Selebihnya

Tak perlu risau dengan apa yang bukan menjadi bagian kita. Allah tak akan menghisab hasil, tetapi proses yang kita kerjakan.

Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com &Penulis Lorong Waktu)

NarasiPost.Com-Seorang pria berdiri dan berkata, “Saya seorang ayah dengan putri yang merupakan seorang disabilitas. Pertanyaan saya adalah bagaimana caranya supaya putri saya bisa selalu terhubung dengan Allah Swt.?” 

Kalimat itu terlontar dalam sebuah forum ilmu. Sang syekh mendengarkannya dengan saksama. Sejurus kemudian tampak wajahnya semringah. 

Sang syekh lalu mengatakan bahwa ia sangat berbahagia dengan pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu sangat mendalam hingga membuatnya merinding. Kekagumannya untuk sang ayah yang ternyata sangat peduli dengan urusan akidah putrinya. 

Meskipun kondisi putrinya mendapat keringanan secara syar'i, tetapi sang ayah tetap khawatir. Ia khawatir putrinya kesulitan dan ketinggalan dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba. Sang ayah khawatir bagaimana ia bisa mengajarkan agama kepada sang putri dengan kondisi fisik dan mental yang kurang dibandingkan dengan manusia normal lainnya. Kekhawatirannya bukan soal duniawi, tetapi soal akhirat. 

Sang syekh lalu menjawab bahwa ia hanya perlu menjalankan semampunya saja. Apa yang dirasa mampu dilakukan, maka lakukanlah. Selebihnya, biarlah Allah yang mengurus. 

Masyaallah. Tepatlah apa yang disampaikan sang syekh. Jawabannya terdengar sederhana. Namun, sangat dalam bila diresapi. Tak sesederhana itu. Juga, tak segampang itu.

Selebihnya. Jika direnungkan, ternyata yang dilakukan manusia hanyalah sedikit dibandingkan dengan apa yang Allah berikan. Lihatlah bagaimana Allah sangat pemurah dalam memberi balasan bagi hamba-Nya yang taat seperti yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

"Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Bila dia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil." (HR. Bukhari)

Memang benar kiranya bahwa manusia hanya mampu melakukan sedikit. Sebagai makhluk tentu manusia memiliki keterbatasan. Banyak hal yang tidak bisa dijangkau oleh manusia. Manusia hanya mampu berada di wilayah yang dikuasainya. Wilayah di mana manusia punya pilihan-pilihan. Di luar itu, ia tak punya kendali sama sekali.

Lakukan bagianmu dan selebihnya biar Allah yang mengurus. Sebab, hanya Allah yang mampu menggerakkan manusia dari satu titik ke titik-titik berikutnya. Tanpa pertolongan Allah, manusia tak mampu menjangkau titik yang dianggapnya sulit. Tanpa kekuatan dari-Nya, manusia tak mampu menaklukkan titik tertinggi dalam hidupnya. Tanpa izin-Nya, tak ada titik-titik yang bisa diraih manusia hingga menjadi tangga kesuksesan.

Lakukan apa yang bisa dilakukan. Berusahalah semampunya. Dengan usaha yang semaksimal mungkin, bukan seadanya. Ketika kita sudah tak mampu lagi melakukan sesuatu, maka itulah batasan kita. 

Setelah semua ikhtiar kita coba, maka bagian Allah untuk menentukan bagaimana hasilnya. Kita telah bersiap sejak awal atas apa pun yang menjadi ketentuan-Nya. 

Benar adanya bahwa manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Manusia bisa ikhtiar dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Ia bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuan atau mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun, tetap Allah yang berkuasa atas hasilnya. 

Sering kali manusia melampaui batasnya. Ia bertindak seakan dirinya berkuasa atas segalanya, termasuk hasil dari sebuah proses. Ia beranggapan dengan upaya yang dilakukan, maka hasilnya pasti sepadan. Karena itulah, ia kerahkan semuanya dan merasa bahwa itu pasti memberinya kesuksesan. Dengan berusaha, pasti ia berhasil. Keberhasilan yang diukur dengan akal dan fisiknya yang fana.

Ia lupa bahwa dirinya terbatas. Ia tak mampu melakukan segalanya. Fisiknya tak bisa selamanya bugar dan sehat. Akan ada saatnya ia lemah dan menghilang. Akalnya tak mampu menjangkau semua hal. Banyak perkara yang seolah mustahil. Padahal, itulah pertanda bahwa dirinya manusia yang kecil di hadapan Allah Sang Maha Kuasa. 

Kecewa pun melanda ketika hasil yang diraih jauh dari harapan. Ia merasa sia-sia telah mengerahkan kemampuannya. Ia merasa bahwa ikhtiar yang telah dikerjakannya tak berguna. Ia merasa tak adil karena telah mengeluarkan banyak tenaga, pikiran, dan tenaga, tetapi hasilnya tak seperti yang diinginkan. Ia lupa bahwa masalah hasil adalah di luar kekuasaannya. 

Manusia juga kerap kali membebani dirinya untuk berhasil pada setiap percobaannya. Sekali lagi dengan keberhasilan yang diukur dengan kacamatanya. Padahal, itu di luar kewenangannya. Allah hanya meminta manusia berikhtiar dan menjalani proses, bukan untuk berhasil. Sebab, keberhasilan adalah janji Allah, bukan kepastian dari manusia. Bukankah kemenangan dan surga adalah milik-Nya? Sudah sepantasnya jika Dia yang berhak menilai kepantasan hamba untuk mendapatkan apa yang menjadi milik-Nya, bukan?

Tak perlu risau dengan apa yang bukan menjadi bagian kita. Allah tak akan menghisab hasil, tetapi proses yang kita kerjakan. Maka, pastikan saja bahwa proses yang kita jalani sudah sesuai dengan panduan-Nya. Ingatlah saja bagaimana Allah akan menilai setiap perbuatan dan memberinya balasan yang sesuai seperti yang disebutkan dalam surah Az-Zalzalah ayat 7-8:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ, وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” 

Letakkan usaha kita dalam bingkai terbaik. Allah pasti akan melihatnya dan tidak akan menyia-nyiakan setiap usaha hamba-Nya. Allah Maha Tahu. Dia tak akan pernah keliru dalam menilai dan menetapkan. Kita hanya harus meyakini itu dan berbaik sangka selalu pada-Nya. Wallahu a’lam bishshawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Menyiapkan Anak Menjadi Musafir Taat
Next
Menyoal Bunuh Diri yang Marak Terjadi 
4.3 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

"Kekhawatirannya bukan soal duniawi, tetapi soal akhirat. " Itulah yang membuat orangtua itu selalu bersyukur meskipun dikarunia anak berkebutuhan khusus.

Deena
Deena
1 year ago

My self reminder..

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Betapa besarnya cinta seorang ayah untuk putrinya sehingga selalu resah akan ibadah putrinya yang disabilitas.
Rasa hati dan mata ini basah terharu dalam alur ceritanya.
Ya kita hanya berusaha menjadi yang terbaik , biarlah Allah yang menentukannya

Mimi Muthmainnah
Mimi Muthmainnah
1 year ago

Ikhtiar dilakukan, hasil biarlah Allah yg menentukannya. Yg penting semangat terus mencoba

Atien
Atien
1 year ago

Manusia hanya bisa mengupayakan yang terbaik. Itu wilayah yang kita kuasai. Selebihnya biar itu menjadi urusan Allah Swt.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

Dalam banget....biarlah selebihnya Allah yang menentukan. Ini sering membuat saya selalu berbesar hati, ketika gamang melanda hati.

Yuli Juharini
Yuli Juharini
1 year ago

Manusia hanya berusaha, Allah lah yang menentukannya, apakah usaha itu berhasil, atau kah gagal.
Allah bersama prasangka hamba-Nya, karena itu berbaik sangka lah selalu sama Allah.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
1 year ago

Big Hug, Kanda
Tulisannya menghujam dan memberikan pembelajaran sangat berharga. I feel u, pokoknya, meski tak sepenuhnya. Selebihnya ....

novianti
novianti
1 year ago

Saya punya keponakan berkebutuhan khusus. Ibu saya suka memikirkan bagaimana nanti kalau ibu saya meninggal karena dekat banget dengan ibu saya. Masa depan adalah hal ghaib. Tidak ada yang tahu. Yang membuat kita tenang adalah bahwa setiap orang ada rizkinya. Keyakinan pada Allah lah yang akan mendorong kita untuk menjalani hidup tanpa kekhawatiran berlebihan
Jazaakillah khoiron katsiron pengingatnya

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram