"Sekuat apa pun diri berlari dari bayang-bayang kematian.
Sekalipun bersembunyi di bilik tembok yang tinggi.
Maut tak pernah menyalahi janji pada Sang Ilahi.
Ia akan tetap menghampiri"
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Durasi kesempatan terus berputar
Tengah hari dan petang saling bergantian
Memamerkan wujudnya di alam sekitar
Semua berpijak pada porosnya
Dalam batas waktu telah ditentukan
Tak seorang pun mampu merubahnya
Di bilik temaram kesunyian
Perlahan kutatap wajah di pantulan kaca
Aku terdiam bergelut rasa gulana
Tampak kerutan di sudut mata
Mata bulat yang dulu bersinar
Kini mulai meredup di balik kacamata
Lisan yang dulu lantang bersuara
Kini diam seribu bahasa
Seolah dunia sudah tak ingin dicumbunya
Yang ia mau hanyalah berkhalwat dengan tuhannya
Tubuh yang dulu gagah perkasa kini telah ringkih
Minyak angin menjadi kekasih setianya
Sekuat apa pun di masa muda
Takkan mampu melawan takdir
Tuk melemah dan menjadi renta
Kaki yang dulu tegap berdiri dan tangguh melangkah
Kini mulai tergopoh tanpa daya
Hanya tongkat kayu yang setia
Menemani menopang raga
Tangan yang dulu kuat merengkuh
Telah terkulai lemas dan pasrah
Satu per satu nikmat jasad telah dicabut oleh pemiliknya
Tak ada yang sanggup menolaknya
Tubuh adalah kepunyaan-Nya
Kapan saja Dia bisa mengambilnya
Sungguh tak ada yang bisa melarang
Ketika malaikat maut meminang
Ia tak bertanya kesiapan
Ia akan hadir tepat waktu
Tak peduli sekitar dan tak perlu menunggu jawaban
Kapan, di mana, dan dalam kondisi apa
Sekuat apa pun diri berlari dari bayang-bayang kematian
Sekalipun bersembunyi di bilik tembok yang tinggi
Maut tak pernah menyalahi janji pada Sang Ilahi
Ia akan tetap menghampiri
Wahai diri, sadarilah
Di penghujung usiamu
Di saat pintu kematian telah menunggu
Jangan pernah lengah sedikit pun dalam bujuk rayu dunia
Sebab kelak segala perbuatan ada pertanggungjawabannya
Ketika kain kafan membungkus raga
Ketika kapur barus menebar aroma
Ketika orang-orang tercinta hanya mampu menatap lara
Tak ada yang setia menemanimu kecuali amal saleh dan takwa
Duhai Allah tempat memuja
Sebelum ajal kematianku tiba
Izinkanlah kutabur kasih sayang
Izinkanlah kutebar kebahagiaan
Izinkanlah aku memberi tanpa mengharap balasan kecuali rahmat-Mu
Sebagai bekal kepulanganku
Duhai Allah penggenggam jiwaku
Tiada yang paling indah tatkala keridaan-Mu atas hidup dan matiku
Kumohon ampunkanlah dosa-dosaku sebelum berkalang tanah
Kumohon Engkau terima segala tobat nasuhah
Kumohon matikanlah aku dalam husnulkhatimah
Aamiin.
Borneo, 20/8/2022[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]
Jazakillah khairan Ibu Pemred dan Tim Redaksi.
Puisi ini selalu mengingatkan sy agar terus siap siaga. Karena kematian tak berbau tapi akan datang tiba2.
Semoga Allah memberikan kematian yg husnul khatimah dan rida atas amalan2 semasa hidup kelak. Aamiin