Ironis, Bersuka Cita di Tengah Duka Korban Gempa Cianjur

"Tentu sangat ironis, belum kering air mata di tengah duka rakyat Cianjur, ada pesta deklarasi politik yang nirempati terhadap penderitaan umat. Hilangnya rasa peduli dan tanggung jawab, lupa rakyat di saat telah menjabat. Ditambah lagi perhelatan deklarasi ini tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ajang pertemuan politik para relawan yang rawan dengan berbagai kepentingan. Kepentingan pribadi ataupun kekuasaan."

Oleh. Yeni Marlina, A.Ma
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Negeri ini masih menyisakan duka yang mendalam, akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 SR yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21-11-2022) lalu. Korban meninggal bertambah menjadi 328 orang, masih dinyatakan hilang tercatat 12 orang. Pemkab Cianjur pun mengusulkan agar proses pencarian diperpanjang hingga tiga hari ke depan. (detik.com, 30-11-2022)

Di samping itu, kerusakan infrastruktur tercatat sebanyak 26.237 rumah rusak berat, 14.196 rumah rusak sedang dan 22.786 rumah rusak ringan.
Kerusakan sekolah 471, 170 tempat ibadah, 14 fasilitas kesehatan dan 17 gedung perkantoran. Data titik pengungsian dihimpun BNPB dan lainnya tercatat sebanyak 449 titik. Total jumlah pengungsi 100.330 jiwa. Yang terdata melalui Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (Kompas.com 28-11-2022)

Baik korban jiwa ataupun kerusakan infrastruktur, tentu membutuhkan perhatian yang serius dari seluruh pihak terkait. Terutama dari pemerintah. Duka mereka adalah duka negara. Sejak awal kejadian, berbagai elemen masyarakat dan organisasi tampak bahu membahu mengerahkan segenap kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan para korban. Berbagai kekurangan disebar melalui media sosial, seperti tenda, logistik lainnya hingga kain kafan. Beberapa jenazah belum bisa dikubur karena kekurangan kain kafan. Pertanyaannya di mana pemerintah dan para pemimpin negeri ini? bukankah mengurusi kebutuhan rakyat adalah lebih prioritas?

Sementara, dalam waktu yang sama terjadi perhelatan akbar. Puluhan ribu orang memadati Studion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta pada Sabtu (26-11-2022). Kelompok yang menamakan diri sebagai peserta Silaturahmi Relawan Nusantara Bersatu ini dalam deklarasinya menyatakan "2024 manut Jokowi." Jelas, deklarasi ini kental dengan nuansa politik untuk menggalang dukungan di ajang Pemilu 2024 yang akan datang. Bahkan pada acara tersebut ada spanduk dan teriakan "Jokowi tiga periode." Sebagaimana yang diberitakan Kompas TV (27-11-2022).

Tentu sangat ironis, belum kering air mata di tengah duka rakyat Cianjur, ada pesta deklarasi politik yang nirempati terhadap penderitaan umat. Hilangnya rasa peduli dan tanggung jawab, lupa rakyat di saat telah menjabat. Ditambah lagi perhelatan deklarasi ini tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Ajang pertemuan politik para relawan yang rawan dengan berbagai kepentingan. Kepentingan pribadi ataupun kekuasaan.

Faedah apa yang bisa diambil dari peristiwa ini? Tidak ada sama sekali. Sampah yang berserakan usai acara hingga 31 ton, bahkan menuai kekecewaan dari beberapa peserta yang antusias. Mereka antusias karena menerima info akan ada acara salawat qubro, realitanya tidak ada. Buah pahit politik kapitalisme yang harus ditelan rakyat, tak henti-hentinya selama para pegiat dan penikmatnya melihat banyak keuntungan. Menghalalkan segala cara, sekalipun harus mengecewakan.

Merbagai musibah dan ujian yang melanda negeri ini sejatinya adalah peringatan. Namun, tampaknya belum menyadarkan para pemegang otoritas tertinggi. Musibah dan ujian tidak hanya melanda orang-orang yang berbuat zalim saja. Lalu, apa yang bisa diharapkan dari pemimpin yang banyak abai terhadap berbagai urusan umat. Hanya memberi janji tanpa bukti.

Allah telah memberi peringatan dalam firman-Nya : ”Sesungguhnya, dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (TQS Asysyura : 42)

Begitupun sabda Rasulullah saw :
”Barang siapa yang menipu kami, bukanlah dia dari golongan kami.” (HR. Muslim)

Berbeda dengan pemimpin pada masa Islam, Rasulullah saw dan para sahabatnya telah memberi teladan yang baik. Mengemban amanah dengan penuh ketakwaan dan iman. Amanah kepemimpinan tentu berat pertanggung jawabannya kelak di hadapan Allah Swt. Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah saw berkata, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka."

Bumi dan seisinya milik Allah. Berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya atas izin Allah. Bagaimana sikap orang beriman menghadapinya. Termasuk fenomena gempa pun pernah terjadi pada masa Rasulullah saw dan masa kekhilafahan Umar bin Khathab. Suatu ketika Rasulullah saw bersama Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Utsman naik ke bukit Uhud. Tiba-tiba bukit itu berguncang, Rasulullah saw menghentakkan kakinya ke Uhud dan bersabda:

"Tenanglah wahai Uhud, tidak ada di atasmu kecuali seorang Nabi As-Siddiq dan Asy-Syahid, maka dengan izin Allah gempa pun berhenti," (Hadis Riwayat Bukhari)

Kejadian yang sama pada masa Umar bin Khathab, di Madinah terjadi gempa. Umar mengetukkan tongkatnya ke bumi dan mengatakan:
"Wahai bumi apakah aku berbuat tidak adil," Lalu Umar melanjutkan dengan lantang mengatakan,
"Wahai penduduk Madinah, Apakah kalian berbuat dosa? tinggalkan perbuatan itu, atau aku yang akan meninggalkan kalian,"

Demikian, sosok pemimpin beriman dan taat pada Allah. Bersegera muhasabah dan introspeksi diri dan menanyai rakyatnya jika ada yang lalai serta maksiat. Sosok yang langka, bahkan hampir tak ada jika berharap pada sistem kapitalis. Alih-alih mengingat Allah, rakyat kesusahan saja malah memilih membiarkan ajang bersuka cita yang sarat dengan berbagai kemaksiatan lainnya. Inilah saatnya, umat Islam wajib menyadari betapa pentingnya menerapkan sebuah sistem yang diridai Allah dan dijalankan oleh pemimpin yang salih dan bertakwa. Mengurus rakyat karena amanah, mengatur keseimbangan alam dengan panduan syariat. Syariat Islam akan mampu menyejahterakan seluruh alam. Bumi ini tunduk pada ketentuan, Allah akan memberikan keberkahan jika pemimpin dan penduduknya bertakwa.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (TQS. Al-A'raf : 96)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Yeni Marlina Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Regsosek, Ilusi Pengentasan Kemiskinan
Next
RKUHP: Sistem Salah Melahirkan UU Bermasalah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram