Prahara Cinta

“Oh iya, iya maaf ya, “ Aleena memberi jalan padanya. Tanpa basa basi, pria tampan itu berlalu tanpa melihatnya. Perlakuannya justru membuat hati Aleena tersentuh, lelaki itu sangat menjaga pandangannya.


Oleh: Solehah Suwandi

Bagian 1: Prostitusi

Malam telah membentangkan jubahnya. Gemintang di langit bertabur bak permata yang berkilauan. Bulan purnama sempurna merekah di langit hitam yang menghampar. Decak kagum memenuhi relung jiwa gadis manis berdagu belah itu, setiap memandang lukisan alam. Pukul tiga dini hari adalah waktu yang ia tunggu. Nuansa damai menjadi saat-saat yang selalu dirindukan. Maryam, adalah satu di antara lima penghuni indekos putri yang selalu bangun untuk menunaikan salat Tahajud.

Hatinya yang resah karena urusan dunia dan dosa,  ia serahkan kepada Sang Sebaik-baik Pengatur Kehidupan. Di antara keresahan-keresahan yang menimpanya adalah, soal Aleena, salah satu kakak tingkatnya di kampus yang terjerat kasus prostitusi.

Beberapa waktu lalu, Maryam tidak sengaja memergoki Aleena bersama lelaki paruh baya akan memasuki sebuah hotel. Saat Maryam menanyakan nama lelaki itu, Aleena hanya menjawab dengan kerlingan mata sebelah. Setelah ditelusuri, Aleena sering menerima job sebagai wanita penghibur laki-laki hidung belang. Kenyataan itu membuat hatinya sangat sesak, sedih, dan marah. Maryam berpikir, kasus itu hanya terjadi di kota-kota besar atau para selebritis saja. Tapi faktanya, bahkan orang terdekat yang sudah Maryam anggap seperti kakaknya sendiri, justru pelaku dari sekian banyaknya kasus prostitusi di negeri ini.

Ketika Maryam sedang membaca Al-Quran setelah salat, pintu rumah berderit, ia mengintip dari jendela kamarnya. Hatinya begitu sakit melihat Aleena mengenakan pakaian seksi dan berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Aleena kerap pulang dini hari, mungkin agar anak-anak indekos tidak ada yang tahu pekerjaannya. Maryam ingin membantu Aleena yang tidak kuat menahan tubuhnya. Wanita itu terjerembap di lorong ruangan yang saling berhadapan. Rumah kostan ini,  berpola huruf U. Dua kamar yang berjajar saling berhadapan,  kamar Aleena berhadapan dengan kamar Maryam, di ujung ruangan, ada satu kamar menghadap ke pintu utama. Aleena masih tersungkur, dia benar-benar mabuk berat. Maryam tidak tega, jika penghuni kostan mengetahui pekerjaan kakak kelas yang disegani. Pelan sekali ia membuka pintu kamarnya, masih mengenakan mukena, Maryam meraih tangan Aleena, lalu memapahnya.

“Emh, kau? Biarkan saja aku di sini. Aku lelah,“ sesaat setelah mata sayu Aleena menangkap seraut wajah terbalut mukena putih yang kedamaiannya menyusup pada lubuk hatinya.

“Tidak Kak, ini bukan kamarmu. Mari saya antar ke kamar,” lirih Maryam khawatir orang lain mendengarnya. Dengan tertatih, terseok Aleena memasuki kamarnya. Begitu pintu terbuka, ia langsung membuang badannya di atas kasur busa ukuran 200x120x20cm. Maryam menghela dan menatap kamar berukuran 3x4 meter yang nampak berantakan.

“Akhirnya, sampai juga di kasur kesayangan, ummhh,” sambil mengelus-elus permukaan kasur.

“Eh, tunggu! Maryam! Makasih ya sudah mengantar saya! Ahaha,“  teriak Aleena saat Maryam beranjak menarik gagang pintu untuk keluar.

“Kakak istirahat, ya,” kata Maryam lembut. Ia bergegas kembali ke kamarnya, dengan segudang kegelisahan yang bertubi. Ia ingin menasihati Aleena, bahwa perbuatannya adalah dosa. Tapi apalah daya, dia tidak berani. Inilah selemah-lemahnya iman. Batinnya menangis. Maryam teringat guru ngajinya pernah menyampaikan sabda Rasulullah, “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

Maryam memohon ampunan kepada Allah dan berdoa meminta keberanian untuk menasihati. Sampai subuh dia tidak tidur lagi. Rasanya ingin cepat-cepat siang dan berangkat ke kampus, bertemu dengan guru ngajinya, gadis itu menyebutnya dengan Musrifah.

****

Fajar menyingsing di ufuk timur.  Tanda dimulainya keriuhan sebuah perkampungan civitas academica. Kampung Baru Bandar Lampung.  Perumahan padat dengan gang-gang yang ramai. Warung-warung sayuran, rumah makan, tempat fotocopy, butik, tempat laundry, toko buku, aksesoris, konter, tak kalah memberi kesan membatu runtuh kota pendidikan ini.

Maryam sudah bersiap meninggalkan kamarnya, tak lupa menguci pintu, lalu memasukkan kunci ke dalam tas gendongnya. Sebelum melangkah pergi, dia sempat mengetuk pintu kamar Aleena. Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan Maryam membangunkan Aleena.

“Kak, sudah salat subuh belum?”

“Kak,” ia kembali memanggil dan mengetuk pintu. Terdengar Aleena menyahut malas, Maryam langsung pergi. Tandanya kakak tingkatnya itu sudah bangun.

Gadis berseragam sambungan batik gamolan dengan bawahan berwarna hitam itu berjalan menuju kampus melewati beberapa gang, hingga berbaur dengan kebisingan kendaraan yang lalu lalang. Dari Gang Damai, jalur menuju Unila (Universitas Lampung) harus melewati rel kereta api. Rel itu yang menghubungkan Bandar Lampung dengan Palembang, Sumatera Selatan.

Supaya cepat sampai kampus, Maryam menerobos lewat jalur tikus. Jalanan ini khusus untuk anak-anak yang kuliah atau pergi sekolah dengan berjalan kaki.

Maryam mahasiswi semester dua program studi PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Dia gadis sederhana yang sangat manis. Kulitnya sawo matang. Tutur katanya halus, sangat menjaga diri dari pergaulan, juga menjaga lisan dari ucapan yang menyakitkan, karenanya ia disenangi oleh teman-temannya. Pagi ini, dia datang lebih awal. Banyak hal yang ingin Maryam ceritakan kepada Musrifahnya, Zanna. Mahasiswi semester 6 setingkat dengan Aleena.

Sampai di persimpangan Fakultas Keguruan dan Hukum, seorang gadis berseragam batik yang sama dengannya melambaikan tangan pada Maryam. Di kampusnya khusus untuk prodi PGSD diterapkan kebijakan berseragam. Hari Senin, Selasa berseragam putih, Rabu dan Kamis, batik, Jumat dan Sabtu memakai seragam pramuka.

“Dek, sini!” Maryam tersenyum lega, wanita yang ia tunggu sejak semalam sudah berada di depan Kajur (Kantin Kejujuran) di sebelah kanan gedung Dekanat. Ia segera berlari. Lalu mencari tempat ternyaman untuk mencurahkan isi hatinya.

“Kak Zanna, aku ingin menceritakan sesuatu. Tapi aku takut ini membuka aib seseorang,” ungkap Maryam sambil mengatur ritme pernapasannya usai berlari.

“Ceritakan saja Dek, apa yang membuat mu tidak bisa tidur semalaman? “ Ucap Zanna tersenyum.

“Kak, salah satu orang di kostanku, ada yang kerja jadi wanita panggilan. Aku takut mau menasihatinya”.

“Astagfirullah, apakah sudah dicek kebenarannya Dek? Kalau sampai salah, nanti jatuhnya fitnah”.

