Kapitalisme membuat negara bergantung pada swasta. Sehingga keunggulan output pendidikan hanya akan diberikan untuk korporasi.
Oleh: Yani Restiyani
NarasiPost.Com-Bukan hanya sumber daya alam saja yang diserahkan kepada asing, tapi kali ini sumber daya manusia yang notabene generasi unggul pun diserahkan pada asing, yakni melalui program pemerintah bertajuk Progam Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit). Program ini merupakan eksekusi dari pengembangan pendidikan vokasi. Nyatanya pemerintah melakukan link and macth antara pendidikan vokasi, baik itu SMK maupun perguruan tinggi dengan industri.
Selain itu , pemerintah melalui Dirjen Dikti menggaet empat perusahaan besar yaitu Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka dalam menyelenggarakan program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2021 tersebut. Bangkit ini adalah program pembinaan 3000 talenta digital terampil dalam rangka menyiapkan sembilan juta talenta digital terampil pada tahun 2030.
Peserta program ini terbuka untuk seluruh mahasiswa di perguruan tinggi Indonesia, yakni untuk dapat menerapkan “Kampus Merdeka” melalui studi atau proyek independen untuk mendapatkan kompetensi di bidang mechine learning, mobile development, cloud computing.
Pemerintah memandang bahwa di masa depan mahasiswa akan membutuhkan keahlian teknologi dan soft skill untuk sukses bekerja di perusahaan besar dunia.
Ada beberapa fasilitas yang didapatkan mahasiswa yang mengikuti program “Bangkit diantaranya, mendapatkan 20 SKS, sertifikat dari Google, berkesempatan menerima dana inkubasi dari proyek yang dibuat, dan berkesempatan mengikuti program UIF di Stanford University.(Kompas.com/08/01/2021)
Mengamati realitas ini, nampak terlihat arah kebijakan pemberdayaan potensi generasi yang melibatkan korporasi asing. Nampak jelas kurikulum menengah dan tinggi yang disesuaikan dengan kepentingan korporasi. Hal ini bermakna bahwa negara rela kehilangan sumber daya manusia unggul demi korporasi asing. Serta meruntuhkan jargon bahwasannya ilmu membawa kesejahteraan bagi rakyat. Bahaya lainnya adalah dikebirinya keilmuan para intelektual sekedar jadi pegawai atau buruh industri. Negara sendirilah yang akan mengalami kerugian, kehilangan generasi unggul, karena tidak adanya generasi yang bermental pemimpin dan peduli akan urusan umat.
Inilah kondisi pendidikan yang dicengkram oleh sistem kapitalis sekulerisme. Generasi disibukkan dengan aktivitas memantaskan diri agar dilirik korporasi. Negara berlepas tangan akan kebutuhan rakyatnya seperti pendidikan. Kapitalisme membuat negara bergantung pada swasta. Sehingga keunggulan output pendidikan hanya akan diberikan untuk korporasi.
Berbeda dengan sistem Islam yang menyadari bahwa pendidikan adalah investasi untuk masa depan. Sehingga visi politik pendidikan Islam adalah membentuk dan membangkitkan generasi muda untuk menjadi insan yang berkualitas sehingga dapat memimpin umat manusia dan negara. Pendidikan diharapkan mampu memberi warna dalam kehidupan bagaikan cahaya yang menyinari gelapnya kehidupan.
Pendidikan dalam Islam memiliki tujuan yang sahih, yaitu pertama membentuk kepribadian Islam. Kedua, menguasai pemikiran Islam dengan handal. Ketiga, menguasai ilmu-ilmu terapan, yakni ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK). Keempat, memiliki keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna.
Pembentukan kepribadian Islam akan memengaruhi generasi dalam memiliki pola pikir dan pola sikap Islam sesuai syariah. Materi pendidikan ini akan diberikan pada seluruh jenjang pendidikan sesuai proporsi dan kebutuhannya dengan menggunakan metode talqiyan fikriyan. Materi pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa adalah tsaqofah Islam, mulai dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi.
Indikator keberhasilan pendidikan tsaqofah Islam adalah dengan kesadaran dirinya akan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah sehinga menyadari betul bahwa apa yang ia lakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sehingga generasi Islam akan menghindari dan meninggalkan perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di bidang ilmu terapan dan teknologi, generasi Islam diharapkan mampu untuk berinteraksi dengan lingkungan berupa peralatan, inovasi dan bidang terapan lainnya. Seperti peralatan listrik, elektronika, pertanian, industri dan semua hal yang dibutuhkan untuk kesejahteraan umat manusia. Sehingga oada akhirnya output pendidikan Islam melahirkan generasi emas yang gemilang. Islam mewajibkan negara menjamin terwujudnya generasi pembangun peradaban Islam. Mereka adalah anak-anak umat (abna’ul ummah) yang Rasul banggakan atas kontribusinya bagi Islam.
Semua dapat terwujud apabila Islam diterapkan dalam sebuah negara Khilafah. Negara Khilafah yang akan menjamin kebutuhan dasar pendidikan agar dapat dirasakan oleh rakyatnya. Seperti masa kekhilafahan Khalifah Al- Muntansir Billah yang mendirikan madrasah Al-Muntansir di kota Baghdad. Setiap siswa yang menjalani pendidikan mendapatkan beasiswa berupa emas seberat 4,25 gram emas seharga satu dinar. Selain itu biaya hidup siswa dijamin oleh negara. Inilah masa Khilafah yang mampu melahirkan generasi yang gemilang.[]