Ibu Harus Cerdas Ekonomi Islam

Sebagai Muslim sejati, tentu kita tidak ingin kegiatan ekonomi kita sia-sia, apalagi tergelincir dalam kubangan dosa. Terutama para ibu yang berperan sekaligus sebagai tulang punggung keluarga ataupun sekadar membantu kewajiban nafkah suami .


Oleh: Hazimah Wangi, SE, MBus. ForAcc, Akt
(Penggiat Ekonomi Islam)

NarasiPost.com - Ibu, siapapun kamu, apapun profesimu, dan di Negeri manapun kamu hidup, harus melek ekonomi Islam. Apakah kamu seorang dokter, dosen, guru, karyawan, buruh, penulis ataupun manajer rumah tangga, apalagi direktur alias pemilik usaha bisnis, tetaplah kamu seorang ibu. Seorang ibu sesungguhnya merupakan makhluk yang paling banyak tanggung jawabnya. Sebagai manajer keuangan keluarga, decision maker of departemen pengeluaran keluarga, penjamin halal-haram belanja rumah tangga, dan sekaligus sebagai penasihat pribadi pekerjaan suami. Itu semua adalah aktivitas ekonomi.

Jadi, bisa kita bayangkan bahwa barokah atau tidaknya rezeki keluarga juga sangat ditentukan oleh peran ibu dalam mengelola keuangannya, baik arus kas masuk maupun keluar. Lalu lintas harta ini jika sesuai dengan cara-cara yang diridai Allah Subhanahu Wa Ta'aala tentu akan menjadi amal saleh bagi para ibu dan membawa keberkahan bagi keluarga. Namun begitu juga sebaliknya, jikalau ibu tidak paham aturan Allah, celaka dua belaslah kehidupan keluarga kita di dunia maupun di akhirat. Na’udzubillahi min dzalik!

Inilah di antara urgensi ibu harus cerdas ekonomi Islam. Sebagai Muslim sejati, tentu kita tidak ingin kegiatan ekonomi kita sia-sia, apalagi tergelincir dalam kubangan dosa. Terutama para ibu yang berperan sekaligus sebagai tulang punggung keluarga ataupun sekadar membantu kewajiban nafkah suami. Kita tentu tidak mau makanan yang masuk ke dalam perut anak-anak kita, pakaian yang dipakai suami kita maupun biaya pendidikan dan pengobatan anggota keluarga kita berasal dari harta haram. Oh, tentu tidak.

Peran kaum hawa dalam roda perekonomian dunia sangatlah besar. Coba lihat, siapa yang paling banyak berjualan di pasar-pasar? Ibu-ibu kan? Lalu, yang paling ramai memenuhi acara bazar, exhibition , maupun show-show yang lain, ibu-ibu juga. Yang paling banyak bekerja menjadi buruh dan karyawan, ibu-ibu pastinya. Termasuk yang paling berjejal di mall-mall kalau lagi ada discount lebaran atau akhir tahun, ya ibu-ibu lagi. Wah, keren deh ibu-ibu!

Kalau kita melihat hitung-hitungan angkanya, pada tahun 2019 ada sekitar 252 juta pengusaha perempuan dari 582 juta total pengusaha di seluruh dunia (https://www.oberlo.com/blog/entrepreneur-statistics). Pertumbuhan tertinggi pengusaha perempuan ini terdapat di Negara-negara berkembang, seperti Nigeria, Zambia, Ecuador, Ghana, Malawi, termasuk juga India, Indonesia dan Filipina. Di Negara majupun seperti Amerika Serikat, Australia dan Inggris menunjukkan peningkatan jumlah pengusaha perempuan yang cukup signifikan.

Ternyata para perempuan yang notabene-nya adalah para ibu ini memegang peranan sangat urgent terhadap perekonomian dunia. Maka sudah sepantasnya kita harus mengetahui dan memahami hal ihwal tentang ekonomi, baik skala global (makro) maupun individual (mikro), yang tentunya dengan perspektif ideologi Islam, agar bisa mendapat rida Allah dan diraih keadilan serta kesejahteraan umat manusia.

Secara makro, kita juga harus paham, kenapa harga sembako naik berlipat-lipat, para suami susah sekali mendapat pekerjaan, biaya rumah sakit dan harga obat-obatan sulit terjangkau. Dan yang paling kekinian, kenapa di Negeri kita sekarang ada banyak tenaga kerja asing. Demikian seterusnya, kita harus tahu isu-isu ekonomi yang bisa mengancam hajat hidup dapur kita.

Begitu juga, para ibu dengan multi-taskingnya mesti mengerti aturan-aturan bermuamalah secara Islam, seperti berjual beli di pasar, sewa-menyewa (ijarah), permodalan usaha, dan yang paling nge-trend di era digital ini adalah e-commerce alias jual-beli online, baik posisinya sebagai produsen, konsumen maupun distributor atau agen. Semua itu diatur juga dalam Islam, lengkap dan rinci.

Jika ibu mau membantu meringankan kewajiban nafkah suami, terus ingin buka usaha. Tapi tidak punya modal, tidak pula pandai memasak, menjahit, kerajinan tangan atau keahlian lainnya. Apa yang terpikirkan? Yes, menjualkan barang-barang orang lain. Lalu tanpa mempelajari terlebih dahulu aturan Islam tentang ke-agen-an (samsarah), perwakilan (wakalah), jual-beli pesanan (salam atau istishna’), atau yang banyak dilakukan sekarang dropshipper, langsung nge-gas saja. Duh, hati-hati ya, ada riba mengintai di mana-mana. Atau berpeluang besar untuk tidak sah akad-akadnya. Alamat tidak halal hasil perdagangan kita. Jangan sampai demikian.

Oleh karena itu, jangan enggan untuk belajar ekonomi Islam, termasuk hukum-hukum muamalah di dalamnya. Meskipun bukan background pendidikan kita, bukan passion kita, atau bukan cita-cita kita untuk menjadi pengusaha, wajib bagi kita untuk mengetahuinya. Karena jika kamu bukan pelaku pasarnya, tentu kamu adalah objeknya. Kamu yang rajin belanja online, kamu yang memutuskan apakah mau ambil kredit rumah, mobil, motor dan sebagainya. Jika kamu seorang dosen, kamu yang mengajarkan ilmu pasarnya. Jika kamu ahli IT-nya, kamu yang akan merancang program atau aplikasinya. Dan seterusnya.

Jadi, Kita harus cerdas dalam ekonomi Islam. Yuk belajar dari sekarang!

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Menikung Di Sepertiga Malam
Next
Chewy Chocolate Chunk Cookies
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram