Mengembalikan Fungsi Ideal Pemuda Muslim untuk Menyongsong Peradaban Islam nan Cemerlang

"NarasiPost.Com kembali mengadakan sebuah event bergengsi dan spektakuler dalam rangka memperingati Miladnya yang kedua pada Sabtu, 29 Oktober 2022. Tema yang diangkat pada event kali ini adalah “Peran Pemuda dalam Menyongsong Kebangkitan Islam”.

Oleh. Nay Beiskara
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pemuda merupakan tonggak kemajuan sebuah peradaban. Namun hari ini, kita melihat bahwa potensi para pemuda -khususnya pemuda muslim- sebagai “Agent of Change” menghadapi berbagai problematika yang amat serius. Padahal dengan potensinya yang besar, pemuda mampu bergerak dan menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik, yakni Islam. Karenanya, potensi pemuda muslim ini perlu kembali dibangkitkan agar terwujud kebangkitan hakiki yang didambakan oleh seluruh umat.

Berdasarkan kesadaran di atas, NarasiPost.Com kembali mengadakan sebuah event bergengsi dan spektakuler dalam rangka memperingati Milad-nya yang kedua pada Sabtu, 29 Oktober 2022. Tema yang diangkat pada event kali ini adalah “Peran Pemuda dalam Menyongsong Kebangkitan Islam”. Event yang berlangsung secara live melalui platform media sosial Zoom dan kanal YouTube NarasiPost Media ini menghadirkan tiga narasumber hebat dan istimewa. Muslimah-muslimah hebat tersebut adalah Ustazah Siti Nafidah Anshory, Ustazah Ratu Erma Rachmayanti, dan Ustazah Dedeh Wahidah Achmad.

Nurjamilah dan Dewi Fitriana sebagai moderator yang penuh energi dan murah senyum ini mengawali acara dengan berbalas pantun. Tidak hanya itu, duo moderator ini juga mengajak para peserta yang hadir untuk turut membuat pantun juga dan menyampaikan aturan main dengan menyebutkan tiga huruf, yakni A,B, dan C. Pertama, A adalah peserta harus mengikuti acara dengan antusias. Kedua, B adalah Berpartisipasi, dan yang ketiga C adalah Catat alias mencatat setiap tetesan ilmu yang akan disampaikan oleh para narasumber. Karena ilmu itu ibarat binatang buruan dan tulisan merupakan tali yang mengikat binatang buruan tersebut.

Selanjutnya, Nurjamilah dan Dewi Fitriana mempersilakan tim NarasiPost.Com untuk memutarkan video trailer acara dan selayang pandang NarasiPost.Com agar peserta memahami apa yang akan dibahas dan siapa saja aktor di balik suksesnya NarasiPost.Com dalam mengawal perubahan melalui tulisan-tulisan ideologis dan podcast, serta yang selama ini menjaga integritas NarasiPost.Com sebagai media dakwah di usianya yang masih amat belia, yakni dua tahun. Setelah pemutaran dua video tersebut, akhirnya duo moderator mengajak para peserta untuk menyapa ketiga narasumber dengan menggemakan takbir bersama, Allahu Akbar!

Narasumber pertama, yakni Ustazah Siti Nafidah Anshory. Aktivis dakwah dan pegiat literasi ini menyampaikan tentang potret para pemuda saat ini yang seolah-olah berada di lingkaran setan. Namun, sebelum beliau membahas nasib generasi muda hari, beliau menjelaskan siapa yang dimaksud dengan pemuda dan karakternya secara umum dari berbagai referensi. Misalnya, menurut WHO yang dimaksud dengan pemuda adalah mereka yang berusia 10-24 tahun. Beliau melanjutkan bahwa Islam sendiri memiliki pandangan yang khas mengenai definisi pemuda (syabab). Syabab secara lughowi (bahasa) memiliki arti kekuatan, baru, indah, dan awal dari segala sesuatu. Sedangkan secara istilah, syabab merupakan pemuda yang telah memasuki masa mukalaf atau yang terbebani hukum syarak.

Kemudian bagaimana potret pemuda muslim pada realitasnya hari ini? Maka, dapat dilihat bahwa pemuda hari ini jauh dari karakter pemuda yang ideal. Mereka kehilangan jati diri atau identitasnya sebagai seorang muslim. Kehidupan mereka umumnya penuh dengan gaya hidup ala Barat, misalnya budaya permisif, hedonis, cenderung pragmatis, apolitis, minus tanggung jawab, serta berperilaku serba bebas. Mereka mengalami banyak sekali problem kejiwaan atau “kena mental”. Mereka menjadi korban sistem sekuler yang saat ini diterapkan.

Ustazah Siti Nafidah Anshory menilai bahwa problematika yang terjadi pada pemuda hari ini bukan problematika tunggal. Terdapat dua faktor yang memengaruhi para pemuda itu, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal atau dari sisi pemudanya sendiri, mereka tidak lagi memiliki ketahanan ideologis. Mereka secara tidak sadar terpengaruh oleh ide-ide sekuler dan liberal yang mengarus deras dalam kehidupan saat ini. Mereka tidak memiliki standar dalam berbuat karena telah jauhnya mereka dari agama. Sedangkan faktor eksternal, baik dari kontrol masyarakat dan peran negara, saat ini tidak ada. Padahal, kontrol masyarakat dan peran negara menjadi akar masalah sebenarnya sehingga kita dapati pemuda saat ini mengalami degradasi dalam semua lini kehidupan.

Beliau juga menekankan bahwa sistem kapitalisme sekularisme yang saat ini diterapkanlah yang menjadi induk dari segala pemikiran-pemikiran yang merusak pemuda. Sistem ini merupakan alat perang peradaban dalam bentuk soft power yang digunakan oleh Barat untuk membendung kebangkitan Islam. Akibatnya, pemuda kehilangan fungsi utamanya sebagai agen perubahan dan pembawa kebaikan bagi Islam dan umat Islam. Sejatinya, sistem ini adalah alat mengukuhkan penjajahan Barat. Selama kita hidup dengan sistem ini, kita tidak dapat berharap para pemuda mampu memfungsikan dirinya sebagaimana seharusnya, kecuali mereka disentuh dengan pemikiran-pemikiran Islam. Di sinilah peran kita untuk dapat mengembalikan kesadaran dan mewujudkan profil ideal pemuda berdasarkan Islam.

Adapun narasumber yang kedua, yakni ustazah Ratu Erma Rachmayanti menjelaskan secara gamblang mengenai adanya pembajakan potensi para pemuda. Faktanya, pemuda muslim ini merupakan komunitas paling dominan yang jumlahnya sekitar 80 persen dari total kaum muslimin dunia. Pertanyaannya, potensi besar para pemuda itu kini sedang dimiliki oleh siapa? Ustazah Ratu menjawab dengan tegas bahwa yang saat ini menguasai pemikiran para pemuda adalah musuh-musuh Islam, yakni Barat dengan kendaraan PBB-nya. Barat menilai bahwa pemuda dan pemudi yang berjumlah 1,8 miliar di seluruh dunia merupakan mitra berharga dalam rencana mereka mencegah kekerasan dan ektremisme. Sehingga setiap negara harus mendukung para pemuda untuk menjadi duta damai yang memberdayakan mereka.

Tidak hanya itu, ibu dari 5 putri ini juga membongkar kebijakan penguasa terkait dengan program duta damai dan perang melawan ekstremisme. Para pemuda dengan segala profesinya seperti jurnalis, komika, komedian, dan yang lainnya diarahkan untuk menguasai dunia media sosial dan menarasikan sekularisme dan moderasi beragama. Dari fakta di atas, kita dapat mengamati keluaran dari program-program tersebut adalah muslim yang moderat, yakni muslim yang tidak mengambil Islam sebagai way of life alias Islam yang minus aturan berpakaian, minus ekonomi Islam, minus politik Islam, minus jihad, dan minus amar makruf nahi mungkar. Islam hanya diambil dari segi ibadah dan akhlaknya saja. Inilah pribadi muslim yang diinginkan oleh Barat.

Beliau juga menjelaskan bahwa Barat mencoba mengalihkan perhatian kaum muda dari pemikiran untuk mengkaji Islam, mendekat dengan orang-orang yang saleh, dan berjuang untuk menegakkan Islam kepada pekerjaan untuk mencari cuan, pengabdian untuk meraih keterampilan, dan berprestasi dalam ukuran materialistis semata. Sebegitu seriusnya Barat melakukan semua upaya itu tujuannya tiada lain untuk menghalangi kebangkitan umat Islam dengan menggunakan harta berharganya berupa pemuda-pemuda muslim, memperpanjang, dan menjaga eksistensi serta hegemoni peradaban kapitalisme sekularisme ini yang telah nyata kebobrokannya. Penjelasan panjang lebar dari narasumber kedua ini semakin menambah panas acara ini.