“Insyaallah benar Kak. Dan aku melihat sendiri, dia memasuki kamar hotel bersama seorang pria, “ Maryam tertunduk. Awalnya ia pun tidak percaya, namun beberapa kali ia melihat Aleena dengan pria lain lagi di tempat yang berbeda. Akhirnya Maryam bertanya pada teman dekat Aleena, yang langsung dibenarkan oleh temannya. Sebenarnya Maryam tidak mau mengusik kehidupan orang, tapi pemikirannya saat ini yang tidak membiarkannya abai terhadap orang lain, apalagi Aleena adalah muslimah, artinya bersaudara. Tak hanya itu, dia pun tak bisa abai terhadap kondisi negaranya. Ditambah Maryam adalah anggota UKM Teknokra Unila yang bertugas mencari berita, di luar kampus. Kepeduliannya semakin terpupuk.

Zanna memiliki feeling tentang gadis yang dimaksud Maryam adalah Aleena.

“Apakah wanita itu Aleena?” Sergah Zanna. Maryam mengangguk lemah.

“Astagfirullah,“ Zanna mengusap wajah. Kesedihan menyeruak di hatinya. Penampilan Aleena memang sangat mewah untuk ukuran mahasiswi berbeasiswa kurang mampu, gaulnya pun dengan anak-anak dari kalangan keluarga berada. Sesaat mereka saling terdiam. Zanna nampak menarik napas.

“Kita tidak bisa berbuat banyak kepadanya Dek, selain menasihati, menyadarkan bahwa perilakunya adalah dosa besar. Persoalan ini begitu rumit. Penyelesaian totalnya ada pada sistem di negeri ini, dan inilah bukti gagalnya negara mengurusi urusan prostitusi yang masih terus ada. Dalam Islam hukuman untuk para pezina adalah dirajam dan dijild bagi yang belum menikah dan diasingkan. Tentulah setiap orang yang mau berzina akan berpikir dua kali. Selain itu dalam Islam, kehidupan pria dan wanita juga diatur. Mereka terpisah kecuali pada ranah yang dibolehkan oleh syara’.  Tuntutan gaya hidup, dan pemisahan agama dari kehidupan menjadi faktor penyebab utama wanita-wanita melacur Dek. Kita memang sudah sangat jauh dari syariat Islam. Oleh karena itu, kita tidak boleh diam melihat kemungkaran,“ Zanna tertunduk pilu. Keresahannya bukan hanya itu, generasi yang harusnya memikirkan masa depan negerinya dan akhirat, mereka sibuk pacaran, sibuk dengan artis-artis idola yang mengagungkan kebebasan. Kemirisan itu bertambah, saat seorang pemimpin negeri justru menganjurkan kaum muda untuk terinspirasi dari artis-artis k-Pop. Maryam nampak menarik napas berat.

“Dek, inilah yang harus membuat kita semangat untuk mendakwahkan Islam kepada umat. Aleena maupun wanita di luar sana yang melakukan hal sama bisa jadi belum pernah tersentuh dakwah. Lagi pula, sistem kehidupan kita cenderung pada kebebasan. Satu-satunya sistem yang akan memuliakan wanita, hanyalah sistem Islam. Aturan-aturannya datang langsung dari Sang Pencipta Manusia, Allah Subhanahuwata’ala. Tugas kita adalah menegur Aleena dan mendakwahkan Islam”.

Maryam masih tertunduk, setidaknya beban di hatinya telah berkurang setelah menceritakan keresahannya.

****

Matahari sepenggalah, Aleena malas sekali untuk melakukan aktivitasnya hari ini. Namun ia teringat kuliah. Meski malas ia tetap memaksakan untuk bangun. Ia terduduk di atas kasur, tidak sengaja matanya menangkap dirinya di dalam cermin. Rambutnya acak-acakan, dan pakaiannya minim. Meski begitu, ia masih merasa cantik. Sebuah kebanggaan memiliki paras jelita. Kata temannya, sayang jika kecantikan ini tidak menghasilkan uang, dengan uang kita bisa segala-galanya. Namun ada yang berbeda di hatinya. Terutama saat mengingat semalam ia sempat melihat Maryam yang berbalut mukena putih. Hatinya diam-diam iri. Entah kapan terakhir dia menunaikan salat. Secara KTP dia memang beragama Islam, tapi tidak pernah mengerjakan ajaran Islam. Jika di kampus kebanyakan temannya mengenakan kerudung, dia memilih untuk membuka auratnya.

