Rohingya dan Derita Kaum Muslim

Rohingya dan derita muslim

Runtuhnya Khilafah tahun 1924 menjadi gerbang pembuka penderitaan umat Islam di berbagai belahan dunia.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Akhir-akhir ini media sosial diramaikan dengan pemberitaan para pengungsi Rohingya. Sepanjang bulan November, setidaknya ada lebih dari 1000 etnis pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia. Sebagian pengungsi datang ke Desa Blang Raya, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Besar. Mereka terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Kapolsek Krueng Raya, Ipda Rolly Yuiza Away mengatakan di Gampong Blang Ulam, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar juga mendarat setidaknya sekitar 135 pengungsi Rohingya. Dalam dua bulan terakhir (November dan Desember), ini sudah merupakan gelombang yang kedelapan datang ke Aceh(acehprov.go.id, 11/12/2023).

Di tengah itu semua, ramai pula beredar video yang memperlihatkan potongan aktivitas para pengungsi Rohingya. Seperti pengungsi Rohingya yang memprotes kurangnya nasi yang mereka peroleh dan ada juga yang membuang nasi pemberian warga. Video ini kemudian beredar bebas dan memicu pro kontra terhadap pengungsi Rohingya. Sayangnya, tak sedikit yang tersulut emosi dengan video tersebut. Banyak yang meradang dan akhirnya “latah” menyuarakan pengusiran etnis Rohingya dari negeri ini. Bahkan, belakangan justru ramai beredar video masyarakat Aceh yang berdemo karena ingin mengusir pengungsi Rohingya. Mereka menuntut agar pemerintah segera mengambil tindakan tegas dengan meminta para pengungsi keluar dari wilayah Aceh. 

Beberapa public figure juga menyuarakan agar Indonesia tidak lagi menerima pengungsi Rohingya. Bahkan di antara mereka ada yang berpendapat agar masyarakat lebih berhati-hati kepada pengungsi Rohingya karena menilai bisa saja etnis Rohingya akan bersikap seperti Israel yang merebut wilayah Palestina.

Berita ini makin berkembang luas dengan asumsi-asumsi pribadi yang berkembang bebas. Beberapa tuduhan tak mendasar dilayangkan untuk semakin memicu sentimen terhadap etnis Rohingya. Contohnya berita tentang etnis Rohingya yang meminta tanah di negeri jiran, Malaysia. Belakangan diketahui bahwa video tersebut adalah hoaks. Kekhawatiran masyarakat terhadap berbagai problem  yang mungkin timbul dari peristiwa ini, tentu tidak menjadi pembenaran untuk mengamplifikasi kebencian terhadap etnis Rohingya. 

Sebagai seorang muslim, tentunya kita tidak boleh hanya mengambil berita dari satu sisi, menghakiminya lalu terikut dengan arus yang kebenarannya saja belum bisa dipastikan. Kita wajib melakukan tabayun, melihat permasalahan ini dari sudut pandang Islam dan berhati-hati terhadap narasi yang seolah-olah sedang dibangun untuk menumbuhkan kebencian terhadap suatu pihak yang kita sendiri mungkin belum paham dengan latar belakangnya.

Rohingya, Rakha, dan Rakhine

Rohingya merupakan penduduk minoritas Islam yang menetap di Myanmar, tepatnya di provinsi Arakan. Seorang influencer muslimah yang pernah mendengar cerita penduduk asli Myanmar yang beragama Buddha mengatakan bahwa asal muasal konflik Rohingya berawal ketika terjadi perebutan wilayah oleh Rohingya yang berasal dari Bangladesh terhadap etnis Islam asli Myanmar bernama Rakha dengan melakukan kekerasan. Alhasil, pemerintah Myanmar membela suku aslinya dan mengusir Rohingya. Akan tetapi, setelah dilakukan berbagai penelusuran fakta terhadap Rakha, tidak ada hasil yang signifikan terhadap pencarian ini. Sejarah yang paling dekat dengan “Rakha”berhubungan erat dengan istilah “Rakhine” yang justru berkonotasi erat dengan Rohingya itu sendiri.

Etnis Rohingya di Myanmar telah mendapatkan berbagai bentuk diskriminasi, kekerasan, dan penindasan oleh pemerintah setempat yang berujung kepada Genosida etnis ini. Berbagai pihak mengeklaim bahwa Rohingya telah dibangunkan tempat pengungsian di Bangladesh. Ada 2 wilayah besar yang dikhususkan untuk pengungsian mereka yakni Cox`s Bazar dan Bhasan Char. Namun, tahukah kita? Cox’s Bazar sendiri merupakan tempat pengungsian terbesar dan terpadat di dunia dengan total lebih dari 900 ribu pengungsi. Sehingga tempat ini terus memburuk dan jauh dari kata layak.

Sedangkan di Bhasan Char, sebuah pulau terpencil di Bangladesh merupakan pulau yang terbentuk dengan endapan lumpur Himalaya yang berada hanya 2 meter dari permukaan laut. Kondisi pulau ini rawan terkena badai topan dan bisa tenggelam jika angin topan terjadi saat air pasang. Sulit sekali akses makanan maupun fasilitas kesehatan di pulau ini. Akses terdekat ke rumah sakit berjarak puluhan kilometer di seberang pulau dan baru bisa diakses dengan 3 jam perjalanan dengan perahu dan 2 jam lagi dengan mobil berbiaya tinggi. 

Kembali ke Myanmar tanpa jaminan keamanan dengan taruhan nyawa lebih besar, membuat para etnis Rohingya yang lebih banyak di antara mereka anak-anak dan perempuan tentu lebih memilih hijrah dari Myanmar, apalagi tanah mereka juga bukan merupakan “tanah suci” sebagaimana tanah Palestina. 

Rohingya dan Zionis Asia Tenggara

Nasib etnis Rohingya sebenarnya tak jauh berbeda dengan saudara muslim di Palestina. Bahkan terusirnya etnis ini dari Arakan juga merupakan perpanjangan tangan Zionis. Berdirinya entitas negara Zionis tahun 1948 bersamaan dengan kemerdekaan Burma (nama Myanmar dahulu) tak lepas dari sikap politik Inggris. U Nu, seorang aktivis sosialis religius Buddha yang merupakan Perdana Menteri pertama Burma sangat menyukai gerakan Zionis karena merasa memiliki banyak kesamaan dan pandangan. Myanmar juga menjadi negara Asia pertama yang mengakui entitas negara Zionis. UNu bahkan meminta Zionis untuk membangun sistem pertahanan di daerah-daerah minoritas Muslim dan Kristen di Myanmar. Tahun 2017 lalu, saat militer Myanmar menewaskan 6700 muslim Rohingya hanya dalam waktu satu bulan, secara tak langsung Zionis juga turut andil  karena mereka memberikan senjata kepada tentara Myanmar. 

Rohingya dan Kaum Muslim

Satu fakta yang tak bisa kita mungkiri adalah Rohingya merupakan bagian dari kaum muslim. Rasulullah saw.bersabda, Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). (HR. Bukhari Muslim)

Genosida yang terjadi di negeri kaum muslimin baik Palestina dan Rohingya adalah dampak dari runtuhnya kekuatan besar perisai umat Islam, Khilafah Islam. Runtuhnya Khilafah tahun 1924 menjadi gerbang pembuka penderitaan umat Islam di berbagai belahan dunia. Umat Islam mulai disekat dengan isu-isu nasionalisme yang sangat beracun bagi Islam. Nasionalisme telah membuat kaum muslimin terpecah-belah, hanya fokus pada permasalahan yang ada di negerinya sendiri dan membuat umat enggan melibatkan diri dengan permasalahan negeri lain. Mencukupkan diri dengan permasalahan individu yang dihadapi lalu abai dengan permasalahan saudara muslimnya di belahan negeri lain. Padahal secara akidah, wajib hukumnya membantu saudara semuslim tanpa memandang batas negara. 

Kafir Barat tahu dengan nasionalisme kaum muslim ibarat buih di lautan. Berjumlah banyak tapi tak bisa unjuk kekuatan. Sejak dari dulu Barat senantiasa menginjeksikan ide ini ke generasi-generasi Islam. Menetapkan batas geografis wilayah negeri kaum muslim adalah senjata andalan mereka untuk tetap menjajah umat Islam.

Oleh karena itu, saat ini seruan untuk menyatukan kembali negeri kaum muslim dalam bingkai Khilafah menjadi hal yang sangat urgen. Karena dengan tegaknya Khilafah, kekuatan kaum muslim akan kembali, segala penjajahan terhadap umat Islam termasuk genosida juga akan berakhir. Khilafah akan menjadikan posisi umat Islam yang hari ini terhina menjadi umat mulia, umat yang kuat dan umat terbaik yang pernah diutus Allah di muka bumi ini sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 110: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia....”

Wallahu alam bi ash-showab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menjadi Ibu Visioner
Next
Jangan Mau Berada di Bangku Cadangan
3 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Atien
Atien
10 months ago

Nasib muslim Rohingya tidak akan membaik sebelum datangnya seorang pemimpin yang membawa aturan Islam secara menyeluruh. Mereka akan terus-menerus dizalimi tanpa henti. Saatnya ikut berjuang demi tegaknya hukum Islam di muka bumi.
Barakallah mba@Arum. Naskahnya keren

Wd Mila
Wd Mila
10 months ago

Miris..Dalam sekularisme, manusia hanya akan dianggap jika memiliki KTP, Kartu keluarga, Visa, dan aneka dokumen resmi lainnya. Tanpa itu, mereka tidak pernah dianggap manusia.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
10 months ago

Mirisnya kehidupan tanpa adanya perisai bagi umat Islam. Terus tertindas dan terzalimi. Pentingnya sistem Islam kaffah hadir sebagai solusi tuntas problematika kehidupan umat di dunia ini. Saatnya back to sistem Islam kaffah

Sartinah
Sartinah
10 months ago

Miris dan tragis ya nasib kaum muslim di seluruh dunia tanpa adanya junnah. Mereka menjadi korban kebiadaban negara kafir dan tak mampu ada yang menolong.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
10 months ago

MasyaAllah, membuka mata di tengah2 arus opini buruk dari Rohingya. Ketiadaan Khilafahlah yg kemudian menjadikan kaum muslim terfitnah di sana sini

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
10 months ago

Selama tidak ada daulah super power masih kaum muslimin tidak akan membaik

Dyah Rini
Dyah Rini
10 months ago

Derita umat Islam belum berakhir selama junnah/pelindungnya belum tegak. Rohingya, Palestina dan kaum muslim yang menjadi minoritas di negara lain akan terus ditindas. Sementara sekat nasionalisme masih kokoh memisahkan antar sesama muslim. Maka sudah waktunya umat Islam besatu memmperjuangkan tegaknya khilafah yang akan menerapkan Islam & Jihad.

Yuli Juharini
Yuli Juharini
10 months ago

Jadi makin tahu sejarah Rohingya. Yg perlu diaris bawahi ternyata Rohingya itu muslim, dan sudah menjadi kewajiban sesama muslim untuk saling membantu.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram