Ancaman di Balik Mencairnya Permafrost, Benarkah Akibat Industrialisasi Kapitalis?

”Ancaman mencairnya permafrost merupakan salah satu bukti kegagalan dan rusaknya ideologis kapitalis dalam menjaga lingkungan hidup yang diakibatkan kerakusan mereka untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.”

Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Perubahan iklim dan pemanasan global dapat menyebabkan permafrost terancam mencair. Paradigma kapitalis beranggapan bahwa pencairan lapisan es akan membawa keuntungan bagi industri minyak dan pertambangan, sebab dapat memberikan kemudahan akses ke cadangan minyak di Kutub Utara yang sebelumnya sangat sulit dijangkau. Sebaliknya, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa pencairan permafrost yang terlalu dalam malah menyebabkan bahaya yang jauh lebih besar. Bahaya apa yang dimaksud para ilmuwan tersebut?

Dilansir dari Sience Alert, Senin (8/6/2020), kondisi pencairan permafrost seperti bom waktu yang mengancam lingkungan dan kesehatan, serta berisiko mempercepat pemanasan global. Lantas, benarkah aktivitas industri yang tinggi oleh negara kapitalis dapat mempercepat proses mencairnya permafrost?

Seputar Permafrost

Permafrost merupakan lapisan tanah beku yang berada di bawah suhu 0 derajat Celsius dan berusia ribuan tahun. Permafrost biasanya ditemukan di Kutub Utara mencakup wilayah sekitar lingkaran Arktika dan hutan Borela yang membentang di Alaska, Kanada, serta Rusia.

Dalam permafrost terdapat sekitar 1,7 triliun karbon dalam bentuk bahan organik beku, sisa-sisa tanaman busuk, dan hewan-hewan yang sudah lama terperangkap di endapan akibat tertutup lapisan es. Selain itu, tanah permafrost mengandung dua kali lebih banyak karbon dalam bentuk CO2 dan metana seperti yang ada pada atmosfer bumi.

Bahaya Saat Permafrost Mencair

Berdasarkan hasil studi, berikut beberapa dampak yang akan terjadi jika permafrost mencair, antara lain:
Pertama, mempercepat pemanasan global. Hal ini berdasarkan laporan dari Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam bahwa setiap kenaikan suhu 1°Celcius, terdapat sekitar 1,5 juta mil persegi permafrost yang bisa mencair dan menghilang. Efek dari pencairan tersebut dapat melepaskan gas berbahaya, seperti metana dan karbon dioksida ke udara yang dapat memicu pemanasan gas rumah kaca pada bumi.

Kedua, terjadi kerusakan lingkungan. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel Climate Change), dalam kasus yang ekstrem, apabila emisi bahan bakar fosil terus meningkat hingga 50 tahun ke depan, maka 70% permafrost dapat mencair dengan cepat.

Menurut Merritt Turetsky, kepala dari Institute of Arctic and Alpine Research di Boulder, Golorado, bahwa permafrost yang mencair dalam jumlah besar mengakibatkan hutan bisa berubah menjadi danau dalam waktu 1 bulan, dan tanah longsor dapat terjadi tanpa peringatan. Lebih dari itu, mencairnya permafrost juga menghadirkan ancaman serius dan mahal bagi infrastruktur, seperti kerusakan bangunan, jalan, dan pipa minyak.

Ketiga, ancaman virus. Permafrost yang mencair akan membuka jalan bagi bakteri dan virus yang selama ini terperangkap di dalam es. Pada tahun 2014 lalu, peneliti berhasil menghidupkan kembali virus raksasa bernama Pithovirus sibericum yang telah terkunci selama lebih dari 30.000 tahun, di Siberia. Berdasarkan hal ini, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa patogen dorman lainnya yang terkubur di tanah beku dapat bangkit kembali akibat pemanasan global, termasuk cacar dan virus lainnya.

Terbukti pada 2016, seorang anak di Rusia meninggal akibat wabah antraks. Menurut para ilmuwan, virus ini berasal dari mayat rusa yang terkubur 70 tahun sebelumnya. Pasalnya, virus ini muncul kembali ke permukaan akibat lapisan es yang mencair. Dari sana, virus antraks kemudian menyebar ke hewan-hewan ternak lainnya.

“Virus Zombie”, Bahaya Serius Akibat Mencairnya Permafrost

Tim peneliti dari Prancis, Jerman, dan Rusia, sedang memeriksa ’virus zombie’ yang berasal dari permafrost di Siberia, Rusia. Hasilnya sangat mengejutkan, para ilmuwan menyatakan bahwa mencairnya permafrost dapat menghadirkan ancaman baru bagi manusia dan hewan, akibat perubahan iklim yang ekstrem.

Berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan bioRxiv, para peneliti telah menghidupkan kembali dan mengelompokkan 13 patogen berusia lebih dari 48.500 tahun yang diberi nama ’virus zombie'. Meskipun penelitian ini masih dalam tahap pracetak, namun tim ilmuwan yang dipimpin oleh Ahli Mikrobiologi, Jean-Marie Alempic, dari pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis menetapkan bahwa virus yang berusia 27.000 hingga 48.500 tahun ini berpotensi menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan hewan. (CNBC Indonesia, 30/11/2022)

Dapat disimpulkan bahwa permafrost kuno kemungkinan akan melepaskan virus yang tidak diketahui saat dicairkan, dan dapat menular setelah terpapar kondisi luar ruangan. Namun seberapa besar kemungkinan virus akan bertemu dan menginfeksi inang, serta seberapa menular virus ini setelah terpapar oksigen, panas, dan cahaya, hingga saat ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Problem Sistemis

Perubahan iklim secara ekstrem akibat efek gas rumah kaca menjadi alasan terjadinya pemanasan global, kemudian berimbas pada mencairnya permafrost. Salah satu penyebabnya adalah produksi emisi karbon oleh sejumlah negara kapitalis.

