Aku malu pada rembulan yang menyindirku
Aku malu pada bintang yang menghinaku
Aku malu pada malam yang selalu menyapaku dalam sepi
Oleh: Nuni Toid
(Pegiat Literasi dan Alumni Branding for Writer)
Aku bukanlah orang yang bersih dari dosa
Aku bukanlah orang yang layak sebagai penyeru umat
Aku bukanlah orang yang sempurna
Tanpa cacat terlihat atau pun yang kasat mata
Berhamburan dosa yang sering tak kurasa
Mungkin aku tak pantas banyak bicara untuk mereka
Sejujurnya
Aku ingin berlari menjauh dari ramainya dunia
Aku ingin berlari mengejar asa yang telah pergi
Aku ingin menjerit keras melampiaskan nafsu amarah
Aku ingin diam seribu bahasa agar tak banyak yang tersakiti karenanya
Aku malu pada rembulan yang menyindirku
Aku malu pada bintang yang menghinaku
Aku malu pada malam yang selalu menyapaku dalam sepi
Aku malu pada diriku ini yang tak pantas kau puja
Aku ingin bahagia walau hatiku luka
Aku ingin bahagia walau hatiku merana
Aku ingin bahagia walau kadang itu tak mungkin
Aku ingin bahagia walau semua orang tak rela
Dalam diam ini
Aku sedih, aku sakit, aku dendam, aku meraung menahan duka
Duka berat yang selalu aku bawa
Entah sampai kapan aku merasa suci
Aku hanya berharap Allah Swt. mengampuni aku
Aku memohon kasih sayang-Nya
Menghiba pancaran cinta-Nya
Meretas jalan penuh asa dan cinta
Hingga kutemukan batu permata kebenaran yang hakiki
Kebenaran itu kini ada di depan mata
Haruskah aku berhenti hanya karena nafsu dunia
Haruskah aku hindari hanya karena keegoisan semata
Rasanya tak adil bila untuk mengorbankan arti kebenaran
Kini aku siap untuk melangkah demi masa depan
Masa depan yang indah bagi pecinta Rabbani
Allah Swt. maha melihat
Akan apa yang dilakukan oleh hamba-Nya
Saat ini aku hanya mampu berdoa
Berdoa kepada Sang Pengabul doa
Aku malu namun aku tak kuasa mendengar panggilan-Nya
Malu karena dosa-dosaku yang menggunung
Malu karena aku bukanlah permata yang indah
Malu karena aku hanyalah sebatas manusia yang penuh kelemahan
Namun aku ingin ketika akhir hidupku dalam keadaan husnul khatimah
Aku tancapkan azzam di hatiku
Izinkan aku mati dalam rida-Mu
Dalam ketaatan kepada-Mu
Dalam kedamaian indah berjuang di jalan-Mu
Aku merasa harus kuat berjalan
Menapak jalan yang katanya sia-sia
Tapi aku yakin inilah jalanku
Jalan yang tak disukai banyak orang
Jalan yang didalamnya banyak orang satu-persatu lelah berguguran
Namun jalan inilah yang telah Allah Swt. janjikan
Karena kemenangan sudah di depan mata
Bangkit dan larilah wahai hamba
yang berserak
Yakin dan sambutlah mentari pagi yang akan terbit di ufuk Timur dengan cahaya yang gemerlap
Cahaya yang kelak akan mampu menyinari seluruh alam
Aku pun tersenyum di antara yang tersenyum
Yakin dan semakin yakin bahwa cinta kepada-Nya itu yang harus kulakukan.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]