Akar persoalan stunting adalah kemiskinan (ekstrem), untuk menyelesaikannya haruslah dengan mengentaskan kemiskinan itu sendiri. Hal ini tidak bisa diselesaikan secara tuntas dalam sistem demokrasi kapitalisme saat ini.
Oleh. Syahraeni
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Program penanganan stunting meski telah direalisasikan dalam banyak program berbasis proyek dengan pengalokasian dana yang cukup besar, tetapi nyatanya belum signifikan dalam menurunkan angka stunting. Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo menyoroti penanganan stunting di Indonesia yang belum optimal. Rahmad menyinggung program makanan tambahan untuk mencegah stunting di Kota Depok, Jawa Barat yang sempat menjadi sorotan karena temuan makanan di bawah standar.
Rahmad menjelaskan adanya fenomena program stunting yang tak optimal sebagai hasil pendekatan proyek. Dia mengatakan, pendekatan ini hanya berorientasi pada penuntasan program kerja, tetapi nihil output atau hasil.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, juga mengungkapkan adanya indikasi penyelewengan dana penanganan stunting atau kekurangan gizi pada anak di tingkat daerah. Presiden Joko Widodo juga sebelumnya mencatat bahwa dana stunting di suatu daerah ada yang digunakan untuk keperluan rapat dan perjalanan dinas. (Beritasatu.com, 01/12/2023)
Stunting merupakan persoalan serius yang urgen untuk diselesaikan sebab berkaitan dengan masa depan bangsa. Penyebab utama stunting itu sendiri adalah kurangnya asupan gizi sejak bayi masih berada dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Selain itu, anak yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa tumbuh kembangnya juga bisa mengalami stunting.
Sebelumnya, beberapa program penanganan telah dilakukan di antaranya: (1) Pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri, (2) Pelayanan pemeriksaan pada ibu hamil sebanyak 6 kali dan makanan tambahan, (3) Pemberian protein hewani pada anak usia 6-24 bulan, (4) Paket bantuan pangan bergizi dalam jumlah tertentu selama tiga bulan.
Meski demikian, program berbasis proyek ini dinilai tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara komprehensif. Bagaimana tidak, pemberian makanan tambahan tersebut tidaklah diberikan setiap hari, pun sebagian besar hanya berupa biskuit, padahal ibu hamil dan balita membutuhkan makan tiga kali setiap harinya. Begitu juga bantuan paket yang sifatnya bertahap selama tiga bulan dengan jumlah tertentu, apakah bisa menjadi solusi permasalahan kekurangan gizi jangka panjang pada rumah tangga? Terkhusus rumah tangga yang termasuk dalam status miskin ekstrem. Lantas, jika persoalan kemiskinan saja sebagai dasarnya belum dientaskan, bagaimana bisa gizi ibu dan bayinya akan dapat tercukupi?
Terlebih, saat ini banyak regulasi yang justru kontraproduktif dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan. Misalnya UU Omnibus Law Cipta Kerja yang sangat kuat berisi dukungan pemerintah terhadap korporasi. Nasib para buruh yang upahnya sudah sangat kecil menjadi kian sulit dengan formula upah yang baru. UMP 2024, misalnya, secara umum kenaikannya hanya di bawah 5%, padahal harga beras saja bisa naik hingga 21% setiap tahun.
Jika akar dari persoalan stunting ada pada kemiskinan, maka sudah sepatutnya upaya yang dilakukan adalah menyelesaikan masalah kemiskinan terlebih dulu. Hanya saja, persoalan kemiskinan pada faktanya sulit untuk diberantas jika sistem demokrasi-kapitalisme masih diterapkan dalam pengurusan negara.
Sistem kapitalisme menjadikan pemerintah hanya berperan sebagai regulator, sedangkan seluruh persoalan rakyat dilimpahkan kepada swasta. Hal ini tentu menciptakan kemiskinan dan kesenjangan. Jika pengaturan tata kelola urusan masyarakat diatur berdasarkan keinginan pengusaha, maka pokok pembahasannya adalah profit yang dihasilkan, bukan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Kebijakan upah saja tidak berpihak pada para pekerja. Buruh tidak mendapat upah yang layak. Keuntungan perusahaan menjadi prioritas utama dibandingkan kesejahteraan para pekerja, meskipun keuntungan maksimal salah satunya didapat dari penekanan terhadap upah pekerja.
Penerapan kebijakan dalam sistem demokrasi juga selalu menyuburkan perilaku korupsi. Mereka mengakui, korupsi adalah “bagian dari usaha mencari rezeki”. Tidak peduli berapa banyak rakyat yang kelaparan, hati nurani mereka tertutupi oleh pekatnya nafsu dunia. Kebijakan yang disediakan tidak menyeluruh hingga akar persoalan, implementasinya pun masih dipenuhi oleh tindak korupsi.
Permasalahan stunting akan sulit dientaskan selama tata kelola negeri ini masih berlandaskan demokrasi kapitalistik. Sebabnya, perlu untuk mencari alternatif sistem lain yang lebih komprehensif dalam mengentaskan masalah stunting ini.
Solusi Islam
Adapun sistem Islam, terkhusus pada sistem politiknya, akan melahirkan penguasa yang amanah dan kapabel untuk mengurus urusan rakyat dengan sepenuh hati. Fungsi seorang pemimpin dalam Islam adalah sebagai pengurus sekaligus pelindung rakyat sehingga seluruh urusan rakyat menjadi tanggung jawab negara.
Kebutuhan dasar rakyat menjadi tanggung jawab negara sepenuhnya. Negara akan hadir memastikan setiap kepala keluarga mendapatkan pekerjaan dan upah yang layak. Jika ada kepala keluarga yang tidak sanggup untuk bekerja karena sakit atau cacat, misalnya, sedangkan ia memiliki kerabat yang tidak mampu menanggungnya, maka keluarga tersebut tergolong keluarga yang akan dijamin oleh negara. Negaralah yang akan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga tersebut, termasuk pangan bergizi, hingga keluarga tersebut bisa keluar dari kesengsaraannya.
Itulah sebabnya Khalifah Umar bin Khaththab ra. begitu khawatir ketika ada seorang ibu yang tidak bisa memberikan makan kepada anak-anaknya yang kelaparan. Khalifah Umar ra. rela memanggul gandum sendirian dan memasaknya langsung untuk bisa memastikan keluarga tersebut makan dengan layak. Begitu pun saat Khalifah Umar menangis melihat seekor keledai yang terperosok sebab ia khawatir terlukanya hewan tersebut disebabkan oleh lalainya ia memperhatikan jalan.
Sungguh, ini adalah sosok pemimpin yang sulit ditemukan di dalam sistem hari ini. Tersebab akar persoalan stunting adalah kemiskinan (ekstrem), untuk menyelesaikannya haruslah dengan mengentaskan kemiskinan itu sendiri. Hanya saja, hal ini tidak bisa diselesaikan secara tuntas dalam sistem demokrasi kapitalisme saat ini. Pengentasan tuntas ini hanya dapat dilakukan jika sistem Islam menjadi aturan dasar dalam sebuah bingkai kekuasaan, agar kehidupan rakyat kembali sejahtera. Wallahu a'lam bishawab.[]
Jika akar dari persoalan stunting ada pada kemiskinan, maka sudah sepatutnya upaya yang dilakukan adalah menyelesaikan masalah kemiskinan sistemiknya terlebih dulu, yakni penerapan demokrasi-kapitalisme. Akibatnya, penguasa selalu saja menyerahkan urusan pengelolaan SDA kepada swasta dan asing, sehingga hasil keuntungannya tidak dapat dinikmati rakyat sebagai pemilik SDA tersebut. di mana rakyat lokal harus berebut lowongan pekerjaan denga TKA.
Sepakat stunting hanya akan tuntas dengan penerapan sistem Islam secara totalitas
Betul, stunting itu bagian tidak terpisahkan dari problem kemiskinan yang menjerat negeri ini. Ada banyak masyarakat, khususnya ibu hamil, tidak fokus pada gizi yang dikonsumsinya. Tapi sekedar bisa makan saja sudah cukup. Jika pemerintah mau menyelesaikan masalah stunting, tuntaskan dulu kemiskinan di negeri ini.
Kalau disini kebanyakan ibu hamil di data, kalau dirasa ada kemungkinan stunting akan dikasih susu ibu hamil. Tp tetap saja, jika masalahnya adalah kemiskinan, makanan sehari2 yg tidak banyak gizi, stunting akan tetap menghantui
Yang harus terus dilakukan mengupayakan adanya pemimpin yang meriayah rakyatnya berdasarkan Islam. Karena semua permasalahan lahir dari ditinggalkannya Isam sebagai sistem hidup
Problem srunting adalah bagian dari masalah kemiskinan. Persoalan ini akan selesai dengan penerapan sistem ekonomi Islam. Sistem Islam(Khilafah) akan memastikan kesejahteraan per individu rakyat dengan mekanisme sesuai tuntunan syariat. Bahkan bukan hanya sistem ekonomi Islam saja yang akan diterapkan Khilafah. Tetapi seluruh sistem yang melingkupi iehidupan akan diterapkan secara kaffah.