Kemampuan analisis harus dimiliki oleh para penulis ideologis agar mereka memahami isu yang terjadi di dalam peristiwa politik.
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sengaja mengangkat tema ini, karena di grup ini insyaallah para penulis opini jitu.
Semoga makin tajam dalam menulis naskah opini. Materi ini adalah rangkuman dari ilmu-ilmu yang pernah di-share oleh Ustazah Fika dan kawan-kawan. Semoga bermanfaat buat semua.
Pengantar Awal
Dakwah di era informasi sekarang membutuhkan kekuatan sudut pandang,
karena ini mewakili paradigma kesadaran politik, yang berfungsi membangkitkan umat agar melihat segala persoalan dengan lensa akidah Islam.
Seorang pemikir diharapkan memiliki kemampuan analisis dalam menanggapi berbagai isu, khususnya isu “keumatan”. Akan halnya dengan penulis ideologis. Ketika penulis menuangkan gagasannya atau opininya dalam sebuah naskah, maka harus memperhatikan berbagai sudut pandang yang disoroti dalam isu/berita tersebut untuk dianalisis lebih lanjut.
Beropini tanpa analisis akan membuat seseorang kurang peka dengan konstelasi, kurang masuk pada konteks isu, akhirnya normatif, dan hanya menyentuh permukaan. Dalam hal ini tidak mampu membahas isu secara mendalam dan komprehensif.
Lalu, Apa Itu Analisis?
Menurut Sugiono (2015: 335), analisis adalah kegiatan untuk mencari pola, atau cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian, serta hubungannya dengan keseluruhan.
Menurut Satori dan Komariyah (2014: 200), definisi analisis adalah usaha untuk mengurai suatu masalah menjadi bagian-bagian. Sehingga, susunan tersebut tampak jelas dan kemudian bisa ditangkap maknanya atau dimengerti duduk perkaranya.
Menurut KBBI, pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara, atau hal-hal lainnya).
Seorang penulis ideologis harus memiliki kemampuan berpikir politik dalam menganalisis berita. Berpikir politik dilakukan dengan cara memahami teks-teks politik pada berita, agar mampu menganalisisnya dan menemukan sudut pandang yang pas dalam meresponsnya dengan perspektif Islam. Baru kemudian dituangkan dalam tulisan yang short (cakrawala berita), sharp (kekuatan perspektif), dan sweet (tsaqafah Islam).
Kemampuan analisis dalam berpikir politik memuat dua hal:
Pertama, analisis konstelatif (isu sistem), yaitu melatih kemampuan berpikir dengan pola pikir politik Islami terlebih dahulu. Selanjutnya, akan kita dapati peta politik dan posisi interaksi negara-negara di dunia, termasuk di mana posisi negeri muslim. Kondisi hari ini memang selalu menempatkan negeri muslim dalam posisi inferior, di bawah kendali negara-negara besar di Barat.
Inilah yang dimaksud berpikir konstelatif, ketika kita memahami peta pemain (ideologi/sistem kapitalisme) dalam kancah perpolitikan di dunia sampai ke tingkat nasional. Analisis konstelasi bertujuan untuk membuat kita paham peta pemain dan strategi permainannya.
Kedua, analisis wacana yaitu cara atau metode untuk mengkaji wacana atau yang ada atau terkandung dalam pesan-pesan komunikasi baik itu secara tekstual ataupun kontekstual.
Analisis wacana bertujuan untuk membuat kita mengerti isu yang terjadi di dalam peristiwa politik dan memungkinkan kita untuk melihat lebih dari sekadar apa yang dituliskan atau diucapkan dalam peristiwa politik tersebut.
Prioritas Isu
Selanjutnya adalah memilih prioritas isu yang disorot untuk dianalisis lebih lanjut.
Prioritas isu yang disorot tergantung goal setting (penetapan tujuan) dari prioritas berita yang ingin dimonitor/disorot. Ini tergantung pada kepentingan individu, tim, atau agensi tertentu. Karena itu, penting untuk membuat list prioritas isu yang akan dimonitor untuk direspons.
Prioritas isu yang dimonitor (versi pemikiran politik Islam) antara lain:
▶Nyawa muslim atau isu pembantaian;
▶Kehormatan dan kemuliaan kaum muslimah (pemerkosaan atau penindasan perempuan dan anak, eksploitasi ekonomi TKW);
▶Perampasan kekayaan kaum muslim (termasuk isu penjajahan ekonomi, investasi asing, dan SDA);
▶Pengabaian hak-hak dasar umat Islam (isu pengungsian, isu tanpa kewarganegaraan, dll.);
▶Pengkhianatan penguasa muslim;
▶Kebobrokan dan kebusukan peradaban Barat (kasus dying alone, oplas, bunuh diri, kekerasan perempuan di Barat dan Asia Timur, depopulasi, dehumanisasi);
▶Membongkar makar dan skenario penjajah Barat/Timur atas dunia Islam.
Pola Narasi
Penting pula memiliki kemampuan dalam memahami pola narasi dalam menganalisis peristiwa politik. Pola narasi ada dua, yaitu narasi keluar dan ke dalam. Narasi keluar di antaranya: menyerang kerusakan/kemunafikan/kelemahan Barat atau sistem sekuler, ekspos kondisi Barat sebenarnya, hingga membantu publik membaca motif mereka sebenarnya, tidak defensif, tapi proaktif, hadirkan kekuatan angle dari Islam hasil memplug-in (menyambungkan/mengoneksikan) realitas kunci masalah dengan konsep-konsep Islam (values dan sistemnya).
Narasi ke dalam di antaranya: lebih pada upaya mendidik umat, bahwa kerusakan yang diderita umat adalah akibat absennya Islam, arahnya lebih ke opini edukasi, menyampaikan ajaran Islam secara utuh kepada masyarakat muslim, problem internal yang muncul di dunia Islam adalah akibat penerapan sekularisme, rendahnya literasi umat terhadap ajaran Islam, media yang memproduksi informasi sampah dan berbahaya, sistem pendidikan sekuler, dan sistem sosial yang masif menstimulasi rangsangan seksual.
https://narasipost.com/sharing-ilmu-kepenulisan/11/2024/konjungsi-namun-tetapi-dan-tapi/
Akibatnya memang banyak kerusakan pada keluarga muslim. Hal ini kita akui dan kita juga bertanggung jawab untuk memperbaiki masyarakat kita. Karena itu, perlu ada target edukasi umat dan membentengi umat dari kerusakan akibat sekularisme. Maka, perlu banyak amunisi opinion yang sifatnya constructing.
Narasi Al-Qur’an mengungkapkan motif:
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.” (Al-Maidah: 62-63)
Narasi Al-Qur’an mengedukasi orang-orang beriman dapat dipelajari dari urutan surah di dalam juz 26:
- QS. Al-Ahqaf : Peringatan kepada masyarakat belajar dari Kaum Ad, bahwa hukuman akan menimpa jika mereka tidak beriman.
- QS. Muhammad : Gambaran Baiatur Ridwan, kita akan menemukan kelompok yang siap untuk mengorbankan apapun dan Allah akan melindungi mereka.
- QS. Fath : Kemenangan yang nyata adalah ketika kaum muslimin taat kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa syarat
- QS. Hujurat : Kekuasaan Islam akan terus meluas hingga menjangkau seluruh dunia dan Allah mengajarkan kita bagaimana menghadapi perbedaan dan konflik
- QS. Qaf, Dzariyat : Peringatan dalam level individual, pengingat tempat kembali yang hakiki (kehidupan akhirat)
Wallaahu a’lam bi ash-shawab.[]
Jazakillahu khayran atas Ilmunya, Mbak Mila
Barakallah..
MasyaAllah..ilmunya benar² daging semua..barakallah mba Mila..
Barakallah Mbak Miladiah ilmunya daging semua. Keren sgt memotivasi utk lebih kuat belajat lg. Insyaallah.
MasyaAllah. Ilmu yg sangat bermanfaat.
Jazakillah khoir atas sharing ilmunya
Alhamdulillah dapat ilmu lagi. Jazaakillah khoiron, mba. Bermanfaat sekali.
Barakallah untuk mbak Miladiyah
Sharing yang sangat bermanfaat. Semoga saya bisa menulis dengan analisis yang tajam dan tetap santun
Masyaallah, mesti banyak belajar analisis politik Islam biar opini bisa lebih tajam.
Syukran sharingnya, Mbak Mila. Barakallah