Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)."
(HR Muslim No 4685)
Oleh : Nusaibah Al Khanza
(Penulis dan Pemerhati Masalah Global)
NarasiPost.Com-Ramadan bulan mulia yang dirindukan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Semua menjalaninya dengan suka cita dan khusyuk beribadah demi mendapatkan pahala yang berlipat.
Namun hal tersebut tidak berlaku bagi warga Palestina. Mereka tak bisa tenang menjalankan puasa. Mereka tak bisa khusyuk beribadah. Itu lantaran Israel masih saja mengganggu warga Palestina meski di bulan Ramadan.
Sebagaimana dilansir dari TEMPO.CO, bahwa menurut kantor berita Palestina, sejak awal Ramadan pada dua hari berturut-turut polisi Israel melarang warga Palestina buka puasa di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.
WAFA News Agency pada 14 April melaporkan polisi Israel juga menyerang warga Palestina sepulang dari salat tarawih di masjid, menurut saksi mata. Polisi juga melarang azan malam di Masjid Al-Aqsa untuk malam kedua berturut-turut. (16/04/2021)
Apa yang dilakukan Israel telah nyata merenggut kebebasan beribadah umat Islam Palestina. Adakah yang berteriak menyebut Israel sebagai teroris? Adakah yang koar-koar menyebut Israel intoleran? Kalaupun ada suara, itu hanya sebatas kecaman pada Israel dan kasihan pada warga Palestina. Padahal kecaman tak dapat menghentikan kebringasan Israel. Rasa kasihan juga tak akan dapat menghentikan penderitaan warga Palestina.
Warga Palestina juga tak sekadar butuh bantuan logistik, makanan, dan obat-obatan yang hanya bersifat parsial. Namun warga Palestina butuh dibebaskan dari kejahatan penjajah Israel. Senjata yang digunakan untuk menyerang warga Palestina juga harusnya dibalas dengan senjata. Perang harus dilawan dengan perlawanan fisik. Namun, melawan penjajah tentu tak bisa sendiri.
Oleh karena itu, bantuan yang seharusnya diberikan oleh para pemimpin negeri muslim adalah bantuan militer. Sebab, pemimpin negeri Muslim atas landasan persamaan akidah Islam juga ikut merasakan apa yang diderita warga Palestina. Bukankah umat Islam itu bersaudara dan ketika ada satu yang sakit maka yang lain juga ikut merasakan sakit?
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)."
(HR Muslim No 4685)
Namun dalam sistem kapitalis sekuler saat ini yang mempropagandakan nasionalisme, derita Palestina hanya dianggap sebagai derita negara Palestina. Umat Islam di seluruh dunia seolah tak bisa berbuat apa-apa karena sekat negara bangsa.
Hal ini menunjukkan bahwa selama negeri kaum muslimin masih menerapkan kapitalisme, derita Palestina tak akan berakhir. Maka dari itu, sudah seharusnya para penguasa negeri muslim kembali mengambil teladan para pemimpin umat Islam di masa lalu.
Sebut saja kisah heroik yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah peradaban Islam. Kisah tentang seorang pemimpin besar yakni Al-Mu'tashim Billah dari Dinasti Abbasiyah. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada tahun 223 H/837 M. Sang pemimpin, Al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar kota Ammuriah. Dia meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku, sehingga ketika berdiri terlihatlah sebagian auratnya.
“Waa Mu’tashimaah!” yang berarti “Di mana kau Mu'tashim? Tolonglah aku!” Itulah lafaz legendaris yang diteriakkan oleh wanita tersebut ketika memanggil nama Khalifah Al-Mu'tashim. Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki).
Dari kisah sejarah tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa kehormatan seorang muslimah saja sangat dijaga oleh seorang pemimpin negara, apalagi jika kehormatan banyak wanita muslimah yang diinjak-injak dan dilecehkan.
Di Palestina bukan hanya seorang, namun ratusan bahkan ribuan muslimah yang dilecehkan. Tak hanya itu, muslimah dan umat Islam di sana juga direnggut kehormatannya, dianiaya, dibantai, disiksa, bahkan dibunuh dengan tanpa perikemanusiaan.
Adakah yang menolongnya? Adakah Al-Mu'tashim zaman sekarang? Mereka bahkan tak tahu harus menyebut nama siapa untuk meminta pertolongan. Sungguh, mereka saat ini benar-benar rindu pada sosok Al-Mu'tashim. Karena itu, umat Islam yang masih diberi kebebasan haruslah mengetuk pintu hati para penguasa agar mengerahkan tentaranya, bukan hanya mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan untuk menolong mereka.
Sungguh, derita Palestina ini akibat lenyapnya sang Junnah bagi umat Islam. Hilangnya perisai umat Islam mengakibatkan para pemimpin negeri muslim terhalang oleh aturan nation-state. Derita Palestina adalah bukti ketika umat Islam tak punya penjaga.
Maka yang dapat dilakukan saat ini adalah menyeru agar para pemimpin negeri-negeri muslim bersatu di bawah satu komando untuk meneladani dan mengikuti jejak heroik sosok Al-Mu'tashim. Mari doakan warga Palestina yang terusir dari negerinya sendiri, yang terancam dibunuh massal tanpa ada perlindungan maupun tempat bernaung, agar Allah segera menurunkan pertolongan-Nya yakni menurunkan seorang pemimpin umat Islam yang akan memimpin dunia dan membebaskan Palestina dari derita. Aamiin![]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]