Singa Lapar Bernama Perempuan, Tidakkah Melawan Kodrat Tuhan?

Sekarang dunia terbalik lagi. Memang secara terang-terangan perempuan tak lagi dikuburkan hidup-hidup, tetapi ditargetkan menjadi pelopor pergerakan di tengah-tengah kaum lelaki. Perempuan dieksploitasi, mulai dari kecantikan, kecerdasan, bahkan keperawanannya menjadi hal yang tak mustahil untuk diperjualbelikan.

Oleh. Irsad Syamsul Ainun

NarasiPost.Com-Di mata kapitalisme, baik laki-laki maupun perempuan memiliki persamaan kedudukan pada seluruh elemen kehidupan. Tak pandang bulu, tidak ada perbedaan termasuk dalam hal menjadi manusia berkarier.

Jika satu lelaki mampu duduk dalam kursi pemerintahan dan memimpin perang, tidak mustahil bagi perempuan. Ia pun bisa melakukan hal yang sama, bahkan lebih. Dan selama ini memang terbukti, kelahiran semboyan feminisme benar-benar telah mengubah nasib dan kodrat perempuan sebagai makhluk bertulang lunak. Pengaruh kesetaraan gender mengantarkan perempuan untuk segera menjemput kekuasaan di luar rumah, meski itu bertentangan dengan kodratnya sebagai ibu, anak gadis, dan bidadari dunia.

Kehadiran kesetaraan gender, telah mendobrak pertahanan pintu-pintu rumah kaum adam yang dengan sukarela melepaskan tulang rusuknya yang mudah patah dan bengkok ini.

Ia ibarat kaca yang berdebu, jangan terlalu keras membersihkannya…
Nanti ia mudah retak dan pecah
Ia ibarat kaca yang berdebu, jangan terlalu lembut membersihkannya…
Nanti ia mudah keruh dan ternoda
Ia ibarat kaca yang berdebu, jangan terlalu lembut membersihkannya…
Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran
(Nasyid, Kaca yang Berdebu)

Dari bait-baitnya betapa perempuan adalah sosok yang harus dijaga, dilindungi, dinasihati, diperlakukan dengan lembut. Tapi tidak pula dengan keras dan terlalu lembut. Ada kekhwatiran di sana. Takut salah dalam memperlakukan perempuan adalah awal yang akan berefek pada generasi berikutnya.

Duhai, betapa perempuan begitu mulianya. Betapa tidak jauh sebelum Islam hadir perempuan ibarat barang tak bernilai. Ia lebih rendah dibanding harga binatang ternak, dijadikan pemuas nafsu oleh banyak hidung belang. Menjadi sosok yang hadirnya dapat memerahpadamkan wajah ayah sebagai cinta pertamanya. Namun, juga menyayat hati ibundanya. Allah Swt berfirman:

وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِالْاُنْثٰى ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌۚ

"Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah." (QS. An-Nahl[16]:58)

Miris sangat miris. Tak ada pertolongan di sana. Mereka yang dilahirkan dengan jenis kelamin perempuan tak segan dikubur hidup-hidup. Dan ini benar-benar menjadi petaka.

Sekarang dunia terbalik lagi. Memang secara terang-terangan perempuan tak lagi dikuburkan hidup-hidup, tetapi ditargetkan menjadi pelopor pergerakan di tengah-tengah kaum lelaki. Perempuan dieksploitasi, mulai dari kecantikan, kecerdasan, bahkan keperawanannya menjadi hal yang tak mustahil untuk diperjualbelikan.

Makin masifnya pergerakan yang mendorong perempuan untuk setara dengan kaum adam justru telah mengubah kondisi perempuan. Setidaknya dari setiap pergerakan ini yang katanya untuk menyetarakan, faktanya justru sebaliknya. Kasus kekerasan meningkat, perceraian, pembunuhan, aborsi, dan masih banyak lagi. Tak dapat dimungkiri setiap tahun kasus-kasus tersebut menjadi warna yang dominan tampil di layar kehidupan kita.

Demikian sempurnanya pergerakan ini. Tak ada yang bisa menghentikan. Bahkan sejak usia dini perempuan telah digenjot untuk memiliki karier, dengan tujuan ketika dewasa mereka tidak harus berlindung di bawah payung kaum adam. Itu wacananya, faktanya lagi dan lagi semua itu bukannya menyejahterakan perempuan. Justru sebaliknya, perempuan makin kehilangan fitrahnya sebagai pengatur rumah tangga, pendidik bagi anak-anak dan yang paling menyesakkan adalah mereka tak segan melawan kodrat dari Tuhan.

Allah Swt berfirman:

۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَاۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah[2]:233)

Perlu digarisbawahi bahwa perempuan memiliki tugas untuk menyusui/menyapih anak-anak mereka dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Bukan hanya itu, perempuan juga menjadi benteng pertama dan utama dalam hal meletakan pondasi pembentukan akhlak dan akidah bagi anaknya. Tetapi kondisi yang demikian tak lagi terpancar dari kaum perempuan. Bahkan 9 dari 10 perempuan memilih bekerja di luar rumah daripada harus menunggu para suami yang memang telah ditugaskan untuk mencari nafkah sebagai jalan pemenuhan kebutuhannya.

Langkah-langkah ini semakin mengerucut dengan dukungan para cukong berdasi ala Barat. Mereka hadir dengan konsep-konsep yang terlihat halus, tetapi menghanyutkan. Perempuan didorong untuk meninggalkan tugas keibuannya dan berganti posisi menjadi pencetak rupiah yang menggiurkan.

Anak-anak difasilitasi oleh gadget dengan alasan agar tak mengganggu posisi ibu yang sedang bekerja m. Padahal tugas kenegaraan seorang ibu yang lebih mulia ialah menjadi Ummu warobatul bait. Dari sinilah posisi kemuliaan itu dapat diraih dengan tak mengingkari nikmat Allah yang Allah sendiri telah menjanjikannya dengan ganjaran surga.

Apakah mungkin posisi perempuan bisa dikembalikan? Tentu hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah, tak semudah membalikkan telapak tangan. Dan semua itu hanya bisa terwujud apabila penerapan hukum syariat dibumikan lagi. Sebab beralihnya fungsi perempuan, bukan hanya kesalahan individual semata.

Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan negara. Kegagalan negara dalam mengayomi dan melindungi hak serta martabat perempuan dapat disaksikan dengan maraknya kasus pelecehan terhadap kaum perempuan. Sehingga negara tak boleh terus-menerus bertahan dalam kondisi ini. Negara tidak boleh membiarkan para pemangkunya setia dengan penerapan sistem hari ini yang telah menghancurkan tiang-tiang peradaban melalui turut sertanya perempuan dalam berbagai sepak terjang yang harusnya diemban oleh kaum adam.

Maka sejatinya, mengembalikan penerapan syariah menjadi jalan hakiki yang akan menyejahterakan perempuan. Dan ini tidak bisa diragukan sedikit pun. Tengoklah sejarah, betapa urgensi kemulian perempuan telah melahirkan generasi perubahan. Bisa baca kisah ibunda Imam Syafi'i, Muhammad Al Fatih dan lain-lain. Demikianlah, mulianya perempuan menjadi bukti bahwa kelak mereka bisa mewariskan generasi cemerlang, bukan gemerlap. Sambutlah pergerakan yang akan mengembalikan kaum perempuan pada posisi yang seharusnya. Jangan ditunda apalagi mendua. Allahu Akbar!

Wallahu'alam bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Irsad Syamsul Ainun Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Mengadang Banjir bersama sang Pencipta
Next
Gempuran Arus Kebebasan Menerjang, Remaja Tangguh Yuk Ikut Berjuang!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram