Jalan ini semakin sunyi, Kawan
Tapi tak pernah akan aku tinggalkan
Karena yang kalah adalah sampah peradaban
Sedang menang adalah tujuan
Oleh. Bedoon Essem
NarasiPost.Com-Dulu ada aku, kamu, dan dia
Bersama kita saling menjaga
Dalam beratnya setiap uji yang menyapa
Dalam setiap terjalnya jalan di depan mata
Walau terjatuh kita tetap bangkit
Menyerah tak pernah tebersit
Walau badai mengadang setiap langkah
Tak pernah kita kehilangan arah
Namun, dia mulai goyah
Lunglai hingga ingin menyerah
Setiap dukungan dan dorongan tak pernah jengah
Namun ia telah memilih jalan kalah
Sunyi jalan ini, Teman
Tanpamu bercengkerama dalam ingatan
Berdoa kelak kau kan kembali
Menapaki terjal jalan dakwah ini
Kau dan aku pun menangis
Kehilangan bukanlah yang kita ingin
Apalagi sahabat sejawat menorehkan setitik pesimis
Dalam kalbu-kalbu kita yang semakin dingin
Kemudian kita hapus air mata
Kita angkat lagi kepala
Ke depan kita songsong rencana
Dalam setiap optimis yang membara
Kemarin tinggal kau dan aku
Saling rangkul kita berjibaku
Dalam semakin besarnya ombak yang menderu
Dalam setiap tangisan kita menahan pilu
Bahu-membahu kita saling menopang
Dalam hebatnya badai yang menerjang
Menggoyahkan setiap langkah yang kita rancang
Namun tetap semangat kita tak kepalang
Waktu berlalu, dan kau pun mulai lesu
Sedikit demi sedikit kau menjauh
Dalam setiap jalan yang kita tempuh
Mungkinkah jemu mulai menderamu?
Mungkin kau lelah dengan beratnya beban dakwah
Dalam payah yang kian bertambah
Juga celaan dan cemoohan
Bersama tajamnya caci maki dan ancaman
Dan kini tinggal aku sendiri
Berdiri dalam perjuangan seorang diri
Meneruskan apa yang pernah kita perjuangkan
Karena ini adalah sebuah keyakinan
Jalan perjuangan memang sulit
Akan selalu datang rasa sakit
Kekalahan hanya bagi mereka yang tak kuat menahan rasa pahit
Maka manis akan dirasa dengan terus bangkit
Jalan ini semakin sunyi, Kawan
Tapi tak pernah akan aku tinggalkan
Karena yang kalah adalah sampah peradaban
Sedang menang adalah tujuan
Bukankah setiap perjuangan butuh militansi?
Agar semua tantangan dapat teratasi
Bukankah dakwah butuh jiddiyah?
Agar hati dan langkah tetap istikamah
Sahabat, bara api ini benar panas
Di tengah tiupan angin kemungkaran yang kian mengganas
Namun bahtera dakwah tak boleh kandas
Meski badai menggulung menghempas
Aku masih menunggumu, Kawan
Bersama kita melangkah dalam ketaatan
Agar tak sunyi lagi jalan ini
Agar kemenangan itu tak lagi mimpi[]
Photo :Canva