Hanya Pembenci Islam yang Lancang Bubarkan MUI

"Gorengan radikalisme dan terorisme seakan tak ada habisnya disuguhkan bahkan dijejalkan ke tengah publik dan negeri-negeri berpenduduk muslim."

Oleh. Uqie Nai
(Member AMK4)

NarasiPost.Com-Maksud hati menangkap tikus, lumbung padi dibakar. Gara-gara ada terduga teroris, Majelis Ulama Indonesia (MUI) ingin dibubarkan. Demikian komentar Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas (Buya Abbas) di salah satu akun media sosialnya. Ia menganggap suara lantang yang ingin membubarkan MUI merupakan logika sesat. Sebab, MUI dan Indonesia memiliki ikatan yang kuat, tak bisa dilepaskan apalagi dibumihanguskan hanya karena ada satu atau lebih kelompok tersangka teroris di negeri ini. (Republika.co.id, 29/11/2021)

Ungkapan kegeraman Buya Abbas dirasakan pula oleh umat muslim lainnya akibat tagar #BubarkanMUI menyeruak bak bola api. Tagar ini muncul tak lama setelah aksi penangkapan yang dilakukan Densus 88 terhadap anggota Komisi Fatwa MUI, Ahmad Zain an-Najah. Pihak kepolisian pun mengklaim bahwa salah satu anggota fatwa MUI tersebut terhubung dengan pengurus dan Dewan Syuro Jemaah Islamiyah sebagai bagian jaringan terorisme.

Ketakutan terhadap Islam, Ulama Kembali Diincar

Gorengan radikalisme dan terorisme seakan tak ada habisnya disuguhkan bahkan dijejalkan ke tengah publik dan negeri-negeri berpenduduk muslim. Pengusung gorengan ini yakni kafir Barat bersama agennya membuat beragam rencana dan tipu daya agar umat Islam semakin lemah, terperdaya dan terjajah. Tak sekadar menjual ide tapi juga mencari kambing hitam agar umat Islam semakin terpecah-belah, disudutkan, serta didiskriminasi. Bukan hanya personal muslimnya yang disasar tapi organisasi juga lembaganya.

Jauh sebelum kasus ini menyeruak, dua ormas Islam telah menjadi sasaran tembak pemerintah. Salah satunya diklaim sebagai ormas terlarang karena mengusung ajaran Islam terkait jihad dan Khilafah. Satunya lagi dianggap terlalu frontal menyoroti kebijakan rezim dan kezalimannya. Maka tak heran aroma kebencian itu nyaring dalam tagar bubarkan MUI hanya karena dugaan, bahwa salah satu anggota fatwanya terlibat jaringan “teroris.” Padahal, sejatinya yang berbahaya adalah ide kufur yang ada di balik aturan negara yakni kapitalisme sekuler. Sebuah ide pemikiran yang ingin menjauhkan individu, masyarakat dan negara dari syariat. Termasuk war on terorism (WoT) and war on radicalism (WoR) adalah agenda kapitalis Barat menjegal lajunya Islam kaffah yang terus menggeliat.

Akibat pemahaman tersebut, isu agama senantiasa di- blow up demi langgengnya program kufur di negeri ini. Kaum kafir bebas menguasai dan merampok aset publik, sementara masyarakat diadu domba, dan umat Islam didiskriminasi. Penguasa? Tak ubahnya setan bisu yang tak mau tahu. Ia hidup di zona aman hanya karena secuil dunia yang tiada berharga.

Begitulah pemandangan negeri dalam cengkeraman hegemoni kapitalisme. Negara bersama pejabatnya akan terus disetir agar berpihak pada kapital, baik lokal mau pun asing. Caranya, buat undang-undang yang menguntungkan kapitalis, bungkam suara umat yang menyerukan syariat.

Kembali pada Islam agar Kapitalisme Hengkang

Semangat perjuangan kaum kafir memang tak ada matinya. Ia terus berkamuflase dalam beragam bentuk kebijakan dan ide. Bak racun berbalut madu, tampak indah dipandang tapi sangat mematikan. Bahaya ini sedemikian benderang dalam kaca mata Islam dan umatnya yang taat pada syariat. Terlebih penegasan Allah tentang niat busuk pembenci Islam tertuang dalam firman-Nya, yaitu: QS. Al-Baqarah [2]: 120 yang artinya,

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida hingga engkau (Muhammad) mengikuti millah (ajaran) mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

Frasa ‘tidak akan pernah rida’ dalam firman Allah tersebut bermakna “abadan” (selamanya hingga hari kiamat). Artinya dari sejak risalah Islam dibawa Nabi Muhammad saw., maka sampai nanti kiamat tiba, kedua golongan orang kafir (Yahudi dan Nasrani) akan terus berupaya sekuat tenaga menolak Islam, karena mereka tak sudi jika Islam menguasai mereka dan dunia. Kelicikan serta kebusukan mereka telah dikisahkan Allah dalam Al-Qur’an bagaimana mereka menyembunyikan kebenaran isi Taurat dan Injil, salah satunya kebenaran tentang Muhammad saw. sebagai Nabi terakhir dan risalahnya adalah penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Seiring waktu, kelicikan mereka berbuah keruntuhan Daulah Khilafah Utsmaniyah pada 3 Maret 1924 M. Sejak itulah, melalui tangan Mustafa Kemal Attaturk, nasib Islam dan pemeluknya semakin terpuruk. Dicerai-berai, difitnah, dan dibantai secara fisik dan nonfisik melalui ide kapitalisme sekuler hingga saat ini. Di luar sana nasib muslim Suriah, Palestina, Uighur, Rohingya, dan lain-lain diserang secara fisik. Di sini umat Islam diserang secara pemikiran (nonfisik) berupa stigma negatif dan politik belah bambu. Satu persatu ustaz, kiai dipersekusi. Ulama yang kritis dimasukkan jeruji. Inilah kenyataan jika umat Islam lemah dan ingin berhenti amar makruf nahi mungkar. Tindakan makar dan kezaliman akan semakin kuat.

Dalam pandangan Islam, setiap individu mukallaf akan menanggung dosa dan kesalahannya, bukan dibebankan pada orang lain atau lembaga. Pemimpin dalam institusi Islam akan menunjukkan tanggung jawabnya mengurus dan menjaga masyarakat. Setiap individu diarahkan untuk memahami pentingnya tanggung jawab dan konsekuensi hukum atas setiap perbuatan. Di mulai dengan menanamkan ketakwaan, menjalankan syariat, menghidupkan amar makruf nahi mungkar dan penegakan sanksi. Hal ini dilakukan pemimpin agar umat mengerti perintah Allah dan Rasul-Nya sebaik-baik aturan dan solusi.

Allah Swt. telah berfirman: “ …Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (TQS. Al-An’am: 164)

Dengan diterapkannya syariat secara totalitas oleh pemimpin Islam, beragam upaya makar kafir akan dipersempit aksesnya melalui kebijakan negara secara syar’i dan dilawan dengan dakwah dan jihad jika pembenci Islam terang-terangan menampakkan kebenciannya. Kondisi ini adalah suatu keniscayaan karena penguasa dan umat bukanlah setan bisu yang membiarkan kezaliman.

Wallahu a’lam bi ash Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Uqie Nai Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Obat Itu Bernama Lillah
Next
Nuansa Feminisme Kapitalistik yang Kental di Film Yuni
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram