Tak ada yang abadi.
Kecuali ketidakabadian itu sendiri.
Semerbak bunga yang mewangi.
Lambat laun memudar, layu dan mati.
Oleh : Deena Noor
NarasiPost.Com-Sejauh apa pun kaki melangkah
Selama apa pun diri berkiprah
Di belantara bentala menjelajah
Selalu berakhir pada titik penyudah
Sekencang apa pun berlari
Tak bisa mencegah henti
Entah karena tak kuat lagi
Atau masa yang mengakhiri
Tak ada yang abadi
Kecuali ketidakabadian itu sendiri
Semerbak bunga yang mewangi
Lambat laun memudar, layu dan mati
Hari yang pagi
Tak tentu sore bisa ditemui
Kini, mungkin saja harus berhenti
Seperti mati yang menjadi rahasia Illahi
Kapan datang tak ada yang tahu
Menjemput meski tak mau
Selalu tepat waktu
Tak mundur, tak maju
Rangkaian kisah kematian
Terkandung hikmah dan pelajaran
Betapa hidup pasti berkesudahan
Di sini hanyalah menunggu giliran
Sebab kali ini
Berakhir adalah abadi
Tak bisa lagi kembali
Meski sangat diingini
Kala ajal telah ditetapkan
Rezeki pun purna ditunaikan
Usai seluruh episode kehidupan
Semua harus ditinggalkan
Menerima takdir
Berakhir
Dalam untaian dzikir
Hamba nan fakir
Madiun, 13 Juli 2021[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]