"Mereka tahu bahwa kebangkitan umat di negeri ini akan terjadi andai masyarakat kembali berpegang teguh pada agama-Nya. Maka, mereka mencoba membuat makar dengan melakukan 'test water'dengan mewacanakan pembubaran MUI.
Oleh. Athiefa Dienillah
(Pemerhati Masalah Sosial)
NarasiPost.Com-Membaca berita di REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA (22/11/2021) tentang Penangkapan beberapa ulama sekaligus adanya isu publik terkait pembubaran Majelis Ulama Indonesia (MUI), sepertinya menjadi isu sensitif dalam kehidupan beragama dan bernegara.
Anggota DPR RI Fraksi PKS, Syahrul Aidi Maazat, dalam sebuah pesan singkat diberita tersebut menyatakan, "Penangkapan beberapa ulama akhir-akhir ini merisaukan kita. ditambah ada narasi yang berkembang agar MUI dibubarkan. Kita tidak tahu ending bagaimana yang diharapkan oleh oknum yang mengembuskannya. Menurut kita ini berlebihan,"
Kesalahan Tanpa Bukti, Bolehkah?
Menurut berita Jawapos, (20/11/2021), mengenai ditangkapnya tiga ulama aktif di MUI, alasan penangkapan sebagaimana yang dikatakan Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol. Ahmad Ramadhan, adalah karena dugaan terlibat kelompok Jamaah Islamiyah (JI).
Akhirnya tuduhan sebagai bagian dari teroris JI membuat Densus 88 merasa berhak untuk melakukan proses penangkapan yang tanpa melalui prosedur hukum, rasanya tampak terkesan over acting untuk masyarakat, khususnya saya yang membaca berita ini.
Sudah terlalu banyak, kasus 'kriminalisasi ulama' terjadi dan dilakukan oleh pemerintah, sehingga yang tampak adalah kezaliman penguasa yang justru dirasa 'meneror' perasaan rakyat.
Ketua Koalisi Persaudaraan dan Advokasi Umat (KPAU), Ahmad Khozinudin, berpendapat bahwa Densus 88 bukan hanya melanggar prosedur penangkapan, tetapi juga menimbulkan teror, ancaman, dan ketakutan di tengah masyarakat. (Muslimahnews.com, 30/11/2021)
Apa Sebenarnya yang Diinginkan oleh Penguasa Hari Ini?
Para ulama ini tidak melakukan tindak pidana kekerasan sebagaimana 'KKB' di Papua, mereka pun tidak melakukan tindakan korupsi yang merugikan negara. Mereka hanyalah ulama-ulama yang hanif dan lurus dalam menyampaikan kebenaran dari Allah Swt.
Lalu apakah karena hal tersebut mereka ditangkap? Maka jika demikian, sungguh pemerintah saat ini sedang menantang Allah Swt.
“Orang-orang yang menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah dan ingin membelokannya. Mereka itulah yang mengingkari kehidupan akhirat.”
[Surat Al-A'raf 45]
Apalagi mereka membuat-buat tuduhan tanpa bukti, seolah mereka hendak menipu kaum muslimin dengan tuduhan 'teroris' yang diada-adakan.
Saat ini rakyat sudah cerdas. Setiap kali ada tuduhan tentang teroris, maka tuduhan tersebut selalu tanpa bukti. JI bisa jadi hanyalah alasan yang diada-adakan, gencar diopinikan ke tengah masyarakat. Padahal semuanya kadang dibuat untuk menutupi kegagalan mengelola negara atau bahkan mereka berusaha mengikuti perintah 'tuan' yang menghidupi mereka?
(فَذَرۡهُمۡ یَخُوضُوا۟ وَیَلۡعَبُوا۟ حَتَّىٰ یُلَـٰقُوا۟ یَوۡمَهُمُ ٱلَّذِی یُوعَدُونَ)
"Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka. "
[Surat Al-Ma'arij:42]
Target Lain Dibalik Penangkapan Ulama
Sudah bukan merupakan rahasia, jika isu 'terorisme' merupakan propaganda yang dicanangkan Barat untuk menciptakan ketakutan (islamfobia) di seluruh dunia.
Wacana pembubaran MUI setelah ditangkapnya Zain an Najah yang merupakan salah satu pengurus MUI menurut detiknews.com (20/11/2021) muncul saat ada tagar 'Bubarkan MUI' usai Densus 88 menangkap salah seorang pengurusnya, terkait isu terorisme.
Saya pikir, hal tersebut bukan sesuatu yang kebetulan. Ada pihak tertentu yang sedang melakukan test water untuk mendeteksi reaksi kaum muslimin dalam persoalan ini.
Pemberitaan bahwa MUI menggelar ijtima ulama, dimana di dalamnya dibahas tentang makna khilafah dan penodaan agama, mengguncang orang-orang yang menyimpan kebencian dalam hatinya terhadap Islam. Terlebih hasil ijtima ulama ini telah merekomendasikan agar masyarakat dan pemerintah tidak memberi stigma negatif terhadap makna jihad dan Khilafah. (Republika.co.id, 11/11/2021)
Hal ini menunjukan, keberadaan MUI masih memberi pengaruh cukup besar pada masyarakat Indonesia yang penduduknya memang mayoritas muslim. Fatwa MUI masih dirasakan oleh rakyat sebagai obor penerang yang menjadi petunjuk pada jalan kebenaran, apalagi salah satu poin yang dibahas adalah tentang Khilafah, satu kata yang Barat dan rezim merasa fobia dengan kata ini.
Maka, wajar jika kemudian mereka mencoba 'mewacanakan' pembubaran MUI. Tujuannya jelas, mereka berharap masyarakat ikut menjadi fobia terhadap Khilafah yang sebenarnya merupakan ajaran Islam.
Mereka tahu bahwa kebangkitan umat di negeri ini akan terjadi andai masyarakat kembali berpegang teguh pada agama-Nya. Maka, mereka mencoba membuat makar dengan melakukan 'test water' dengan mewacanakan pembubaran MUI.
Sayangnya mereka lupa, bahwa sebaik apa pun mereka merencanakan makar untuk menipu rakyat, kaum muslimin memiliki Allah sebagai tempat mereka bersandar. Andai mereka bisa…
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
"Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya."
(QS Al Imran : 54 )[]