Pemaparan dari narasumber ketiga, yakni Ustazah Dedeh Wahidah Achmad, menjadikan event yang dihadiri sekitar 200-an peserta di Zoom dan kanal YouTube ini semakin seru. Konsultan keluarga sakinah ini memaparkan mengenai potensi besar pemuda muslim. Beliau mengawali penjelasannya bahwa pemuda muslim harus terlebih dahulu menyadari potensi besar yang mereka miliki yang saat ini tengah dirampok oleh musuh-musuh Islam agar mereka mau berubah dan bergerak. Allah Swt. telah menyebutkan potensi besar para pemuda muslim ini dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 54. Potensi pemuda salah satunya adalah potensi sebagai pemimpin yang selalu dilisankan dalam doa-doanya kaum muslim. Pemimpin di sini adalah pemimpin yang memiliki karakter terdepan dalam kebaikan, kreatif, mampu menyelesaikan masalah, memiliki visi dan misi yang jelas, serta mampu membawa kebaikan.

Kemudian, beliau pun menjabarkan bahwa potensi lain dari pemuda adalah memiliki visi keumatan, yakni bagaimana mampu menebarkan kemaslahatan untuk umat. Pemuda juga harus menjadi penegak peradaban Islam dan selalu peduli terhadap setiap kerusakan yang terjadi hari ini, bukan diam saja. Pemuda seharusnya memang tidak diam, lisannya akan tajam untuk mengingatkan, pemikirannya akan senantiasa dinamis, dan ia akan mengungkapkannya dengan potensi yang dimiliki.

Penulis yang memiliki moto hidup "Perjuangan untuk meraih rida Allah" ini, juga menekankan hanya pemuda muslim yang visioner-lah yang akan mampu mengembalikan dan mewujudkan kejayaan Islam. Kerusakan dan kemaksiatan yang hari ini kita saksikan tidak akan merajalela karena pemuda berani dengan potensinya untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Pemuda yang seperti ini juga akan memiliki cita-cita yang tinggi agar Islam dapat tersebar ke seluruh dunia. Terakhir, beliau juga mengajak para pemuda untuk sadar atas potensi yang dimiliki, jangan sampai potensi tersebut dibajak oleh pihak lain yang tidak menyukai Islam. Pemuda harus mau mengikuti teladan dari Rasulullah saw. dalam segala aspek kehidupan termasuk upayanya dalam mewujudkan peradaban Islam.

Masyaallah wal hamdulillah. Pembahasan dari para pemateri sungguh mencerahkan dan berdaging. Para peserta yang semakin antusias ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan yang masuk melalui chat di ruang zoom, langsung mengangkat tangan, dan komentar di kanal YouTube NarasiPost Media. Diskusi berlangsung hangat dan ceria walaupun malam semakin larut. Duo moderator, Nurjamilah dan Dewi Fitriana selanjutnya mengajak para peserta untuk menyaksikan video pengumuman para pemenang Challenge Milad Kedua NarasiPost.Com yang bertabur hadiah. Para peserta banyak yang terkejut dengan hasil challenge. Alhamdulillah wa barakallah bagi para pemenang challenge.

Acara ditutup dengan pembacaan doa yang khusyuk oleh Ukhti Maya Rohmah. Akhirul kalam, bersyukur alhamdulillah setiap sesi acara dapat berjalan lancar. Semoga ilmu yang dikucurkan oleh para narasumber dapat menambah wawasan, kesadaran, dan bermanfaat bagi kebangkitan umat. Aamiin Yaa Robbal’aalamiin. Sebagai pemuda, yuk semangat mengkaji Islam dan bergerak demi menyongsong kebangkitan Islam yang insyaallah tak akan lama lagi kita jelang. NarasiPost.Com, "Cerdas dalam literasi media, bijak menangkap peristiwa kunci."[]


Photo : Koleksi pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim NarasiPost.Com
Nay Beiskara Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Sistem Ekonomi Islam, Solusi Ekonomi Pro Rakyat
Next
Hikmah Ayat-Ayat Cinta
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram