"Sebagai closing statement, Ustaz Ismail menyampaikan bahwa dakwah adalah poros hidup seorang muslim. Maka, penting menjadikan dakwah sebagai visi hidup berkeluarga. Sedangkan Ustazah Zulia menyampaikan tentang satu ayat yang senantiasa dibombardir oleh Ustaz Ismail kepada beliau, yakni "Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya." (QS.Muhammad:7).
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
( RedPel NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Sabtu, 20 November 2021 telah terselenggara event Bincang Mesra ke-15 yang diselenggarakan oleh NarasiPost. Com. Event kali ini sangat istimewa karena menghadirkan sepasang suami istri ideologis yang menjadi panutan umat, yakni Ustaz Ismail Yusanto dan Ustazah Zulia Ilmawati.
Tepat pukul 09.00 WIB, Ukhti Miladiyah al-Qibtiyah selaku moderator membuka acara talkshow ini dengan penuh kehangatan. Beliau menyapa peserta yang sudah hadir di ruang zoom dan menyimak live streaming di Youtube NarasiPost media. Ternyata peserta yang hadir berasal dari berbagai penjuru nusantara serta beberapa dari Sydney Australia.
Keharuan menyeruak sejak acara baru dimulai, yakni saat Ustazah Zulia Ilmawati dan Ustaz Ismail menceritakan bagaimana perjalanan awal pernikahan mereka.
"Sejak awal, keluarga yang ingin kita bentuk adalah bukan keluarga biasa, melainkan keluarga yang memiliki visi dakwah." ujar Ustazah Zulia.
Suasana semakin haru tatkala Ustaz Ismail memperlihatkan sebuah foto prasasti yang beliau berikan kepada Ustazah Zulia sebagai hadiah pernikahan di tahun 1990 silam. Prasasti berbahan kayu tersebut bertuliskan "Allah Muara Kehendak Kami, Al-Qur'an Pedoman Hidup Kami, Muhammad Puncak Teladan Kami, dan di Dalam Dakwah itulah Kehidupan Kami".
"Jadi, sejak hari pertama kami menikah itu, inilah komitmen kami." tegas Ustaz Ismail seraya mengungkapkan bahwa inilah kali perdana beliau memperlihatkan prasasti tersebut kepada publik, khusus untuk event NP ini.
Beliau juga mengungkapkan bahwa jika kita ingin membangun keluarga dakwah, maka harus ditancapkan sejak awal menikah. "Usroh haroqi atau keluarga gerakan, begitulah corak keluarga kami," ungkap Ustaz Ismail.
Selanjutnya, moderator mengajukan pertanyaan, "Apakah bisa terbentuk keluarga ideologis, jika pasutri berbeda visi misi?"
Dengan tegas, Ustazah Zulia menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin bisa, sebab sebuah kesatuan visi sangat penting ditancapkan bersama agar selaras dalam langkah. Jika visinya berbeda, maka akan berimbas pada banyak hal. "Jadi, pilihlah pasangan yang memiliki visi yang sama dan komitmen yang sama." ujar Ustazah Zulia.
Kemudian Ustaz Ismail menyampaikan soal ilmu sebelum amal. Maka, ilmu sangat penting dimiliki sebelum kita beramal. "Itulah yang menjadi alasan saya menimba ilmu dulu di pesantren selama tiga tahun demi memperoleh tsaqofah Islam sebagai bekal dakwah. Dan selama itu pula, saya menunda pernikahan saya, padahal sudah khitbah." ujar Ustaz Ismail mengenang.
Beliau juga menyampaikan bahwa hidup dalam sebuah jamaah juga adalah sebuah kewajiban, karena tabiat dari Islam adalah berjamaah dan dakwah. Karena sifat ilmu adalah akumulatif, semakin sering disampaikan, ilmu akan semakin bertambah.
Pada sesi tanya jawab, peserta begitu antusias menenyampaikan pertanyaannya kepada kedua narasumber, baik via chat zoom, komentar youtube, maupun secara langsung. Seorang peserta di ruang zoom bertanya tips istikamah membangun keluarga dakwah. Kemudian Ustaz Ismail menjelaskan empat penyebab putusnya dakwah. Pertama, ragu terhadap keberhasilan dakwah. Maka cara mencegahnya adalah tingkatkan keyakinan pada janji Allah dan perhatikan fakta perkembangan dakwah, baik skala lokal, nasional, maupun internasional.
Kedua, tekanan keluarga, baik dari orang tua, pasangan, atau anak. Maka, cara mencegahnya adalah hadapi dengan sabar, ini adalah ujian. Kemudian dakwahi mereka dengan cara yang baik dan benar, pahamkan dengan visi dan misi dakwah kita. Terakhir, tunjukkan kualitas diri kita, buktikan bahwa kita mampu menyelesaikan masalah ekonomi, pendidikan, keluarga, dan dakwah itu sendiri.
Ketiga, tekanan tempat kerja dan lingkungan tempat tinggal. Maka, cara mencegahnya adalah hadapi dengan sabar sebab ini adalah ujian, dakwahi dengan baik dan benar, opsi lainnya adalah pindah tempat tinggal atau tempat kerja yang lebih kondusif. Yakinkan diri bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah.
Keempat, tekanan ekonomi. Maka cara mencegahnya adalah hadapi dengan sabar, ikhtiar mencari nafkah yang bisa sinergis dengan aktivitas dakwah, wirausaha atau mencari pekerjaan yang lebih baik, dan meminta bantuan kepada pihak lain.
Selanjutnya Ustaz Ismail menyampaikan bahwa para suami hendaklah membantu istrinya di tanah domestik atau jika mampu menyediakan pembantu rumah tangga, agar istri tidak terlalu lelah dan dapat melaksanakan kewajiban dakwahnya. Hal tersebut adalah jawaban atas pertanyaan seputar fenomena suami yang perfeksionis dalam urusan domestik, sehingga seringkali membatasi aktivitas dakwah istrinya.
"Suami tidak boleh menghalangi istrinya berdakwah, sebab dakwah adalah kewajiban, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Para istri juga harus introspeksi diri, apakah kewajibannya di rumah sudah terlaksana dengan baik atau belum. Jika memang sudah, maka suami seharusnya tidak boleh mencari-cari alasan untuk membatasi aktivitas dakwah istrinya." tambah ustazah Zulia.
Sebagai closing statement, Ustaz Ismail menyampaikan bahwa dakwah adalah poros hidup seorang muslim. Maka, penting menjadikan dakwah sebagai visi hidup berkeluarga. Sedangkan Ustazah Zulia menyampaikan tentang satu ayat yang senantiasa dibombardir oleh Ustaz Ismail kepada beliau, yakni "Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya." (QS.Muhammad:7).
"Maka itulah, kita harus menjadikan keluarga kita sebagai keluarga penolong agama Allah. Insyallah kelak Allah pun akan menolong kita." pungkas Ustazah Zulia.
Acara yang berlangsung selama 3 jam tersebut mampu mencerahkan sebanyak hampir 348 peserta di ruang virtual zoom dan 156 peserta yang menyimak via youtube. Mereka pun berlomba-lomba menulis testimoninya di media sosialnya masing-masing.[]
Photo : Koleksi Pribadi