Setiap tahun Rajab berlalu semakin pilu
Dalam setiap ratap kami mengadu
Menolak lupa kami merindu
Kehadiran khilafah sang Pemersatu
Oleh. Bedoon Essem
NarasiPost.Com-Mendung bergulung
Di atas langitmu tanda berkabung
Saat sang Junnah itu dirundung
Dalam wajah nan murung
Kau sang Perisai
Berjalan tegap namun gontai
Terbayang tanpamu kami terberai
Dalam siasat musuh yang terus mengintai
Pagi dua puluh delapan Rajab
Ketika dunia diliputi awan gelap
Ketika runtuhnya bangunan kokoh karena siasat biadab
Umat memulai babak baru, terpuruk dan terjerembap
Rajab kelabu seratus tahun yang lalu
Sungguh masih segar dalam kalbu
Awal tragedi panjang tak berkesudahan
Umat tak lagi mulia, dihinakan dalam kesengsaraan
Ikatan persatuan tinggallah legenda
Tubuhnya dicabik-cabik tanpa rasa
Diombang-ambingkan angkara murka
Saling bunuh sesama saudara
Sedikit demi sedikit tanah kami dirampas
Dijarah habis tak berbelas
Dibumihanguskan tak berbekas
Luluh lantak tak berbalas
Kehormatan kami tak lagi terjaga
Dihinakan direndahkan tak terkira
Hingga mereka pun lupa
Bahwa mereka umat mulia
Darah kami dikucurkan
Laksana korban persembahan
Tak guna kami teriak dan meronta
Tak ada penolong maupun pembela
Generasi kami dihancurkan jiwa raga
Pemikiran mereka dirusak tak berupa
Bangga jauh dari agama
Kebebasan tanpa batas yang dipuja
Tubuh kami lemah
Terlalu banyak racun yang mereka suntikkan dalam darah
Membinasakan akal juga muruah
Tak lagi bisa membedakan benar ataupun salah
Kami dikelilingi biadabnya musuh
Kami dikhianati saudara yang kami asuh
Tiadamu kami lemah jua rapuh
Dalam bayangan kemuliaan yang kian menjauh
Seabad lebih kami tanpamu
Langit itu masih saja kelabu
Seakan rahmat itu menjauhi kami
Karena abai terhadap syariat Ilahi
Setiap tahun Rajab berlalu semakin pilu
Dalam setiap ratap kami mengadu
Menolak lupa kami merindu
Kehadiran khilafah sang Pemersatu[]
Photo : Pinterest