Lembah Kelam Menghantui Anak Negeri

Seluruh orang tua harus mengembalikan fungsi pengawasan juga pendidikan di dalam rumahnya, dengan menanamkan nilai agama sesuai tuntunan syariat, menumbuhkan rasa cinta di dalam keluarga.


Oleh: Diah Winarni, S.Kom

NarasiPost.com - "Ini hidup wanita si kupu-kupu malam
Bekerja bertaruh seluruh jiwa raga
Bibir senyum kata halus merayu memanja
Kepada setiap mereka yang datang".

Lagu lawas dari penyanyi senior Titik Puspa ini menggambarkan kehidupan wanita malam yang bekerja demi mencukupi kehidupannya, walau jalan yang dipilihnya bukanlah hal yang baik. Sungguh miris, hal ini menjadikan pekerjaan wanita malam dianggap biasa dan tak lagi memikirkan urusan dosa, apalagi pekerjaan tersebut mudah untuk dilakukan, dan selalu saja alasannya karena himpitan ekonomi keluarga. Dan celakanya, pekerjaan yang sejatinya dijauhkan dari perempuan manapun, kini dengan mudahnya menyambangi anak-anak muda kita.

Fakta menunjukkan, belum lama ini polisi turut mengamankan 15 anak di bawah umur saat menggerebek hotel milik artis Cynthiara Alona yang disebut dijadikan lokasi prostitusi online. Kabar tersebut sungguh mengkhawatirkan. Anak-anak kita yang seharusnya nyaman mengukir mimpinya dengan sekolah dan cita-cita besar, harus kandas bergelut dalam lembah kelam kehidupan prostitusi. Data lain menunjukkan, Kasus prostitusi yang melibatkan anak terus terjadi bahkan trennya meningkat. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) per 31 Agustus 2020, anak yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan eksploitasi mencapai 88 kasus. (okezone.com)

Mengapa hal demikian bisa terjadi? Hal tersebut mungkin saja terjadi, salah satunya karena pola asuh orang tua yang kian jauh dibarengi minimnya pendidikan agama dalam keluarga menguatkan kehidupan hedonisme yang menghantui generasi muda kita, sehingga perilaku mereka jauh dari nilai kebaikan, baik dari agama ataupun norma-norma yang ada di masyarakat. Anak muda saat ini haus akan kehidupan serba bebas dan materialistik, tak ada lagi rasa takut dan malu terhadap Tuhannya, asal mereka bisa dengan mudahnya mendapatkan uang demi tujuan kesenangan mereka semata.

Kasus terbongkarnya prostitusi anak di hotel bilangan Jakarta tersebut memunculkan pertanyaan, di mana fungsi kontrol masyarakat juga negara? Mungkin hanya sebagian masyarakat yang peduli atas ketidaknyamanan terjadinya praktik prostitusi, namun tidak bagi yang lain, begitu juga negara rupanya tidak mampu membuat efek jera dari setiap perilaku kejahatan atau kriminalitas, hingga terkesan setiap masalah yang terjadi hanya diselesaikan di permukaan.

Kehidupan Materialistis Versus Kehidupan Islam

Mengapa anak muda saat ini begitu menggilai kehidupan materialistik yang sedang berjalan saat ini? Karena bagi mereka, kehidupan saat ini begitu mudah mereka dapatkan dengan cara yang mudah pula. Karena nilai kebahagiaan menurut mereka hanya berdasar banyaknya materi yang mereka dapatkan atau yang mereka punya, entah dengan jalan apa mereka mendapatkannya, halal atau haram sudah tak ada lagi dalam benak mereka.

Berbeda dengan kehidupan Islam, manusia meletakkan nilai kebahagiaan adalah karena rida Sang Maha Kuasa, Allah Swt, yaitu dengan memahami dan melaksanakan bahwa seluruh aktifitasnya wajib terikat dengan syariat Islam, kehalalan serta keharaman menjadi pijakan, baik pekerjaan ataupun hasil yang didapatkan. Hingga tidak semua aktifitas bisa kita inginkan dan kerjakan, karena Allah akan senantiasa mengawasi makhluknya dalam berbuat.

Kini, seluruh orang tua harus mengembalikan fungsi pengawasan juga pendidikan di dalam rumahnya, dengan menanamkan nilai agama sesuai tuntunan syariat, menumbuhkan rasa cinta di dalam keluarga. Pun, masyarakat punya andil dalam pengawasan lingkungan bagi anak-anak yang memang masih di bawah usia untuk senantiasa diawasi dan dijaga. Tak kalah penting dan wajib, negara harus serius menyelesaikan seluruh kasus prostitusi yang ada, menghilangkan kemaksiatan baik yang nyata maupun tersembunyi. Alangkah luar biasanya jika pemimpin negeri ini menyelesaikan seluruh permasalahan dengan menerapkan aturan Islam yang sempurna, menghempaskan hukum jahiliyah yang hanya menyengsarakan rakyat, hingga Allah tidak akan murka serta menurunkan azab pada hamba-Nya, Na'udzubillahi min dzalik.

Setiap dari kita tidak terlepas dari dosa, namun Allah masih memberikan kita kesempatan agar terhindar dari dosa berikutnya dan bersegera mengharap ampunan-Nya. Allah Swt berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).”
(QS. Az Zumar: 53-54).

Wallahua'lam Bisshowwab.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Cinta Itu Mulia, Bukan Nafsu yang Hina
Next
Demi Menikah Muda Kutinggalkan Bangku Kuliah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram