"Sungguh, dalam naungan kapitalisme hari ini, aneka kemaksiatan merajalela tak terbendung. Semuanya saling berkelindan. Membentuk mata rantai yang sulit diurai jika sistem ini masih saja dipertahankan."
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
NarasiPost.Com-Perih. Rentetan kasus kekerasan terhadap perempuan tak hentinya terjadi. Belum reda kasus NW seorang mahasiswi Universitas Brawijaya yang bunuh diri akibat depresi usai diperkosa dan dipaksa aborsi oleh kekasihnya sendiri, kini kasus seorang ibu muda di Riau yang diperkosa oleh 4 orang teman suaminya sendiri mencuat di media.
Sebagaimana diberitakan oleh liputan6.com (06/12/2021), korban diperkosa secara bergiliran oleh empat orang di saat suaminya sedang bekerja. Korban mengaku diancam dengan senjata tajam jika tidak menuruti keinginan pelaku.
Adapun pemerkosaan sudah terjadi sebanyak 7 kali dari keseluruhan pelaku, terhitung sejak Agustus hingga Oktober 2021. Mirisnya, korban hanya bisa pasrah karena dirinya dan anak-anaknya diancam akan dibunuh. Parahnya lagi, anak bungsu korban yang baru berusia 2 bulan meninggal dunia akibat dibanting oleh pelaku saat akan memperkosa korban. (Merdeka.com/07-12-2021)
Perempuan Terjerat Sistem Sesat
Wajar jika hari ini kaum perempuan kerap menjadi objek penindasan, kekerasan, hingga pelecehan, sebab sistem kehidupan hari ini memang menyuburkan lahirnya berbagai kerusakan.
Kapitalisme sekuler sebagai saudara kandung liberalisme alias paham kebebasan menjadikan manusia terjauhkan dari ajaran agamanya. Benak mereka disusupi ide-ide liberal ala Barat, sementara jiwa mereka kering kerontang dari pemahaman agama. Jadilah mereka mudah terhanyut dalam tawaran dunia yang menggoda iman.
Sejatinya, kapitalisme juga menjadi biang keladi atas merajalelanya pornografi dan pornoaksi di negeri mayoritas muslim ini. Betapa tidak, dalam prinsip kapitalisme, apa pun bisa menjadi komoditas penghasil materi, tak peduli halal haramnya.
Sebagaimana dilansir di web kominfo.go.id bahwa konten pornografi masih merajai internet di Indonesia. Berdasarkan temuan Mesin Pengais Konten Negatif, terlacak adanya 898.108 konten pornografi. Hal tersebut merupakan angka tertinggi daripada konten negatif lainnya.
Sungguh miris! Padahal maraknya pornografi jelas akan memicu munculnya syahwat liar. Ditambah sistem pendidikan hari ini tak mampu menciptakan generasi bersyahsiyah Islamiah (berkepribadian Islam) , melainkan hanya berfokus meningkatkan kecerdasan akademik semata. Alhasil, generasi hasil pendidikan sekuler hari ini tak memiliki ketahanan iman yang kuat tatkala dihadapkan pada godaan dunia. Mereka tak memiliki prinsip beragama yang ajeg.
Tak hanya itu, output pendidikan dalam sistem kapitalisme juga diarahkan untuk menjadi aktor-aktor ekonomi, termasuk kaum perempuan. Akhirnya, para perempuan hampir menyamai kiprah kaum lelaki. Sibuk bergelut di ranah publik, tenggelam dalam dunia kerja. Jika sudah begitu, bukankah tidak mungkin kekerasan seksual atas mereka lebih terbuka lebar?
Sungguh, dalam naungan kapitalisme hari ini, aneka kemaksiatan merajalela tak terbendung. Semuanya saling berkelindan. Membentuk mata rantai yang sulit diurai jika sistem ini masih saja dipertahankan.
Empaskan Sistem Kufur, Hadirkan Islam sebagai Pelipur
Sungguh sistem kapitalisme liberal tak layak dipertahankan lagi, sebab hadirnya hanya menambah deret panjang penderitaan kaum perempuan. Sangat berbeda dengan Islam. Perempuan memiliki kedudukan yang mulia dan terhormat. Sebab dalam kacamata Islam, perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga.
Di ranah domestik, Islam melindungi perempuan dengan seperangkat syariatnya. Di antaranya, Allah memerintahkan kepada para suami untuk bersikap makruf kepada istrinya, suami wajib menafkahi istrinya dan memberikan pakaian serta tempat tinggal yang layak kepada istrinya. Islam juga melarang para perempuan untuk memasukkan lelaki ajnabi (asing; nonmahrom) ke dalam rumahnya di saat suaminya tidak ada. Inilah bentuk penjagaan Islam terhadap kemuliaan seorang perempuan.
Sementara itu, di ranah publik Islam mewajibkan kaum perempuan untuk menutup auratnya secara sempurna, yakni dengan jilbab (gamis) dan khimar (kerudung). Kemudian Islam melarang para perempuan safar (bepergian) dengan perjalanan lebih dari 24 jam tanpa mahrom atau suaminya. Islam juga melarang perempuan bertabaruj (menonjolkan kecantikannya), berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis, dan berikhtilat (bercampur baur) dengan lawan jenis.
Tak hanya itu, Islam memerintahkan bagi kaum laki-laki untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang tidak boleh dilihatnya (aurat), atau yang bukan aurat (misalnya, wajah dan kedua telapak tangan) namun disertai syahwat.
Demikianlah pengaturan Islam yang sangat rinci dan sempurna. Maka, jika semua itu diterapkan secara praktis oleh negara, tentu saja kekerasan seksual terhadap perempuan akan hilang tanpa jejak. Jadi, tunggu apa lagi? Kita butuh sistem Islam sebab kita butuh kehidupan yang kondusif, aman, nyaman, sejahtera, dan diberkahi. Wallahu'alam bisshawab[]