Keterkaitan dan keterlibatan Islam sebagai agama dan simbol yang selalu dibawa oleh terduga pelaku teror menciptakan efek signifikan di tengah masyarakat. Islamofobia sedikit demi sedikit menjangkiti masyarakat bahkan kaum muslimin sendiri.
Oleh. Rochma Ummu Arifah
NarasiPost.Com-Di penghujung tahun, kembali mencuat kasus terorisme yang dikuak oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hanya saja, sebagian umat muslim kembali mempertanyakan kasus ini, karena seakan memiliki sense berbau islamofobia.
Islam di Balik Terorisme
Tak dapat ditutupi, setiap adanya berita "keberhasilan" penangkapan pelaku terorisme, selalu saja Islam dan simbol-simbolnya yang ditampakkan. Sampai-sampai, hal ini bisa dibaca oleh sebagian masyarakat yang memiliki kejelian lebih tinggi.
Pria berjenggot dengan celana cingkrang, wanita berkerudung besar dan berjilbab serta bercadar menjadi ciri khas dari para pelaku aksi teror yang ditangkap oleh BNPT ini. Ataupun beberapa simbol Islam turut dijadikan bukti kejahatan terorisme yang mereka jalankan. Sebut saja seperti buku dengan tulisan Arab, bendera tauhid ataupun anak panah yang sering dikaitkan dengan olahraga kaum muslimin. Serta merta, Islam dijadikan kambing hitam sebagai ajaran yang mengajarkan atau mengarahkan pada aksi yang tak menjunjung tinggi perikemanusiaan.
Kasus terakhir yang mencuat ke publik bahkan membawa nama ulama. Ada tiga ulama yang ditangkap dengan dugaan terlibat dalam aksi teror ini. Bahkan, salah satunya menjadi bagian dalam struktur keanggotaan dalam Majelis Ulama Indonesia. Hal ini pula yang kemudian mengarahkan pada wacana dangkal membubarkan MUI karena ada salah satu anggotanya yang terduga terlibat terorisme.
Islamofobia Ujung dari Terorisme
Keterkaitan dan keterlibatan Islam sebagai agama dan simbol yang selalu dibawa oleh terduga pelaku teror menciptakan efek signifikan di tengah masyarakat. Islamofobia sedikit demi sedikit menjangkiti masyarakat bahkan kaum muslimin sendiri.
Inilah sebenarnya wajah asli dari isu terorisme yang selama ini berkembang yaitu untuk menciptakan opini Islamofobia di tengah-tengah masyarakat. Walaupun pemerintah dan sejumlah pihak yang memiliki otoritas dalam penangkapan terduga pelaku teror ini selalu saja menyangkal adanya sentimen negatif kepada Islam di balik semua kasus ini, namun jelas terlihat ujungnya. Islam kembali dijadikan pihak tertuduh. Islam dan sebagian ajarannya dianggap menjadi penyebab aksi teror ini.
Selain itu, beberapa ajaran atau syariat Islam juga terdiskreditkan. Bahkan dipelintir agar tak sesuai dengan makna yang sebenarnya. Ambil contoh tentang syariat jihad dan khilafah. Keduanya dianggap bukan bagian dari syariat atau dianggap sebagai bagian buruk dari Islam yang harus disirnakan atau bahkan dibuang jauh-jauh. Mirisnya, saat sebagian syariat ini dikriminalisasi, sebagian syariat diambil karena dirasa memiliki manfaat. Contohnya, mengenai zakat dan pengelolaan haji. Keduanya dianggap patut untuk diterapkan dan disosialisasikan sebagai bagian penting masyarakat. Tak dan tak bukan, tujuannya adalah untuk mendapatkan bagian kekayaan dari kaum muslim. Semakin jelas, Islam hanya diambil bagian yang dianggap memberikan manfaat. Dibuang yang dianggap tak memberikan manfaat.
Islam Agama Damai
Sejatinya, jika mengaitkan Islam dengan terorisme adalah satu hal yang tak berdasar, ibarat jauh panggang dari api. Tak ada satu pun syariat Islam yang mengajarkan pada pnghancuran ataupun terorisme. Sebagai contoh, dalam surat Al-Maidah ayat 32, yang artinya berbunyi, "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi."
Dari sini, jelaslah bahwa untuk membunuh satu nyawa saja sudah dianggap sebagai satu kerusakan di muka bumi. Apalagi melenyapkan banyak nyawa, tentulah menjadi satu hal yang sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam itu sendiri. Selain itu, sepanjang sejarah peradaban Islam, tak ditemui bagaimana Islam dan ajarannya yang bersifat destruktif. Justru, masuknya Islam ke satu bagian kemudian diterima oleh masyarakatnya selalu dilakukan dengan tindakan yang menghargai jiwa manusia. Kalaupun ada perang, perang yang dijalankan juga memiliki sejumlah kaidah dalam menjaga kehidupan, serta alam sekitar.
Dengan ini, narasi mendekatkan Islam dengan terorisme sungguh bukanlah hal yang patut untuk dibenarkan. Umat Islam harus terus memahami indahnya ajaran Islam ini. Sehingga tak sampai termakan oleh hasutan busuk siapa saja yang ingin menjelek-jelekkan Islam dan syariatnya. Ajaran Islam adalah ajaran yang diturunkan oleh Sang Pemilik Kehidupan, sehingga menjadi satu hal yang selalu sesuai dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Manusia hanya perlu untuk selalu yakin bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.[]