Sejarah harus terus dipelajari, diteliti dan disuguhkan pada semua generasi. Harus ada upaya pengawalan ketat atas kebijakan-kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud agar tetap ramah sejarah, agar negara ini tidak lupa diri dan tetap dalam jalan yang benar untuk menjadi sebuah bangsa yang besar.
Oleh: Susi Damayanti, S.Pd
NarasiPost.com -- Ir Soekarno pernah berkata lewat pidatonya, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya". Namun bagaimana kita bisa menghormati jasa para pahlawan jika kita enggan belajar sejarah, apalagi jika pelajaran sejarah resmi ditiadakan?
Meski Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno menegaskan bahwa kabar pelajaran sejarah akan keluar dari kurikulum tidak benar (CNN Indonesia, 19/09/2020), wacana itu tetap saja menuai polemik dari berbagai kalangan khususnya para guru dan akademisi.
Itu merupakan hal yang wajar adanya, karena jika wacana itu benar terjadi maka anak negeri akan tergerus jati dirinya, lebih bangga dan silau dengan bangsa lain di tengah serbuan informasi dan budaya global yang menyeruak dari segala sisi. Yang ujungnya bisa jadi akan menghilangkan respek pada negaranya sendiri.
Karena sejarah adalah unsur penting dalam membangun identitas sebuah bangsa, jika urusan sejarah bangsa ini mengalami pengaburan apalagi penguburan, maka sudah bisa dipastikan krisis identitas akan melanda anak negeri.
Tengok saja generasi muda saat ini, mereka lebih suka mengekor budaya asing, menjadikan mereka sebagai generasi pembebek. Padahal budaya asing itu sendiri lebih banyak mengandung muatan negatif, membentuk perilaku yang bertentangan dengan norma ketimuran bahkan sampai mencabut kehormatan dan rasa malu pada diri generasi,
Di tengah serbuan budaya global yang massif, ditambah seruan seorang petinggi negeri untuk menjadikan salah satu budaya asing sebagai inspirasi kaum milenial, tentu wacana penghapusan pelajaran sejarah ini akan memperburuk situasi. Kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa akan semakin terperosok pada krisis identitas paling nadir.
Tentu hal ini tak bisa dibiarkan, sejarah harus terus dipelajari, diteliti dan disuguhkan pada semua generasi. Harus ada upaya pengawalan ketat atas kebijakan-kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud agar tetap ramah sejarah, agar negara ini tidak lupa diri dan tetap dalam jalan yang benar untuk menjadi sebuah bangsa yang besar. Wallahu a'lam bishawab.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].