"Dengan bersatunya umat Islam dalam reuni 212 tersebut semoga senantiasa terus terjaga. Umat Islam bersatu bukan karena ikatan golongan atau kelompok tertentu. Bukan pula karena ikatan kebangsaan ataupun nasionalisme. Sebab ikatan tersebut dilarang dalam Islam."
Oleh. Atien
NarasiPost.Com-Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh . Peribahasa tersebut sepertinya pas untuk menggambarkan kekompakan peserta reuni 212. Para peserta tetap semangat meskipun menghadapi berbagai rintangan.
Rintangan tersebut bisa dilihat dari gagalnya penyelenggaran reuni 212 yang seharusnya bertempat di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Kegagalan itu diakibatkan karena massa reuni 212 diadang oleh pihak kepolisian. Berbagai ruas jalan menuju area Monas ditutup. Massa akhirnya membubarkan diri, padahal beberapa kelompok massa sudah berdatangan sejak subuh. (2/11/2021, CNNIndonesia)
Apa yang menimpa peserta reuni 212 menjadi pelajaran bagi kita semua. Semangat pantang menyerah terlihat nyata. Massa reuni yang berasal dari seluruh penjuru negeri berkumpul dan bersatu atas nama Islam. Ghirah reuni 212 yang muncul pertama kali pada 2016 masih membara. Pangkal reuni 212 yang bermula dari kasus Ahok ternyata melahirkan aksi-aksi lanjutan untuk membela dan menjaga Islam. Aksi-aksi yang digelar pasti atas nama Islam. Massa bergerak untuk membela Islam, Al-Qur'an, ulama maupun simbol-simbol Islam.
Dengan adanya reuni 212 tersebut diharapkan persatuan umat semakin kuat. Kuat dalam menghadapi berbagai upaya dari musuh-musuh Islam, menjaga dan melindungi Islam.
Bukan rahasia lagi bahwa Islam terus- menerus dipojokkan, dianggap berbahaya dan biang dari aksi-aksi terorisme.
Akibat Pemikiran Kufur
Islam juga dikerdilkan di seluruh aspek kehidupan. Islam harus sesuai dengan perkembangan zaman, fleksibel dan mau menerima keberagaman. Aturan Islam pun tak luput dari sasaran. Aturan Islam yang sudah jelas hukumnya masih saja dibahas, dicari celahnya agar bisa diambil keuntungannya.
Begitu juga dengan orang-orang yang menyampaikan ajaran Islam. Semuanya tidak luput dari sasaran musuh-musuh Islam.
Musuh-musuh Islam berupaya agar Islam dan aturannya dibenci oleh orang Islam sendiri. Begitu juga dengan orang-orang yang menyampaikan ajaran Islam dan berusaha untuk menerapkannya. Orang-orang tersebut langsung dituduh terpapar radikalisme, ekstrimisme serta tuduhan buruk lainnya. Dengan tuduhan tersebut, Islam menjadi semakin buruk di mata kaum muslim.
Islam yang telanjur distigma negatif dan dianggap meyebarkan bibit-bibit terorisme semakin dijauhi kaum muslim. Apalagi ketika Islam yang lurus dikatakan radikal, garis keras dan fundamentalis dibenturkan dengan Islam moderat yang katanya cinta damai, memiliki rasa toleransi yang baik, menghormati keberagamaan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hal tersebut membuat pemikiran umat muslim semakin rusak.
Pemikiran rusak inilah yang membuat umat Islam sulit untuk bersatu. Umat telanjur disusupi oleh ide-ide kufur yang mengedepankan rasa bangga karena ikatan nasionalisme, cinta tanah air dam cenderung membela kelompok atau golongannya.
Namun, pemikiran- pemikiran tersebut pelan- pelan menghilang saat muncul peristiwa penistaan agama di tahun 2016. Peristiwa yang membuka pemikiran umat bahwa ada yang lebih penting dari sekadar berdebat tentang masalah- masalah perbedaan yang bukan sesuatu yang mendasar.
Peristiwa penistaan agama tersebut akhirnya melahirkan aksi 212 pada 2 Desember 2016. Jutaan umat Islam bersatu untuk sebuah tujuan yang mulia. Bersatu untuk membela Al-Qur'an yang dinistakan dan dilecehkan. Kaum muslim datang berbondong-bondong dari seluruh penjuru negeri. Segala perbedaan mereka lupakan, tidak lagi memandang kelompok atau golongan. Umat menjadi satu kesatuan yang solid dan merapatkan barisan untuk membela agamanya.
Ikatan yang Sahih
Dengan bersatunya umat Islam dalam reuni 212 tersebut semoga senantiasa terus terjaga. Umat Islam bersatu bukan karena ikatan golongan atau kelompok tertentu. Bukan pula karena ikatan kebangsaan ataupun nasionalisme. Sebab ikatan tersebut dilarang dalam Islam. Rasul saw bersabda yang artinya: "Bukanlah dari golonganku orang yang menyerukan 'ashabiyah, bukanlah golonganku orang yang berperang karena 'ashabiyah dan bukan golonganku orang yang mati di atas dasar 'ashabiyah." (HR. Abu Dawud)
Dengan mengacu kepada hadis di atas, kokohnya persatuan umat Islam hanya dengan ikatan yang benar. Ikatan tersebut adalah akidah Islam. Mengapa harus akidah Islam? Karena akidah Islam tersebut datang dari Allah Swt, Sang Pencipta manusia. Akidah Islam menjadi ikatan yang paling kuat dan benar dengan berlandaskan keimanam dan ketakwaan. Ikatan akidah Islam tidak memandang suku, golongan ataupun warna kulit. Semua sama di hadapan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya: "Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Mahateliti." (TQS. Al-Hujurat: 13).
Bersatunya umat muslim jangan hanya saat Islam diserang, dilecehkan dan dinistakan. Semoga umat Islam juga bersatu dalam memperjuangkan penerapan Islam secara menyeluruh (kaffah). Perintah untuk berislam secara menyeluruh terdapat dalam firman Allah yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu." (TQS. Al-Baqarah: 208)
Ayat di atas harus selalu menjadi penyemangat dalam tiap langkah kehidupan. Ayat tersebut juga menjadi pengingat untuk senatiasa mengambil Islam sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh. Islam yang akan membawa umat kepada jalan keselamatan manusia baik di dunia maupun akhirat.
Wallaahu a'lam.[]