Cina menyumbang sebesar 26,1%, dan menjadi negara dengan predikat pertama yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Kemudian, Amerika Serikat menyumbang sebesar 12,67% gas rumah kaca. Selanjutnya, Uni Eropa menyumbang 7,52% emisi gas rumah kaca global. (CNN Indonesia, 30/10/2021)

Tidak bisa dimungkiri bahwa kerusakan lingkungan sering kali disebabkan oleh korporasi besar, ilegal logging oleh pengusaha kayu, aktivitas industri, pertambangan, dan alih fungsi hutan oleh perusahaan yang mendapat dukungan dari pemerintah. Terbukti, negara-negara kapitalis adalah penyumbang terbesar emisi karbon, namun mereka menolak mengurangi jumlah produksi industri dan terus mengeksploitasi SDA. Hal ini menunjukkan bukti bahwa negara-negara kapitalis begitu egois, dan tidak mau memperhatikan generasi dan nasib bumi yang akan datang.

Bila kita cermati lebih dalam, memang ada keterkaitan antara kerusakan lingkungan dan pemanasan global dengan ulah negara kapitalis, akibat ekonomi kapitalisme yang dianutnya. Ancaman mencairnya permafrost merupakan salah satu bukti kegagalan dan rusaknya ideologis kapitalis dalam menjaga lingkungan hidup yang diakibatkan kerakusan mereka untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Lihat saja, banyak di negeri-negeri yang kaya SDA, pasti akan mengalami pembodohan dan penjajahan, serta lingkungannya dirusak karena eksploitasi dan limbah. Para kapitalis bergerak di bawah payung hukum atas nama investasi dan legal, kemudian mereka mengeksploitasi bumi ini tanpa memperhatikan dampaknya. Alhasil, lingkungan menjadi rusak, dan rakyat yang menjadi korban. Seolah tindakan eksploitasi mereka legal dan tak boleh dijegal.

Sebab, kapitalis memandang bahwa kekayaan alam termasuk tambang, hutan, dan semua yang ada, harus dikelola oleh individu atau swasta. Berawal dari sistem ekonomi yang kufur inilah, alat-alat produksi dan distribusi dalam rangka mencapai keuntungan sebesar-besarnya terjadi, dan pada akhirnya kerusakan lingkungan tak bisa dihindari.

Solusi Islam untuk Melindungi Bumi

Banyak orang menganggap bumi adalah benda mati, sehingga dianggap tak bisa merespons apa yang terjadi di atasnya. Tanggapan ini berbeda dengan syariat Islam yang menganggap bahwa setiap pelanggaran terhadap hukum Allah Swt., baik dianggap legal maupun ilegal, semua itu akan menyebabkan kerusakan. Bukan hanya merusak masyarakat, namun juga merusak lingkungan dan bumi.

“Barang siapa yang bermaksiat kepada Allah di bumi maka sungguh ia telah merusak bumi, karena sesungguhnya kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan.” (Imam Abdul 'Aliyah ar-Riyaahi) Islam memandang semua musibah dan kerusakan lingkungan merupakan peringatan dari Allah Swt. untuk meninggalkan maksiat dan tunduk kepada syariat-Nya. Oleh karena itu, sistem Islam menjaga bumi dengan menggunakan hukum dan aturan dari Sang Pencipta bumi itu sendiri, yakni syariat Islam kaffah.

Allah Swt. berfirman dalam surah Ar Ruum ayat 41, “Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia…” Tidak bisa dimungkiri bahwa kerusakan lingkungan sebagian besar akibat ulah tangan manusia. Oleh karena itu, dari awal sistem Islam mengharamkan pengelolaan SDA diserahkan kepada individu apalagi asing. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah Muhammad saw. dalam riwayat Ibnu Majah, “Kaum muslim berserikat dalam 3 hal, yakni air, padang rumput, dan api.”

Sistem pemerintahan Islam akan mengatur pengelolaan harta kepemilikan umum dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, dan optimalisasi hasilnya untuk kepentingan masyarakat. Dengan penerapan sistem Islam maka kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi, sebab mekanisme pengelolaan SDA dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Pengelolaan sumber daya alam dilakukan demi menyejahterakan rakyat, bukan untuk bisnis seperti kapitalis yang hanya mengejar keuntungan pribadi dan kelompok, serta menafikan segala dampak buruk terhadap lingkungan.

Khatimah

Dapat disimpulkan bahwa pemanasan global, mencairnya permafrost, dan kerusakan lingkungan, semua berawal dari pemikiran sekuler. Kezaliman dan kerakusan cara pandang kapitalisme telah mengabaikan kesejahteraan rakyat, bahkan upaya menjaga lingkungan dan bumi nyaris tidak ada dalam kamus proyek pembangunan mereka. Wajar jika kerusakan dan nestapa selalu meliputi dunia ini.

Sebaliknya, menjaga kelestarian lingkungan adalah salah satu prioritas sistem Islam dalam pemanfaatan SDA. Hal ini berdasarkan surah Al A’raf ayat 56, Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya…” Wallahu a’lam bishawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Ikan Gabus, Bintang Air Tawar Pengobat Luka
Next
Ngeri Banget, Modus Penipuan Gaya Baru Makin Menjamur!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram