"Tindakan preventif untuk memusnahkan kemaksiatan memang mustahil dalam sistem kapitalisme yang menaungi tatanan kehidupan saat ini. Sistem yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan ini jelas menjadikan kemaksiatan hal yang lumrah adanya."
Oleh: Nur Itsnaini Maulidia
(Aktivis Dakwah)
NarasiPost.Com-Memasuki bulan Syawal, rasanya tak lengkap jika tidak ada momen halalbihalal. Di Indonesia sendiri, halalbihalal biasa diselenggarakan oleh keluarga besar, komunitas, instansi semisal sekolah, dan lainnya. Halalbihalal menjadi momen yang istimewa karena mampu mempererat persaudaraan antar sesama muslim, memelihara, dan juga merawatnya. Untuk itulah, muslimah Bangil mengadakan acara halalbihalal untuk mempererat ukhuah sekaligus momentum untuk meningkatkan ketakwaan pasca-Ramadan ini pada 16 Mei 2022.
Memulai acara, Ustazah Lely selaku pembina Komunitas Muslimah Bangil mengingatkan peserta bahwa hakikat Idulfitri adalah semakin meningkatnya ketakwaan kepada Allah Swt. Sebagaimana disampaikan Imam Ali radhiyallahu ‘anhu:
لَيْسَ العِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الجَدِيْدَ، وإنَّما العِيْدُ لِمَنْ أمِنَ الوَعِيدَ
لَيسَ العيدُ لِمَنْ لَبِسَ الجَدِيْدَ, إنما العيدُ لِمَنْ طَاعَاتُه تَزِيدُ
لَيْسَ العِيدُ لِمَن تَجَمَّلَ بِاللِبَاسِ والرُكُوبِ؛ إنما العِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُنوبُ.
(لطائف المعارف 277)
"Idulfitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru, tapi hakikat Idulfitri adalah bagi orang yang aman dari ancaman (neraka). Idulfitri bukanlah bagi orang yang memakai pakaian baru, tapi hakikat Idulfitri adalah bagi orang yang ketaatannya bertambah. Idulfitri bukanlah bagi orang yang bagus pakaian dan kendaraannya, tapi hakikat Idulfitri adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya."
"Namun sayangnya, di momen Syawal ini bukan ketakwaan yang meningkat di tengah-tengah masyarakat, melainkan kemaksiatan yang semakin merajalela, bahkan bebas disebarluaskan. Media sosial yang seharusnya dimanfaatkan untuk menyebar kebaikan, justru dijadikan wadah untuk mengeksiskan kemaksiatan," tutur Ustazah Lely.
Terakhir yang ramai diperbincangkan adalah hadirnya pasangan gay dalam podcast milik salah satu public figure berinisial DC. Dalam podcast tersebut, pasangan gay, Ragil Mahardika dan Frederick Vollert menyampaikan bahwa mereka sangat bahagia dengan apa yang mereka geluti saat ini. Dengan kata lain, mereka bahagia sekaligus bangga dengan kemaksiatan yang mereka lakukan.
"Ini bukan sekali dua kali podcast milik DC menghadirkan pelaku penyimpangan seksual (L68T) tetapi sudah berulang kali. Namun mirisnya, kejadian seperti ini hanya berakhir dengan permintaan maaf dan men-take down video. Lebih miris lagi saat seorang Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud Md menganggap bahwa negara tidak memiliki wewenang untuk melarang DC menampilkan konten L68T karena Indonesia merupakan negara demokrasi. Terbukti tidak ada tindakan preventif agar kemaksiatan tidak muncul lagi ke permukaan, negara terkesan abai dan mendiamkan," ungkap Ustazah Lely.
Tindakan preventif untuk memusnahkan kemaksiatan memang mustahil dalam sistem kapitalisme yang menaungi tatanan kehidupan saat ini. Sistem yang berasaskan pemisahan agama dari kehidupan ini jelas menjadikan kemaksiatan hal yang lumrah adanya. Agama hanya sebatas identitas yang ajarannya tidak wajib dipraktikkan.
Sistem kapitalisme memberi ruang kebebasan seluas-luasnya bagi siapa pun. Siapa pun bebas berpendapat, bertingkah laku dan beragama. Maka, sah-sah saja bila seseorang bermaksiat kemudian memamerkannya, apalagi jika hal tersebut menjanjikan keuntungan materi.
Kemaksiatan akan binasa hanya dalam naungan sistem Islam kaffah sebagaimana pada masa Khilafah Islam. Sistem ini akan mewujudkan ketakwaan di tengah-tengah umat dengan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Sesama muslim juga akan senantiasa mengontrol, saling menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Sebagaimana perintah Allah dalam surah Ali-Imran:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (TQS. Ali-Imran[3]: 110)
Sistem Islam juga memberi sanksi yang sangat tegas dan menjerakan bagi pelaku maksiat. Dengan ini, dipastikan tidak akan ada lagi pelaku maksiat di kemudian hari. Umat akan fokus beribadah kepada Allah Swt.
"Sebagai umat muslim yang sadar akan pentingnya ketakwaan kepada Allah, sudah seharusnya kita istikamah meningkatkan ketakwaan pasca-Ramadan ini. Menjalankan sepenuhnya apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan yang dilarang. Terus berusaha menebarkan kebenaran di tengah-tengah umat, menyeru kepada kebaikan (Islam kaffah), dan mencegah segala kemungkaran hingga Islam kaffah tegak di muka bumi. Jadilah corong kebenaran, bukan corong setan (kemaksiatan)," pungkas Ustazah Lely mengakhiri acara.
Kemudian acara dilanjutkan dengan doa, salam-salaman, dan makan bersama.
Wallahu a'lam.[]
Photo : koleksi pribadi