Masih dengan rasa malas, akhirnya dia menyelesaikan aktivitas di kamarnya. Lalu berangkat ke kampus mengenakan motor matic  pemberian salah satu pelanggannya. Tidak memakan waktu yang lama, ia sampai di kampus. Beberapa saat setelah memarkirkan motor, gadgetnya bergetar berkali-kali.  Sebuah panggilan telepon dari sahabat seprofesinya. Shinta. Tapi Aleena malas mengangkat. Tak lama sebuah pesan masuk di aplikasi whatsshap.

[Hei, UTS dadakan!]

Aleena menarik alisnya. Bahkan dia tidak ingat mata kuliah hari ini.

[UTS siapa?] Balas Aleena. Tak lama bercentang biru, dan terlihat Shinta sedang mengetik.

[UTS Bunda!!! Di mana Lo? Kalau sampe telat mampus deh! Ngulang tahun depan!] Aleena terperanjat membaca nama itu. Mata kuliah Pendidikan Inklusi, dan ini kesempatan terakhirnya. Dosen Pendidikan Inklusi ini sangat tidak suka dengan mahasiswa yang datang terlambat, dan rekor mahasiswa paling sering telat telah tersemat pada Aleena. Jika sekali lagi dia telat, sudah dipastikan akan mengulang untuk mata kuliah wajib ini.

Dia setengah berlari menuju kelasnya. Mengambil jalan pintas lewat gedung dekanat. Begitu sampai pojok gedung dia menabrak seseorang.

Brugh

Buku-buku berserak, dia hampir saja terjatuh. Matanya sesaat melihat hitam di sekitarannya.  Aleena memegang keningnya yang pusing.

“Aduh, maaf, ya!” Pinta Aleena.

“Lain kali kalau jalan hati-hati, Ukhti,“ kata seorang pria sambil memunguti buku-buku yang terjatuh. Mendengar itu, mata Aleena terbelalak. Apa aku tak salah dengar? Dia memanggilku ukhti? Bukankah panggilan itu untuk wanita-wanita yang berhijab saja? Hatinya tiba-tiba meronta bahagia. Bibirnya masih mengulum senyum. Lelaki itu sudah berdiri di depan Aleena berniat akan pergi, tapi gadis itu menghalangi jalannya.

“Afwan, saya mau lewat,” suara itu terdengar merdu di telinga Aleena. Ia terpesona pada pandangan pertama pada lelaki di depannya. Lelaki berwajah bersih, dagunya ditumbuhi jenggot tipis, alisnya tebal, hidungnya mancung, bebadan tegap tinggi, dan di kepalanya tersemat peci berwarna putih. Sempurna mengagumkan.

“Hei!” Lelaki itu melambaikan tangan di depan Aleena, sembari membuang pandangannya.

“Oh iya, iya maaf, ya,“ Aleena memberi jalan padanya. Tanpa basa basi, pria tampan itu berlalu tanpa melihatnya. Perlakuannya justru membuat hati Aleena tersentuh, lelaki itu sangat menjaga pandangannya. Di saat pria lain berlomba untuk memandang kecantikannya, pria itu malah menundukan pandangan. Ah, Aleena bahagia sekali, apalagi mendengar panggilan tadi untuknya. Siapa lelaki itu? Kenapa hatiku sangat bahagia? Apakah aku jatuh cinta? Bayangan lelaki itu terus saja menari di benakku!

Bersambung.


Picture Source by Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Negeri Ini Milik Kita
Next
Gelombang 2 Corona, Eropa Tembus 300 Ribu Kematian
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram