"Pernahkah kautemui, tubuh-tubuh kering dan tatap mata penuh tanya pada bus-bus raksasa yang hilir-mudik di depan rumah kandang mereka. Ah! Aku bahkan nyaris lupa kalau masih di Jawa, bukan di Afrika. Paradoks itukah yang kalian tawarkan pada dunia?"
Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-/1/
Kaubilang ingin pelesiran ke luar negeri ke Amesbury eksotis dengan batu-batu tua tersusun mistis. Yang berdiri kokoh melingkar menantang zaman. Demi menghidu aroma purbakala kauimpikan.
Kaubilang ingin menjamah salah satu sarsen. Sekadar mengelusnya pun tak apa. Memastikannya baik-baik saja. Bukankah ribuan tahun ia terpapar matahari? Diguyur hujan jutaan kali? Bahkan adakalanya salju berdiam di puncak-puncaknya sebelum mencair? Katamu itu luar biasa.
/II/
Saat itu sontak kubilang jangan. Engkau tidak perlu menghabiskan gunungan recehan demi mengunjungi kuburan tua yang bukan nenek moyangmu. Kota kelahiranmu menyembunyikan nuansa serupa. Stonehenge van Java sebutannya. Batu menyunggi batu berdiri kekar di tengah padang belukar. Di bawah langit yang sama ia menyimpan cerita.
/III/
Diam! katamu kala itu. Aku masih ingat suara kerasmu menggelegar bersaing dengan halilintar.
Tak usah kausiarkan pada dunia keberadaannya. Mengapa tidak kaurahasiakan saja seperti awalnya. Membiarkannya indah. Tanpa pernah liar terjamah.
Apakah kautahu? Dalam tatapmu mereka diam membisu. Kau salah besar jika menganggap begitu. Dalam gelap kerap kudengar mereka bercakap. Tentang kedatangan orang-orang tak beradab. Tentang perempuan mengumbar aurat. Tentang pemuja hasrat hingga lalai salat .
Sayup kusimak obrolan mereka dalam sunyi. Bukan inginnya dikunjungi penuh puja-puji. Dijepret sana-sini tanpa permisi. Senyum dan tawa lebar berhaha-hihi. Apalah arti semuanya bila menafikan Ilahi.
Dengan mata merah dan suara bergetar kau pun menanyakan, adakah letak bersujud di salah satu sudutnya? Adakah tempat menunaikan Zuhur Asar terdekat. Adakah?
/IV/
Ah ya, terakhir aku ke sana. Belum ada. Jawabku dalam hati saja
Lalu engkau pun melanjutkan.
/V/
Kusaksikan di sepanjang perjalanan, rumah-rumah kumuh berdiri rapuh. Kusam di tengah ladang menyatu dengan kandang. Suara lenguhan kerbau, embikan domba berbaur dengan tangisan bayi yang lapar.
Pernahkah kautemui, tubuh-tubuh kering dan tatap mata penuh tanya pada bus-bus raksasa yang hilir-mudik di depan rumah kandang mereka. Ah! Aku bahkan nyaris lupa kalau masih di Jawa, bukan di Afrika. Paradoks itukah yang kalian tawarkan pada dunia?
/VI/
Seketika aku terhenyak. Lidahku kelu. Sebuah sudut di hatiku dipenuhi gerimis, sedangkan di luar hujan mulai berhenti.
/VII/
Takkan kuhabiskan julangan receh di Amesbury. Takkan kusaksikan tuah batu bertingkat asal-muasal dijauhkannya dunia dari syariat. Aku masih waras. Pungkasmu sore itu.
Barakallah, Tulisan yang memberikan informasi mendalam semoga bermanfaat bagi saya tentunya ✨
Sastra yang tinggi. Setahu saya, Stonehenge Van Java ini ada di Bondowoso mirip dengan Stonehenge yang ada di Amesbury