Menghilangkan Aroma Pluralisme dalam Seremoni Tahun Baru

"Umat Islam benar-benar dalam bahaya laten. Sudah dibuat rancu pemahamannya, diikat pula dengan aturan yang memudaratkan kehidupan mereka. Sungguh ironis, kondisi umat apabila tidak dalam kepemimpinan Islam."

Oleh. Liza Khairina
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ide pluralisme dan toleransi menjadi senjata menggemaskan dibahas pada forum-forum formal, demi menguatkan penjajahan pemikiran. Kaum muslimin terbuai dengan propaganda menyudutkan perjuangan Islam. Hingga tidak menyadari bahwa sumber pemikiran dari trending ide ini adalah sekularisme, yang ingin menjadikan Islam lentur mengikuti gaya Barat mengurus umat.

Islam dihadirkan dengan wajah yang sama dengan agama lain dan pemikiran lain. Dan ini adalah penyesatan dan kerusakan peradaban yang sedang dipertontonkan Barat, demi menutup bobrok ideologi buatannya, yakni ideologi kapitalisme yang sudah berada di ambang kehancuran. Tertatih menghadapi Islam ideologi yang sedang bergerak bangkit dengan jumawanya sebagai sistem aturan hidup ya'lu walaa yu'la 'alaih.

Pesona Kota Surabaya sejak menjelang Natal 2022 benar-benar berbeda dari tahun sebelumnya. Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen menjaga semangat toleransi dan keharmonisan, untuk menghormati umat beragama dengan memasang ornamen dan hiasan Natal di beberapa tempat. Pemasangan ornamen Natal ini, kata Wali Kota Surabaya, Bapak Eri Cahyadi, menjadi wujud Kota Surabaya sebagai kota toleransi dengan peringkat keenam di Indonesia dan peringkat pertama di Jawa Timur. Dengan masyarakat yang tinggal di dalamnya berasal dari berbagai suku, ras, dan agama yang hidup saling berdampingan. (suarapubliknews.net, 17/12/2022)

Akhir tahun Masehi selalu menjadi langganan ajang promosi dan realisasi proyek Barat di dunia Islam. Kota-kota besar di negeri kaum muslimin berkompetisi menunjukkan sikap toleransinya pada agama lain yang minoritas. Namun sangat disayangkan, promosi Barat ini disambut pemimpin kaum muslimin menjadi budaya tahunan yang menggiring umat Islam meninggalkan asas agamanya (akidah Islam).

Natalan dan Tahun Baru (Nataru) disambut dengan mewahnya. Mulai dari menikmati pernik Natal, terompet, kembang api, dan lain-lain bersama-sama, yang menunjukkan simbol agama lain. Sehingga, terbawa pada suasana umat Islam ikut arus dalam kondisi mengenaskan. Lupa batasan-batasan akidahnya. Bahkan dengan serampangan sebagian tokoh-tokoh Islam menakwilkan ayat-ayat Al-Qur'an sekehendaknya demi legalitas toleransi kebablasan yang dibuat mengikuti tuan pemikirannya.

Ide pluralisme diperkenalkan pada masyarakat plural sebagai upaya menyamakan pandangan relativisme. Menganggap semua agama benar dan bebas sekehendaknya tanpa memperhatikan rambu-rambu agama dan hukum Islam. Tentu hal ini tidak boleh didiamkan.

Umat Islam harus terus diingatkan akan bahaya dan haramnya pluralisme. Menyampaikan pemahaman yang benar tentang Islam, harus digencarkan untuk menumbuhkan kesadaran ber-Islam kaffah. Apalagi, di tengah gempuran proyek moderasi Islam yang sudah menjangkau semua bidang kehidupan. Tak pelak, umat Islam dalam bahaya besar yang sedang mengintai dari jarak sangat dekat.

Negara yang seharusnya melindungi akidah umat, malah mengambil peran mendukung pluralisme sebagai jalan tengah dengan mengatasnamakan toleransi. Menjaga keberagaman suku, agama, dan ras. Menguatkan ide pluralisme dan moderasi beragama yang merusak pemahaman umat dari dalam, demi tercapainya syahwat kepemimpinan selain Islam, yakni demokrasi yang menjadikan kedaulatan di tangan rakyat (pemilik modal).

Umat Islam benar-benar dalam bahaya laten. Sudah dibuat rancu pemahamannya, diikat pula dengan aturan yang memudaratkan kehidupan mereka. Sungguh ironis, kondisi umat apabila tidak dalam kepemimpinan Islam.

Berbeda jauh dengan sistem (kepemimpinan) Islam. Negara bertugas ikut menjaga akidah umat. Membentengi umat dengan akidah Islam yang kuat, juga menyaring pemikiran luar yang memungkinkan bertentangan dengan Islam.

Islam mengajarkan tentang pluralitas, tapi tidak pluralisme. Karena, pluralisme adalah paham yang menganggap kebenaran itu relatif dan bukan hanya milik satu agama. Tentu hal ini bertentangan dengan ajaran Islam, yang memandang bahwa kebenaran hanya milik Allah semata.

Islam sebagai aturan bagi manusia harus menjadi pilihan satu-satunya yang menyelamatkan manusia seluruhnya. Dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 19, Allah Swt. menyatakan agama yang benar dan diridai di sisi Allah hanyalah Islam. "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam."

Sejarah Madinah dengan pluralitas yang tinggi sudah cukup mengajarkan pada kita dan dunia, bahwa Islam adalah inklusif untuk semua perbedaan dan identitas agama-agama yang ada. Bahkan, dalam perjalanan kepemimpinan selanjutnya oleh para khalifah, Islam menjadi simbol yang menaungi beberapa agama, dan dikenal masyarakat dunia sebagai peradaban termulia yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Islam di Andalusia contohnya, telah mengukir dan meninggalkan jejak keharmonisan antarwarga dengan agama plural, yang sebelum dan sesudahnya tidak pernah ditorehkan oleh peradaban selain Islam.

Karenanya, Islam dengan sistem aturannya yang menyeluruh tidak butuh pluralisme yang sempit, yang sebenarnya adalah proyek globalisasi kafir Barat. Mereka habis-habisan menempuh berbagai cara untuk menjegal kepastian bangkitnya kembali raksasa Islam, yakni Khilafah.

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِـئُـوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَ فْوَاهِهِمْ وَا للّٰهُ مُتِمُّ نُوْرِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya."
(QS. Ash-Shaff [61] : 8)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Liza Khairina Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Balita, si Kecil yang Menyejukkan Hati
Next
Toleransi Boleh, Tak Harus Jadi Pluralis!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram