, kamera ultraviolet ekstrem, dan teleskop ultraviolet.
Lalu ada India dengan wahana Chandrayaan-3 yang telah mendarat sempurna di bulan pada Agustus 2023. Terakhir, ada Jepang dengan wahana Smart Lander for Investigating Moon yang juga berhasil mendarat di bulan pada Januari 2024 lalu, Sob.
Ternyata upaya manusia untuk mengeksplorasi bulan, memang sudah dilakukan oleh banyak negara, ya.
Sains dalam Kapitalisme
Sob, apa yang dilakukan oleh para ilmuwan itu adalah hal yang sangat luar biasa. Para ilmuwan bisa menggunakan kecerdasan akal sedemikian rupa, sehingga mereka mampu mewujudkan sesuatu yang dulunya hanya angan-angan.
Sayangnya, kecerdasan para ilmuwan ini dibangun di atas asas kapitalisme sekuler (pemisahan antara agama dengan kehidupan), Sob.
Coba kita lihat, Sob. Banyak penelitian yang mereka lakukan, tetapi tidak berpengaruh pada keimanan mereka. Dalam sistem kapitalisme, ahli agama tidak akan pernah menjadi seorang ilmuwan. Begitu juga sebaliknya, seorang ilmuwan tidak akan pernah menjadi seorang ahli agama. Mengapa begitu? Sebab kapitalisme sendiri yang memisahkan agama dari kehidupan. Bagi ideologi kapitalisme, agama hanya akan menghambat perkembangan sains dan teknologi, Sob.
Jadi, sudah tahu jawabannya, ‘kan, Sob? Mengapa dalam setiap penelitian yang dilakukan ilmuwan Barat selalu jauh dari misi keagamaan. Sama halnya dengan penelitian gua di bulan ini. Alih-alih menyangkutpautkan bulan dengan kebesaran Tuhan, para peneliti justru punya visi misi untuk membuat tempat tinggal manusia di bulan. Duh, jangan, ya, cukuplah planet bumi yang menerima kerusakan akibat ulah tangan manusia. Selain itu, bumi juga merupakan planet yang sudah cukup sempurna untuk ditinggali manusia.
Sains dalam Pandangan Islam
Berbeda dengan kapitalisme, sains dalam Islam justru dibangun untuk makin menumbuhkan keyakinan kepada Allah Swt.
Keren banget ‘kan, Sob? Kok bisa sih? Bisa dong. Hehehe. Jadi, segala sesuatu yang diciptakan Allah di dunia ini, semuanya boleh diteliti manusia, termasuk bulan. Jika manusia ingin meneliti tentang bulan, maka ia diperbolehkan mengerahkan segala daya upaya yang ia punya untuk merealisasikan misinya. Namun, perlu diingat, Sob, bahwa misi penelitian adalah untuk makin menambah keimanan kepada Allah, bukan menyalahi syariat-Nya.
https://narasipost.com/traveling/02/2024/gua-lakasa-memperkuat-keimanan-manusia/
Cukuplah meneliti tentang bulan, struktur-strukturnya, molekul, dan lain sebagainya, tidak perlu sampai ada niat manusia untuk tinggal di bulan atau planet lain, lalu berencana hijrah ke sana. Hihihi. Misi hidup kita di dunia adalah menyebarkan Islam ke seluruh manusia di planet tempat kita tinggal, bukan mencari tempat tinggal baru.
Al-Qur’an Adalah Sumber Sains dan Teknologi
Sob, Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ribuan tahun lalu ini adalah sumber sains dan teknologi bagi masa depan.
Banyak banget ayat-ayat di Al-Qur’an yang baru terbukti dengan kemajuan teknologi saat ini, misalnya saja seperti surah penciptaan janin dalam rahim ibu dan juga tentang alam semesta ini.
Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 5:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Artinya: “Dialah yang menciptakan matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya dan Dialah yang menciptakan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan kebenaran. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya pada orang-orang yang mengetahui.”
Ribuan tahun sebelum ditemukannya ilmu tentang alam semesta, ternyata itu semua sudah dikabarkan oleh Allah, Sob. Bahkan, ketika Khilafah masih ada, banyak ilmuwan kaum muslimin yang telah menyumbang ilmu untuk dunia modern. Saat itu, sih, Eropa masih dilanda “the dark age”. Di kala Eropa masih berkutat dengan kegelapan dan kemunduran, umat Islam justru berada di puncak kejayaan karena kedekatannya dengan Al-Qur’an, Sob.
Di antara ilmuwan muslim yang sampai saat ini masih dikenal banyak orang adalah Ibnu Sina yang dijuluki Bapak Kedokteran, Ibnu Qurra (ahli astronomi dan matematika), Ibnu al-Haitam (fisikawan penemu optik), Al Khawarizmi (ahli matematika penemu aljabar), Al Battani (penemu bilangan tahun), Maryam Al-Astrulabi (seorang astronom yang memecahkan kaitan permasalahan waktu, matahari dan bintang), dan masih banyak lagi.
Hebatnya lagi, ilmuwan dalam Islam adalah para ilmuwan yang juga dekat dengan agama, Sob, sebab penelitian-penelitian yang mereka lakukan adalah penelitian yang bersumber dari Al-Qur’an dan makin menambah keimanan mereka pada Allah.
Keren banget, ya, Sob. Akan tetapi, perlu kita ingat, Sob, bahwa ilmuwan-ilmuwan Islam hanya bisa terwujud ketika negeri ini mau menerapkan hukum Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sistem pendidikan.
Yuk, Sob, hijrah ke sistem Islam saja, enggak usah ke bulan. Hehehe.
Wallahu’alam bishowab. []
Wah, kalau bulan mau dijadikan tempat tinggal, berapa biaya yang harus dikeluarkan ya untuk mondar-mandir ke sana, hehe ...
Banyak negara-negara maju yang berlomba mengekplorasi bulan, tinggal Indonesia yang masih sibuk di daratan dengan urusan korupsi.
Jazakillah khoir tim NP