Namun, mentari membangunkan mimpi
Yang tertutupi kebijakan alibi
Kebebasan tergadaikan
Kemakmuran terbuaikan
Oleh: HusnulKh
(Pegiat Dakwah Sosmed & Mahasiswi Madura)
NarasiPost.Com-Angka di dinding telah baru lagi
Malam sudah berganti pagi
Janji sudah berganti hari
Tetap tak terealisasi
Hanya menganggukkan badan tak berarti
Tetap terbingungkan dengan janji-janji
Bapak dan Ibu terhormat duduk di kursi tanpa beban di hati
Memakan roti dengan selai strowberi
Tanpa tekanan dan moral terdekadensi
Mengacu kekuatan
Memilih penguasa yang selalu berganti
Berharap besok pertiwi
Tak lagi menangis karena korporasi
Namun, mentari membangunkan mimpi
Yang tertutupi kebijakan alibi
Kebebasan tergadaikan
Kemakmuran terbuaikan
Di antara janji tuan yang memabukkan
Menyeringai tanpa mempedulikan
Seperti bunga api yang datang di akhir tahun
Para generasi kini harus menanggung
Bunga pekat berbau anyir
Utang ribawi yang semakin menggunung
Ini nyata
Bahagia yang selalu dijanjikan Namun, tak pernah ada kenyataan
Malam mulai berganti
Manusia tertidur lagi
Sekarung beras mulai berdatangan
Setumpuk uang terbang ke tangan-tangan
Kukira keseriusan
Ternyata modal biasa saat pemilihan
Pesta katanya ….
Ternyata tiada yang gratis
Dengan dana yang fantastis
Awalnya janji dilontarkan
Negeri ini kan terbebas dari utang
Kemiskinan akan hilang
Tak ada lagi penindasan
Aspirasi rakyat akan didengarkan
Lagi-lagi itu hanya jargon pengisi kekosongan
Di antara lembaran baleho dipinggir jalan
Manis saat diucapkan
Nyatanya tak pernah diterapkan
Semua hanya janji indah
Dalam mimpi, bukan kenyataan
Sekarang ….?
Yang mayoritas selalu terkedilkan
Dituduh membuat kerusuhan
Gelar tak logis tetap saja disematkan
Kelompok mayoritas pun terpaksa dibubarkan
Dengan frasa mengancam keutuhan
Tak akan pernah keadaan ini berganti
Sebelum berpegang pada aturan ilahi
Membuang tanpa sisa ajaran Mostesquie
Yang menjadi acuan di negeri ini
Agar keindahan tak hanya mimpi
Kesejahteraan tak sekadar janji
Gelap, senyap, tenggelam negeri ini
Maka segera terapkan sistem Ilahi[]