"Kurikulum yang terus berganti terkesan seperti pesanan pihak lain yang ikut andil dalam penyusunan kurikulum, menuntut pemerintah untuk segera mengimplementasikannya. Hal ini membuat pihak sekolah dan para akademisi kewalahan mengeksekusinya dalam proses pembelajaran."
Oleh. Novriyani, M.Pd.
(Praktisi Pendidikan)
NarasiPost.Com-Istilah kurikulum sudah tidak asing lagi bagi para akademisi. Kurikulum sendiri digunakan sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam sejarahnya, transformasi kurikulum pendidikan di Indonesia sendiri mengalami perkembangan dan perubahan, mulai dari kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013. Bahkan wacananya akan ada perubahan kurikulum baru lagi pada tahun mendatang. Apakah kurikulum baru ini akan memberikan perubahan?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim wacananya akan mengeluarkan kurikulum anyar yang lebih fleksibel pada 2022. Pasalnya, kurikulum tersebut difokuskan pada materi yang bersifat esensial dan tidak padat materi. Di sisi lain, Nadiem menyampaikan untuk memberi kebebasan bagi sekolah-sekolah dalam melakukan perubahan kurikulum di tempat mereka. Dia memastikan, setiap sekolah mempunyai kemerdekaan dalam menentukan keputusan mereka sendiri, karena melihat saat ini masih dalam pemulihan akibat learning loss (Republika, 2/12/2021)
Selain itu, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI mengungkapkan, wewenang penerapan kurikulum terbaru ini diberikan kepada masing-masing sekolah. Masing-masing sekolah dapat memilih kurikulum yang dapat digunakan di tempat mereka (detikedu, 2/12/2021)
Pasalnya, sekolah penggerak menjadi tempat untuk menguji coba kurikulum tersebut. Berdasarkan uji coba, kurikulum tersebut sangat bermanfaat bagi sekolah-sekolah yang capaiannya paling tertinggal. Dengan begitu mereka dapat mengejar ketertinggalan karena perampingan dan penyederhanaannya sangat besar.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu tidak lain adalah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan yang diharapkan, namun sejatinya masih banyak permasalahan yang muncul dalam implementasinya. Sehingga, berdampak pada pembelajaran dan output pendidikan.
Kurikulum yang terus berganti membuat pihak sekolah dan para akademisi kewalahan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Belum saja usai memahami jalannya kurikulum sebelumnya, pihak sekolah sudah disuguhkan kurikulum baru untuk diimplementasikan segera. Meskipun adanya pelatihan dan diklat terkait pembahasan kurikulum, tidak menjamin sekolah dan para akademisi memahami susunan kurikulum tersebut.
Kurikulum yang terus berganti terkesan seperti pesanan pihak lain. Adanya pihak lain yang ikut andil dalam penyusunan kurikulum, menuntut pemerintah untuk segera mengimplementasikannya. Pihak lain tersebut tidak lain adalah para penguasa yang menunggangi penyusunan kurikulum tersebut. Seperti wacana pemerintah yang akan merencanakan perubahan kurikulum baru yang fleksibel, di mana setiap sekolah bebas memilih kurikulum yang akan digunakan. Tidak ada paksaan untuk melakukan perubahan kurikulum. Bukankah dengan memberikan kebebasan dalam menggunakan kurikulum justru akan semakin membingungkan sekolah untuk menghasilkan output pendidikan yang seperti apa? Karena jika dilihat masih banyak pihak sekolah yang bingung dalam mengimplementasikan kurikulum sebelumnya.
Menyikapi hal ini, pemerintah terkesan lepas tangan dalam menyiapkan output atau kualitas generasi di masa yang akan datang. Tidak adanya ketegasan pemerintah dalam menentukan kurikulum yang seragam dalam memberikan arah pendidikan. Dengan kata lain, pemerintah justru menunjukkan kelemahannya dalam menentukan suatu kebijakan dalam ruang lingkup pendidikan. Lalu, jika penerapan kurikulum fleksibel ini diaplikasikan, bagaimana nasib generasi yang akan datang? Bukankah mereka akan semakin bebas dengan kurikulum yang bebas tersebut?
Keberhasilan dalam suatu pendidikan dapat dilihat bagaimana implementasi dari kurikulum dan metode yang digunakan. Jika kurikulum dan metode yang digunakan tidak sesuai, maka dapat dipastikan generasi yang dihasilkan pun tidak sesuai seperti yang diharapkan. Pada dasarnya, tujuan pendidikan tidak hanya sekadar mencetak generasi yang unggul dan mampu bersaing di dunia kerja. Namun, lebih kepada membentuk kepribadian mereka untuk lebih taat kepada sang pencipta dan menjadikan ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu, kurikulum dan metode pendidikan seperti apa yang mampu mencetak generasi yang taat kepada sang penciptanya dan membentuk kepribadian yang islami? Selama berabad-abad, sistem Islam mampu melahirkan generasi yang faqih fiddin dan berkepribadian Islam. Islam sebagai sebuah agama tidak hanya sekadar mengatur aspek ibadah saja, akan tetapi memperhatikan aspek pendidikan juga. Setiap laki-laki maupun perempuan wajib untuk menuntut ilmu, terlebih dalam menuntut ilmu agama.
Allah Swt. berfirman
"Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (TQS. Al-Mujadalah: 11)
Islam sangat memperhatikan bagaimana konsep kurikulum dan metode yang digunakan untuk tercapainya suatu pendidikan. Kurikulum pendidikan yang digunakan wajib berlandaskan pada akidah Islam. Mata pelajaran serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan sedikit pun dalam pendidikan.
Dalam Islam, kurikulum pendidikan hanya satu. Tidak diperbolehkan untuk menggunakan kurikulum selain kurikulum yang berlandaskan pada akidah Islam. Dalam hal ini, semua sekolah seragam menggunakan kurikulum sama yang berlandaskan pada akidah Islam. Tidak ada larangan jika ingin mendirikan sekolah swasta selama kurikulum yang digunakan tetap berlandaskan pada akidah Islam. Selain itu, waktu pelajaran untuk ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab yang diberikan setiap minggu harus disesuaikan dengan waktu pelajaran untuk ilmu-ilmu lain, baik dari segi jumlah maupun waktu.
Dengan demikian, tujuan pendidikan akan tercapai dengan kurikulum dan metode pendidikan yang berlandaskan pada akidah Islam, yaitu mampu membentuk kepribadian Islam yang taat serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Sehingga, akan lahir generasi peradaban cemerlang yang mampu memberikan pengaruh di tengah-tengah umat dan demi terwujudnya kejayaan Islam.
Wallahu'alam[]