Di Antara Ibu dan Kakak

Diantara ibu dan kakak

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku kembalimu."  (QS. Lukman: 14).

Oleh. Asri Mulya
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Saat liburan sekolah anak-anak belum tiba,  Syafira sudah merencanakan dari beberapa bulan ingin pulang kampung bertemu ibu, kakak, adik, serta saudara-saudaranya yang ada di Kota Majalengka. Pada liburan kali ini, Syafira memiliki harapan, hubungan kakak dan ibunya bisa membaik.

Syafira pulang kampung bersama dua anaknya yang bernama Ara dan Raka. Sedangkan Haydar, suami Syafira belum mendapat cuti tahunan, sehingga tidak ikut liburan. Syafira dan kedua anaknya diantar Haydar sampai Stasiun Solo Balapan.

Kereta yang ditumpangi Syafira dan kedua anaknya adalah Kereta Api Senja Utama Solo, keberangkatan pukul 18.55. Beruntung Haydar pas libur jaga sebagai perawat. Tiba di stasiun tiga puluh menit sebelum keberangkatan, Syafira turun dari mobil mencari porter untuk membantu membawa ransel dan bawaan lainnya.

"Pak!"

Syafira memanggil seorang porter berseragam biru sambil melambaikan tangan.

"Ya, Bu, perlu saya bantu!" Porter, menghampiri Syafira yang sedang menggendong Raka.

"Tolong bawakan barang-barang saya, ya, Pak." Syafira menunjuk ke arah barang-barang yang baru saja diturunkan dari mobil oleh Haydar.

Haydar mencari parkiran mobil dan kembali beberapa menit kemudian. Syafira mencetak tiket dengan memasukkan kode booking tiket kereta api yang dibeli via online. Terlihat antrean calon penumpang berdiri di depan mesin pencetakan tiket kereta api yang sudah disediakan. Ada sekitar tiga buah mesin.

Haydar menjaga anak-anak. Raka yang masih berusia dua puluh bulan digendongnya, karena sedang aktif-aktifnya, bahaya kalau dibiarkan bisa lari ke sana-sini. Sedangkan Ara sudah cukup besar tidak terlalu sulit diawasi.https://narasipost.com/books/03/2021/impian-pernikahan-syafira/

Seusai mencetak tiket kereta api, Syafira dan kedua anaknya langsung ke bagian pemeriksaan tiket untuk masuk ke area jalur kereta dan naik ke kereta, kebetulan tersisa sepuluh menit lagi kereta akan segera tiba. Porter atau kuli angkut barang pun sudah masuk duluan membawa ransel, koper anak, dan satu kardus berisi oleh-oleh. 

"Ayah, bunda pamit ya!" Syafira menyalami Haydar diikuti anak-anaknya.

"Bunda, Ara, dan Raka hati-hati, ya!" Haydar mengingatkan istri dan kedua anaknya, sambil mencium pipi mereka satu per satu.

Setelah Syafira masuk di ruang tunggu jalur kereta, Haydar langsung kembali ke rumah.

"Bunda, nama kereta apinya apa?" tanya Ara. Anak sulung Syafira yang duduk di kelas empat.

"Kereta Api Senja Utama." Syafira menjawab sambil mengecek tiket kereta apinya melihat tulisan yang tertera menunjukkan keterangan gerbong dan nomor tempat duduk.

"Gerbong berapa Bu?" tanya Porter.

"Gerbong 2," jawab Syafira.

Pemberitahuan petugas kereta api melalui speaker bergema, memberitahukan bahwa Kereta Api Senja Utama Solo akan segera tiba di jalur dua. Tak lama kemudian terdengar bunyi kencang kereta. Syafira dan kedua anaknya langsung naik setelah keretanya berhenti. Penumpang berdesakan naik ke gerbong, terlihat sangat ramai.

***

Pukul 00.05 WIB.

Tiba di stasiun Cirebon, Kakak Syafira yaitu Amanda dan anak-anaknya sudah menunggu. Syafira membalas lambaian anak-anak Kak Amanda yang ikut menjemput, itu membuat suasana rasa kantuk Ara dan Raka hilang seketika. 

"Alhamdulillah bisa ketemu lagi, Kak." Syafira menyalami sambil mencium pipi kakak pertamanya.

"Ya Fira, gimana anak-anak rewel nggak?" tanya Kak Amanda, mencium Ara fan Vee.

"Nggak, Kak, alhamdulillah."

Mereka menuju mobil berwarna putih, ternyata ada Mas Cahya suami Kak Amanda. Syafira dan Ara langsung bersalaman. Sedangkan Raka masih tertidur di gendongan porter dan langsung ditidurkan di dalam mobil. Syafira membayar dua orang porter. Satu untuk membawa barang-barang dan satunya lagi khusus menggendong Raka. Setelah barang-barang dimasukkan ke bagasi mobil, Mas Cahya langsung mengemudikan mobilnya.

"Kak, nanti langsung aja ke rumah ibu dahulu, kami tidur di rumah ibu beberapa hari, selanjutnya bergantian tidur di rumah Kak Amanda."

Tiba-tiba Sarif, anak Kak Amanda berbicara, "Kenapa gak tidur di rumah Sarif aja?"

"Ya, nanti bergantian, sekarang Tante sama Ara dan Raka tidur dulu di rumah Neni (ibu Syafira), tenang aja, Tante liburannya lumayan lama sekitar dua mingguan," jelas Syafira.

Bocah berusia tiga tahun berambut ikal itu pun mengangguk, "Oohh.... "

"Fir, sudah makan, belum?" tanya Kak Amanda.

"Sudah tadi di kereta, Kak."

"Mau makan lagi, nggak? Siapa tahu lapar lagi." Kak Amanda bertanya lagi.

"Nggak Kak, langsung aja pulang ke rumah ibu," ujar Syafira.

Tiga puluh menit kemudian, sampailah di depan gang rumah ibu. Syafira bertanya dengan pelan kepada Kak Amanda,"Kak nanti ikut masuk, 'kan ke rumah ibu?"

Kak Amanda hanya menjawab singkat, "Iya."

Syafira merasakan kecanggungan dan segan dari ekspresi wajah Kak Amanda.

Dari Cirebon ke Majalengka butuh waktu sekitar tiga puluh menit. Kebetulan rumah ibu di daerah Rajagaluh. Semua turun mobil dan langsung berjalan menyusuri gang kecil menuju rumah ibu.

Tok ... Tok ....

"Assalamu'alaikum, Bu," panggil Syafira.

Terdengar jawaban salam dari dalam rumah. Ibu membuka pintu rumahnya. Syafira menyalami dan mencium tangan lalu pipi sang ibu. Diikuti Ara yang bersalaman sambil mencium pipi neninya.

Kak Amanda, Mas Cahya, dan Sarif pun bersalaman dengan ibu.  Terlihat kikuk antara ibu dan Kak Amanda. Tidak seperti biasanya, karena hubungan keduanya sedang tidak baik. Terjadi kesalahpahaman dan kecewa dari pihak Amanda kepada ibu. Biasanya Kak Amanda jika merasa kecewa dari sikap ibu, mudah memaafkan, tetapi kali ini tidak. Sudah hampir empat bulan Kak Amanda mendiamkan ibu.

Di rumah ibu pun sama, sikap Kak Amanda juga banyak diam. Ibu pun diam, yang mengobrol antara Syafira dengan ibu atau Syafira dengan Kak Amanda. Karena sudah dini hari, Kak Amanda pamit pulang. Rumah Kak Amanda beda desa dengan rumah ibu, hanya sekitar lima belas menitan ditempuh dengan mobil.https://narasipost.com/cerpen-cerbung/05/2022/syafira-ingin-membahagiakan-ibu/

Setelah Kak Amanda dan keluarganya pulang, anak-anak Syafira langsung tidur. Ibu bercerita kepada Syafira. "Tuh, kan, Fira, Kak Amanda tetap saja mendiamkan ibu, padahal ibu sudah berusaha mendekati dengan main ke rumahnya, tapi tetap didiamkan."

"Ya sudah Bu, yang penting 'kan Ibu sudah berusaha mau akur lagi sama Kak Amanda. Mungkin saat ini Kak Amanda masih kecewa dan marahnya belum hilang," ucap Syafira.

Syafira mencoba menenangkan sang ibu.

"Ya masa lama sekali Fira, biasanya gak seperti ini." Mata Ibu terlihat berkaca-kaca.

"Ya sudah, Ibu tinggal berdoa sama Allah biar Kak Amanda dilembutkan hatinya," saran Syafira. "Syafira mau istirahat dulu."

Percakapan pun selesai, Syafira tidur bersama kedua anaknya, tidak dengan sang ibu yang masih sedih memikirkan anak sulungnya, yaitu Amanda. Ibu menangis sesenggukan di atas sajadah. Merasa kecewa dengan perlakuan anaknya.

***

Keesokan harinya, Amanda menelepon Syafira.

"Bu, nanti Kak Amanda mau ngajak renang." Syafira bercerita usai teleponan dengan Kak Amanda.

"Ya sudah kamu aja sama anak-anak, ibu mah nggak ikut."

"Jangan gitu, Bu. Ibu biasa aja seperti nggak terjadi apa-apa," ujar Syafira.

"Kamu bicara gampang, ibu yang merasa gak enak Fira. Tetap didiamin nggak diajak ngobrol." Terlihat ekspresi wajah Ibu kesal dan memerah menahan tangis.

"Ya sudah sabar aja, Bu!" Syafira mengusap punggung ibu.

***

Empat bulan sebelumnya, Syafira mendapatkan chat dari Kak Amanda. Terkait pesan WhatsApp dari ibu yang seharusnya dikirim ke Syafira, tetapi menyasar ke Amanda. Kak Amanda mengirim screenshot pesan ibu.

Pesan ibu:

[Tuh Fira, ibu tuh lagi sakit dan minta tolong dibelikan obat sama anggur aja, gak dibalas-balas sama Kak Amanda.]

Curhatan Amanda:

[Fira, Kak Amanda sudah capek sama ibu, selalu saja nggak dianggap. Apa yang sudah Kakak lakukan dan berikan buat ibu gak ada nilai apa-apa di mata ibu, selalu salah. Pernah minta durian, dibelikan bilangnya duriannya pahitlah, kesambetlah. Kan nggak nyenengin gitu.]

[Dibelikan nasi padang, eh malah dikasihkan ke orang.]

[Serba salah terus jadinya dari dulu semenjak Kakak kecil sampai sekarang tetap dibedakan.]

[Ibu tuh selalu Fira yang dibanggakan dan dipedulikan dari dulu sampai sekarang!]

Dari pesan-pesan yang dikirim dari Amanda, Syafira merasakan empati sekaligus sedih. Hubungan Amanda dan ibu tidak baik lagi. Syafira bingung, tidak bisa berbuat apa-apa. Karena berada di antara kakak dan ibunya. Syafira hanya mengirimkan pesan mencoba memahami Amanda.

[Kak Amanda, jujur Syafira ikut merasakan kekecewaan yang sekarang Kakak rasakan.] Dengan emotikon dua orang wanita berkerudung saling berpelukan.

Amanda masih mengirimkan pesan kepada Syafira.

[Ibu tuh sama sekali nggak ada peduli dengan keadaan Kak Amanda, waktu zaman masih susah. Gak pernah ada bantuan ataupun mengunjungi di rumah kontrakan.]

[Sekarang giliran Kak Amanda sudah berhasil, penginnya diperhatikan terus, kalau telat marah-marah, bilangnya Kak Amanda tuh anaknya Bude, pedulinya cuma sama Bude.]

Syafira membalas:

[Sudah, Kak, nggak usah ungkit-ungkit masalah yang lalu. Maafkan Ibu.]

[Sekarang, alhamdulillah 'kan Kak Amanda sudah sukses]

Amanda membalas:

[Iya semua berkat kerja keras sendiri, tanpa bantuan siapa pun.]

Mendengar pesan terakhir dari Amanda, Syafira menghela napas panjang dan beristigfar lalu berbicara dalam hati. "Astagfirullah, Kak Amanda kenapa jadi seperti ini, sudah tidak menganggap ibu ada. Padahal ibu selalu mendoakan anak-anaknya." Syafira prihatin dan sedih.

Akhirnya Amanda langsung memarahi ibu via chat.

"Ibu tuh maksudnya apa WA curhat ke Syafira seperti ini? Mau mengadu domba anak-anak Ibu, ya? Memang Amanda tuh di mata Ibu selalu salah terus, dipandang sebelah mata. Ya ibu selalu bilang ke Amanda, kalau Amanda tuh anak bude!"

Ibu yang mendapatkan balasan dari Amanda, merasa menyesal. Menyalahkan dirinya. "Ya Allah kenapa nyasarnya ke Amanda pesannya? Dasar orang tua!"

Mendadak ibu menjadi sakit kepala padahal sakit diarenya pun belum sembuh. Orang tua juga manusia yang pasti juga pernah melakukan kesalahan, tetapi pantaskah seorang anak membalas kekecewaannya seperti itu? Ibu bergumam dalam hati.

Syafira juga mendapat pesan dari sang ibu.

"Fira, ibu salah kirim pesan. Harusnya kepada Fira nyasar dikirim ke nomor Amanda."

Syafira mencoba menyampaikan apa yang kakaknya sampaikan kepadanya.

"Bu, sebenarnya Fira sedih melihat hubungan Kak Amanda sama Ibu bermasalah lagi. Sekaligus bingung mau ngomong apa ke Ibu. Karena Kak Amanda merasanya apa yang dilakukan dan diberikan kepada Ibu selalu salah aja di mata Ibu. Ibu nggak mengganggap pemberian Kak Amanda."

Dari penjelasan Syafira, pemikiran ibu sedikit tercerahkan. Mungkin ibu menyadari kesalahannya dan mencoba mendekati Amanda, dengan berkunjung ke rumah Amanda. Namun Amanda tidak mau berbicara dengan ibu sama sekali, hanya sebatas menyalami lalu tidur di kamar.

Syafira mencoba menjadi penengah antara ibu dan Amanda. Dia tidak memihak siapa pun dan berusaha mengeratkan hubungan mereka. Syafira menjelaskan keluhan dari keduanya. Dengan demikian, diharapkan keduanya  bisa kembali memahami karakter masing-masing dan bisa menerima.

Hati Amanda kini sedang membeku dan tak mudah dicairkan, meski Syafira sudah membujuk agar dia memaafkan sang ibu yang dia anggap menyakiti hatinya. Apalagi kenangan saat masa kecil pun tak mudah untuk dilupakan, yaitu saat ibu dan bapak berpisah.

Amanda kali ini seolah sudah tidak memedulikan ibu. Dahulu ibu pernah berkelakar padanya, saat ada sebuah masalah,"Kamu mah anak Bude! Kamu lebih mentingin Bude dari pada ibu sendiri! Padahal ibu yang melahirkan kamu!" 

Ucapan sang ibu itu terngiang-ngiang dalam telinga Amanda, menjadi rekaman seolah pita kaset yang diputar lalu kusut berulang.  Hal itu selalu diingat ketika sang ibu dianggapnya melakukan kesalahan padanya, meski hal yang sepele sekalipun.

Ibu mengganggap Amanda tidak mengakuinya sebagai ibu karena Amanda lebih memedulikan sang bude, kakaknya ibu. Padahal menurut Amanda wajar saja ia berbakti kepada budenya, karena sedari kecil budenya juga ikut merawat dan membesarkan dirinya.

***

Syafira dan Amanda bersiap mau pergi ke kolam renang. Syafira ke rumah Amanda bersama ibu dan kedua anaknya. Di rumahnya, Amanda sudah mempersiapkan segala bekal makanan dan perlengkapan renang anak-anak. Yuli, adik Syafira juga ikut. 

Mereka semua berangkat ke kolam renang Tirta Indah dekat rumah ibu. Awalnya, semua baik-baik saja. Mereka semua berenang dengan gembira. Namun, masalah terjadi lagi saat waktu makan siang tiba. Kak Amanda membuka bekal makanan untuk dimakan semuanya. Syafira dan Yuli mengambil makanan untuk menyuapi anak masing-masing. Ibu masih di kolam renang menemani Raka, Sarif dan Zia anak Yuli. Syafira menghampiri ibu dan mengajak makan.

"Bu, ayo makan!" ajak Syafira.

"Ibu nggak makan, yang punya aja nggak nawarin. Mana enak mau makannya." Ibu terlihat emosi.

"Uhhhffff...." Syafira menghela napas kemudian menghampiri Amanda.

"Kak, ajak ibu untuk makan!" bujuk Syafira.

Wanita berusia empat puluh tahun dan berwajah hitam manis itu tetap diam dengan muka yang tidak menunjukkan peduli dan membuang muka. Melihat respons kakaknya, Syafira merasakan tiba-tiba dadanya sesak. Dia menahan rasa ingin menangis melihat kondisi ibu dan kakaknya yang saling diam dan tidak bertegur sapa satu sama lain.

Terlihat Amanda menuju kolam renang bersama anaknya, seusai makan. Yuli menghampiri Syafira, ikut merasakan hal yang sama. Keduanya bingung dengan keadaan saat ini. 

"Sudah, Mbak, nggak usah dipikirin. Kak Amanda udah gak usah dibujuk-bujuk lagi," ujar Yuli.

"Terus mau sampai kapan, Yuli?" Syafira merasa sedih.

"Ya nanti juga mereka berbaikan dengan sendirinya, Mbak," ucap Yuli lagi sambil menenangkan Syafira.

Wanita bermata sipit memakai kerudung marun itu menerawang. Pandangannya jauh ke atas langit sambil berdoa dalam hati, "Ya Allah kembalikan hubungan baik ibu dan kakakku, lembutkan hati keduanya. Amin."

"Kuatkan pula hati ibu hamba ya Allah dengan masalah ini." Syafira pun melihat ke arah sang ibu yang sedang termenung duduk di pinggir kolam renang.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu."  (QS. Lukman: 14).

Tamat.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Asri Mulya Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ada Apa di Balik Rencana RI Gabung dengan BRICS?
Next
Kabut Polusi Udara PM 2,5 Tenggelamkan Ibu Kota Jakarta
4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Baarakallah mbak Asri. Konflik sepeeri ini nyata di kehidupan sehari-hari. Sibling rivalry. Pelajaran banget buat ibu2

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Biasanya ketika sang ibu tiada, barulah kita merasa kehilangan dan menyesal jika selama ini tak memperlakukanya dengan baik..

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Kayaknya konflik orang tua dan anak lazim terjadi ya saat ini. Miris sih, tapi memang seperti itu faktanya. Ya ... semoga apa pun permasalahannya, kita gak akan berkonflik dengan orang tua, apalagi ibu.

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Endingnya gimana tuh? Permasalahan ibu dna anak perempuan sering terjadi dalam dunia nyata, salah satu harus mengalah tetapi hawa nafsu yang menguasai pasti mengajak berbuat jelek, apalagi nafsu setan pasti ga akan mau keduanya damai. Semoga anaknya berubah salihah memaklumkan orangtua yang sudah tua, dan semoga orang tuanya tidak lagi sakit hati, karena ibu adalah keramat.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram