Tawuran Kian Menggila, Potret Buram Masa Depan Bangsa

"Tidak bisa dinafikan, lahirnya generasi-generasi yang labil, mudah terpancing emosi, serta terlibat berbagai bentuk kenakalan remaja itu karena dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini, yakni sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme."

Oleh. Neneng Sri Wahyuningsih

NarasiPost.Com-Pemuda adalah generasi penerus bangsa yang kelak akan memimpin negeri. Di tangan merekalah tongkat estafet kepemimpinan digenggam. Apakah dibawa ke arah yang lebih baik atau sebaliknya? Dari filosofi inilah, maka bangsa yang besar akan menyadari begitu pentingnya melahirkan generasi cemerlang berkualitas. Generasi yang memiliki keunggulan dalam bidang sains dan teknologi, serta memiliki kepribadian khas (istimewa). Dengan memiliki keunggulan tersebut, mereka akan membawa bangsanya menjadi bangsa yang besar, kuat, dan terdepan.

Namun, jika melihat kondisi generasi muda saat ini bagai jauh panggang dari api. Bagaimana tidak, banyak ditemukan perilakunya yang membuat kita mengelus dada. Salah satu contoh yang membuat miris yakni kerap terjadinya tawuran.

Sebagaimana diwartakan dalam Kompas.com (22/11/2021), Senin dini hari, terjadi tawuran antara kelompok yang berasal dari Kebon Pala dan Kampung Pulo di Jalan Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur. Dua kelompok tersebut saling membawa senjata tajam. Beruntungnya saat kejadian akan berlangsung, petugas kepolisian melintas di tempat tersebut. Akhirnya aksi mereka pun bisa dihentikan dan dibubarkan.

Beberapa hari sebelumnya pun pecah tawuran di daerah Kampung Rawa Badung, RT 11 RW 07 Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Aksi tersebut melukai dua pemuda. Nahasnya satu di antaranya tewas. Demi menghindari aksi susulan, jembatan merah di kawasan PIK, Cakung, Jakarta Timur pun ditutup sementara pada malam hari (Kompas.com, 22/11/2021).

Mengerikan! Tidak bisa dibayangkan, bagaimana kelak nasib negeri ini jika calon penerusnya senang melakukan tawuran? Sebenarnya apa yang menyebabkan kenakalan remaja (tawuran) ini kian menggila? Serta bagaimana cara Islam mewujudkan generasi yang berkualitas?

Indonesia Darurat Tawuran

Aksi tawuran seolah sudah membudaya dan menjadi warisan turun-temurun. Setiap tahunnya terus saja meningkat. Bahkan, di saat pandemi dan ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat pun ternyata tidak mampu menghentikan aksi tersebut. Menurut Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota AKBP Hery Purnomo, di masa pandemi ini kasus tawuran pelajar tetap saja meningkat (Jpnn.com, 30/9/2020).

Miris. Aksi brutal ini seakan tak bisa dibendung. Terjadi di berbagai daerah seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang, Sukabumi, Semarang, dan kota-kota lainnya. Begitu pun dengan pelakunya, sangat beragam. Mulai dari usia pelajar, mahasiswa hingga masyarakat umum, yang notabene masih tergolong muda. Akan dibawa ke mana negeri ini jika generasi penerusnya lebih banyak terlibat kasus kriminal seperti itu?

Herannya, aksi yang meresahkan masyarakat ini biasanya dipicu oleh masalah yang sepele seperti tidak terima saat ditegur, beradu argumen di media sosial, atau hanya sekadar unjuk kekuatan. Akan tetapi hal tersebut malah dibesar-besarkan. Akhirnya berkobarlah perkelahian yang sengit, bahkan hingga menewaskan korban.

Padahal, mereka tergolong usia produktif. Masa untuk berkarya dan menggali potensi yang dimiliki. Sangat disayangkan jika dihabiskan dengan perkara yang tidak bermanfaat. Selain itu, pemuda juga memiliki peran yang strategis dan sangat dinantikan kontribusinya untuk membangun negeri. Jika kita tengok kembali sejarah, peran pemuda begitu besar dalam melawan penjajah dan berupaya keras untuk melepaskan cengkeramannya.

Ketika kondisi ini terus dibiarkan tanpa ada usaha perbaikan yang serius untuk menangani dan menghentikannya, maka tinggal menunggu waktu terjadinya kerusakan di negeri ini karena dipimpin oleh generasi yang minim pemahaman dan moral, serta emosional.

Sistem Pendidikan Kapitalisme Lahirkan Generasi Labil

Ketika ditelusuri, banyak faktor yang menyebabkan kasus tawuran ini terus meningkat. Salah satu yang ikut berperan dalam menyuburkannya adalah sistem pendidikan yang diterima oleh generasi saat ini. Mengapa demikian?

Tidak bisa dinafikan, lahirnya generasi-generasi yang labil, mudah terpancing emosi, serta terlibat berbagai bentuk kenakalan remaja itu karena dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini, yakni sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme. Dalam sistem ini, pendidikan bukanlah menjadi perkara utama bagi seluruh masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara, melainkan sebagai komoditas ekonomi yang disodorkan ke pasar untuk diperjualbelikan. Sehingga, hanya pihak-pihak tertentu sajalah yang mampu mengaksesnya.

Di samping itu, dengan dilemparkannya pendidikan ke pasar berarti peran negara tereduksi oleh peran swasta, termasuk swasta asing di dalamnya. Jika sudah dikuasai asing, maka keberlangsungan pendidikan akan disetir sesuai kepentingannya. Lebih mengutamakan keuntungan materi dan kualitas SDM yang dihasilkan pun disesuaikan dengan permintaan pasar (kebutuhan industri).

Adapun pendidikan berlandaskan pada sekularisme bermakna kurikulum pendidikan yang dibentuk akan minim dengan nilai-nilai agama. Seperti halnya yang pernah terjadi beberapa tahun ke belakang terkait diberlakukannya deradikalisasi agama di kalangan pelajar. Berbagai instansi pemerintahan turun tangan untuk mengampanyekan tentang ancaman radikalisme. Akhirnya para orang tua pun melarang anak-anaknya untuk aktif dalam kegiatan rohis atau mengikuti kajian-kajian Islam. Pelajaran agama di sekolah pun hanya formalitas semata tanpa ada dorongan untuk mengamalkannya.

Jika kehidupan mereka tidak dibekali dengan pemahaman agama yang benar, minim dari nilai ketakwaan, keimanan, dan ketaatan kepada Allah Swt., maka perilaku negatiflah yang akan menghiasi hidupnya dan sulit mewujudkan generasi cemerlang berkualitas.

Sistem Pendidikan Islam Melahirkan Generasi Cemerlang

Ketika mendambakan generasi cemerlang berkualitas, tentu tak akan mampu dilahirkan dari sistem pendidikan yang rusak. Generasi tersebut hanya bisa dihasilkan dari sistem pendidikan yang sahih dan sempurna, yang berasal dari Sang Pencipta.

Sebelum mengetahui sistem pendidikan dalam Islam seperti apa, patut kita ketahui bahwa Islam memandang pendidikan sebagai salah satu kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara. Sehingga, baik laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas hingga perguruan tinggi tanpa dipungut biaya. Negara wajib mengalokasikan dana untuk membiayai pemenuhan kebutuhan ini. Kelak ketika kebutuhan pendidikan terpenuhi dengan baik, maka akan menghasilkan SDM yang berkualitas. Tentu akan berdampak positif pula bagi negerinya.

Perlu diingat dan dipahami, terkait pembiayaan negara yang gratis ini harus berasal dari dana mandiri, bukan bantuan dari dana asing. Hal ini agar negara bebas menentukan kualitas SDM tanpa merasa khawatir ada ‘pesanan’ dari pihak asing.

Adapun kualitas SDM yang dihasilkan dari proses pendidikannya adalah generasi khairu ummah, yang kelak mampu memimpin bangsanya menjadi bangsa yang kuat, besar, dan terdepan. Mereka memiliki kepribadian yang khas, yakni kepribadian Islam yang menyatukan antara pola pikir dan pola sikap berdasarkan akidah Islam.

Dalam mewujudkan generasi khairu ummah, tentu diperlukan kurikulum yang berkualitas. Kurikulum ini disusun berdasarkan ideologi Islam, di antaranya:

Pertama, bahasa yang digunakan adalah bahasa Al-Qur’an, yang mampu membangkitkan pemikiran dan menyentil perasaan. Sehingga diharapkan kelak mereka mampu melakukan amar makruf nahi mungkar.

Kedua, tsaqafah Islam yang digali dari Al-Qur’an dan As-sunah sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia, baik dalam lingkup individu ataupun masyarakat. Dengan begitu, permasalahan bisa diselesaikan dan menghantarkan manusia pada kehidupan yang sejahtera, mulia, dan bahagia.

Ketiga, sains dan teknologi yang memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia dalam kehidupan. Dengan demikian, ketiga unsur inilah yang menjadi pokok kurikulum dalam sistem pendidikan Islam. Kurikulum tersebut mampu membentuk anak didiknya menjadi generasi cemerlang yang memiliki kepribadian dan kemampuan sebagai pemimpin. Sebagai contoh sosok yang terlahir dari didikan sistem yang bermutu tinggi ini yakni Abu Bakar As-Sidiq ra., Khalid bin Walid ra., Shalahuddin Al-Ayyubi, Imam Abu Hanifah, Al-Khawarizmi, dan ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya.

Sosok-sosok istimewa yang akan mengharumkan nama negara dan membawa negaranya menjadi negara yang kuat dan terdepan seperti di atas hanya akan terwujud ketika negerinya menerapkan sistem Islam secara sempurna, yakni Khilafah. Masihkah berharap pada sistem pendidikan kapitalisme-sekularisme yang sudah jelas rusak dan gagal mencetak generasi cemerlang?

Wallahu a’lam bi ash-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Neneng Sri Wahyuningsih Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menikah Tanpa Harus Kafa’ah
Next
Mendamba Pelayanan Kesehatan Terbaik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram