"Sudah waktunya momentum 1 Muharram 1443 H ini menjadi batu loncatan awal Indonesia untuk berhijrah meninggalkan sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam kafah dalam bingkai daulah Islamiyyah."
Oleh. Qisti Pristiwani
Mahasiswi UMN Al Washliyah Medan
NarasiPost.Com-Tahun baru Hijriah, 1 Muharram 1443 H sangat tepat dijadikan sebagai momentum muhasabah dan berbenah bagi Indonesia raya. Indonesia hijrah menjadi negara yang lebih baik lagi adalah impian seluruh warga negaranya. Terlebih lagi, adanya prediksi Indonesia akan menjadi negara maju di tahun 2045 mendatang, tepat di usia 100 tahun kemerdekaan.
Hal ini akan terwujud bila terjadi adanya transformasi ekonomi sebagaimana yang dituturkan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam webinar CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045, ia mengatakan untuk bisa lepas dari jebakan negara pendapatan kelas menengah (middle income trap), pertumbuhan ekonomi Indonesia harus bisa mencapai 6 persen pada 2022 mendatang. Bila itu bisa dicapai, ia yakin Indonesia bisa naik kelas menjadi negara maju pada 2045 (CNN Indonesia, 4/8/2021)
Rasanya, terlalu lama menunggu untuk melihat Indonesia menjadi negara maju tahun 2045. Pasalnya, untuk menjadi negara maju tidaklah cukup hanya berpatokan pada angka-angka pertumbuhan ekonomi yang dirumuskan negara adikuasa saja. Tapi, harusnya diiringi dengan realita meningkatnya kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.
Namun, hal ini tampaknya hanya akan menjadi ilusi tanpa realisasi yang nyata. Sebab, sudah memasuki usia kemerdekaan 76 tahun, Indonesia belumlah dapat dikatakan baik-baik saja. Malah problematika yang terjadi di negeri ini semakin karut-marut. Dapat kita saksikan bagaimana merebaknya praktik ekonomi ribawi yang menciptakan ketimpangan ekonomi. Yang kaya semakin kaya raya, yang miskin semakin melarat.
Perpolitikkan Indonesia juga sangat kental dengan korporatokrasinya. Penguasa sangat berpihak kepada korporasi. Jika demikian, kapankah kesejahteraan tersebut dapat dirasakan masyarakatnya?
Arah pendidikan saat ini juga tak jelas ingin mencetak generasi seperti apa. Berharap dapat menyaksikan generasi terbaik di masa depan, namun pola pendidikan yang diterapkan berbasis liberal-sekuler. Akibatnya, keadaan generasi terjerat pemikiran materialistik-hedonis dan jauh dari akhlak mulia.
Tak hanya itu, rusaknya generasi pun mengakibatkan buruknya keadaan sosial masyarakat. Budaya kebarat-baratan merasuki jiwa-jiwa generasi, sehingga muncullah pergaulan bebas yang bablas, LGBT, tawuran, nyabu, dan masih banyak kasus-kasus turunan lainnya akibat masih kuatnya cengkeraman sistem kapitalisme-sekuler yang diterapkan di negeri ini. Jika hal ini terus menerus berlangsung, apakah mungkin tahun 2045 nanti Indonesia bisa benar-benar naik kelas menjadi negara maju, adil dan beradab? Rasanya mustahil.
Negara maju bukanlah negara yang menjalankan roda pemerintahan dengan mengorbankan kesejahteraan rakyatnya, melainkan negara yang penuh dengan kemakmuran dan berlimpah ampunan dari Allah Swt. Indikator majunya sebuah negara bukanlah berasal dari penilaian subjektif oleh negara yang mengklaim diri sebagai ‘negara adikuasa’ karena memiliki kepentingan terselubung di baliknya, melainkan penilaian langsung dari Allah Swt yang dapat diindra secara fisik. Sebagaimana firman-Nya dalam kitabullah, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (TQS. Al-a’raf :96)
Dengan demikian, kita dapat menilai sendiri bahwa apa yang sedang melanda negeri kita saat ini tak terlepas dari sebab jauhnya keberkahan dari Allah Swt. Indonesia masih memiliki waktu dan kesempatan untuk berhijrah berubah menjadi lebih baik lagi. Bahkan, bisa menjadi negara digdaya sebelum tahun 2045 bila berupaya mendatangkan sebab-sebab keridaan Allah tersebut, yakni mulai berbenah secara sistemik dan menerapkan aturan Allah Swt untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan. Meninggalkan praktik ekonomi ribawi yang diharamkan dan menerapkan sistem perekonomian Islam yang nyatanya mampu menyejahterakan penduduk hingga 13 abad lamanya.
Islam memiliki pos-pos sumber pemasukkan negara yang banyak, seperti jizyah, kharaj, fa’i, ghanimah, pengeloaan SDA yang tepat dan benar, dan seterusnya. Negara (Daulah Islamiyyah) tak juga bergantung pada pajak dan utang untuk menjaga stabilitas perekonomian. Demikian juga investasi-investasi pihak tertentu, sehingga daulah mampu secara mandiri dan independen mengelola perekonomian. Perpolitikan juga difungsikan sebagai alat/strategi membuat kebijakan untuk bisa mengurusi urusan rakyat. Sehingga, para penguasa tetap menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utamanya. Penguasa dengan kekuasaan yang diampunya dapat mendorong kekuatan negara untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat. Jelas, hal ini sangat berbeda dengan sistem kapitalisme yang hanya berfokus mencari keuntungan dari kekuasaanya belaka.
Kemudian, dalam sistem pendidikan Islam, visi-misi pendidikan yang ditawarkan adalah mencetak generasi terbaik yang unggul dalam IMTAQ (Iman dan Taqwa) dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Pendidikan berbasis akidah Islam menjadi hal utama dalam dunia pendidikan. Sehingga, menyaksikan generasi yang berakhlakul karimah sangatlah mungkin bila kurikulum pendidikan ini diterapkan. Dengan demikian, segala pemikiran dan budaya Barat dapat difilter oleh generasi dan mereka tumbuh menjadi generasi yang suka memperbaiki keadaan masyarakat yang sedang rusak imbas penerapan sistem kufur.
Meski saat ini, di sistem kapitalisme, pendidikan Islam juga diterapkan bervisikan membentuk karakter islami anak negeri. Namun gagal terwujud karena kurikulum dan negaranya tak mendukung realisasi dari ajaran Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hanya sebatas teoritis tanpa aplikasi. Jika sistem Islam diterapkan secara keseluruhan untuk mengatur tatanan kehidupan negeri ini, maka kita patut optimis Indonesia akan naik kelas menjadi negara maju bahkan digdaya di tahun 2045 atau mungkin lebih cepat dari itu. Maka, sudah waktunya momentum 1 Muharram 1443 H ini menjadi batu loncatan awal Indonesia untuk berhijrah meninggalkan sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam kafah dalam bingkai daulah Islamiyyah. Semoga Allah menurunkan keberkahan-Nya dari langit dan bumi untuk Indonesia. Aamiin ya rabbal ‘aalamiin.. []