Terorisme: Agenda Islamophobia, Umat Butuh Khilafah

"Meskipun jihad merupakan salah satu ajaran Islam, namun jihad berbeda dengan teror. Pelaksanaan jihad harus sesuai dengan hukum syariat Islam."

Oleh. Miladiah Al-Qibthiyah
(Pegiat Literasi dan Media)

NarasiPost.Com-Desas-desus terorisme kembali mencuat ke hadapan publik. Di penghujung tahun 2020 pihak kepolisian mengungkap sejumlah kasus terorisme di tanah air. Terungkap 23 orang jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI) ditangkap oleh polisi di Lampung Tengah beberapa waktu lalu. Diketahui bahwa sumber pendanaan jaringan teroris JI berasal dari kotak amal yang disebar di berbagai tempat atau lokasi hingga berjumlah 20 ribu lebih.

Meningkatnya isu terorisme tersebut, menuai komentar dari politisi Partai Gerindra, Fadli Zon lewat cuitan di akun Twitter pribadinya. Dia mengatakan bahwa jualan terorisme di negeri ini tak ada habisnya. Terorisme tidak ada di dalam Islam. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa isu terorisme merupakan bagian dari Islamofobia.

Isu terorisme seringkali dialamatkan kepada mereka yang taat dalam beribadah, khususnya umat Islam. Kita patut berhati-hati menanggapi spekulasi yang mengaitkan tindakan terorisme dengan umat Islam serta membenarkan tuduhan yang menyudutkan pihak tertentu tanpa disertai bukti.

Sudah menjadi rahasia umum, ketika ada aksi teror, maka yang menjadi tertuduh adalah kaum Muslim. Para pejabat dan media tanpa pikir panjang langsung mem-blow up berita tersebut dengan mengecam Islam sebagai yang tertuduh. Sebaliknya, jika pelakunya non muslim, berbagai macam dalih dilontarkan seolah membebaskan non muslim dari berbagai tuduhan. Peristiwa pembakaran mesjid, penyerangan ustaz, hingga pembunuhan, pelakunya selalu dinyatakan orang gila, bahkan nyaris tidak diproses ke ranah hukum. Namun, jika Islam yang dijadikan tertuduh langsung diusut tuntas.

Tentu saja hal ini ada kaitannya dengan agenda War on Terorism (WoT) yang digagas AS pasca peledakan gedung WTC. Agenda ini ada untuk menyasar umat Islam, dan menciptakan stigma sebagai peneror, serta menjadi dalih pembenaran program War On Terrorism tersebut. Hal ini terbukti ketika AS mengatasnamakan war on terorism saat menyerang Irak pada 2002, namun sampai saat ini tidak terbukti bahwa Irak menyimpan senjata pemusnah massal.

Jelaslah, bahwa WoT adalah agenda AS untuk melawan Islam dan kaum Muslim demi mengukuhkan hegemoni AS atas negeri-negeri Islam. Lebih parahnya lagi, agenda ini didukung oleh para penguasa negeri Islam yang telah berkhianat terhadap rakyatnya.

Isu terorisme ini semakin menguatkan narasi sesat islamophobia yang membuat umat Islam semakin takut dan jauh dari agamanya. Sehingga label ekstrem, radikal semakin kuat tersemat pada umat Islam. Padahal, di dalam Islam tidak dikenal yang namanya terorisme, sebab Islam adalah agama yang cinta damai. Justru Baratlah sejatinya teroris besar yang menjadi musuh bersama umat Islam, sebab berbagai aksi kejahatan mereka lancarkan, mulai dari mengadu domba sesama Muslim hingga membuat umat Muslim tercerai berai.

Barat telah berhasil mengotak-ngotakkan umat Islam hingga terpecah belah. Sesama umat Islam saling menuduh, memberi stigma negatif terhadap harakah Islam yang lain, mencap aliran sesat, hingga memerangi kelompok yang mengemban ide Islam kaffah yang dianggap sebagai ancaman bagi pengusung Islam moderat yang mereka klaim.

Karena itu, wajib bagi kaum Muslim untuk menolak segala bentuk agenda "Global War on Terorism" ini. Sejatinya, Islam adalah rahmatan lil 'alamin yaitu satu-satunya agama yang memberikan rahmat bagi seluruh penduduk di muka bumi. Islam pun mengharamkan seseorang atau kelompok membunuh tanpa alasan yang jelas dan dibenarkan.

Meskipun jihad merupakan salah satu ajaran Islam, namun jihad berbeda dengan teror. Pelaksanaan jihad harus sesuai dengan hukum syariat Islam. Islam tidak membolehkan menebar teror, membunuh warga yang tidak terlibat peperangan, termasuk orang tua, perempuan, dan anak-anak. Bahkan Islam melarang merusak rumah ibadah atau membumihanguskan wilayah musuh.

Sebagaimana dalam riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abdullan bin 'Umar ra.
"Aku mendapati seorang wanita yang terbunuh dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah Saw. Kemudian beliau melarang membunuh kaum wanita dan anak-anak dalam peperangan".

Diriwayatkan dari An-Nasai, Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi, dari Aswad bin Sari' ra.
"Aku menemui Rasulullah Saw. dan ikut berperang bersama beliau, pada waktu itu bertepatan pada waktu zuhur. Anggota pasukan bertempur dengan hebat sehingga mereka. membunuh anak-anak".

Maka, sampailah berita itu kepada Rasulullah Saw. Beliau bersabda, "Mengapa orang-orang itu melampaui batas dalam berperang sehingga membunuh anak-anak?" Seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka adalah anak-anak kaum musyrikin"
Rasul menjawab, "Ingatlah, sesungguhnya orang-orang terbaik dari kamu adalah anak-anak kaum musyrikin".

Kemudian Rasulullah Saw. bersabda,
"Ingat, janganlah membunuh anak-anak, janganlah membunuh anak-anak".

Beliau bersabda, "Setiap jiwa terlahir di atas fitrah hingga ia mampu mengungkapkan sendiri dengan lisannya apa yang ada dalam hatinya, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi atau Nasrani".

Kita harus bijak dalam menyikapi teror dalam bentuk apapun yang menuduh bahwa Muslim sebagai pelakunya alias teroris. Apalagi menyatakan bahwa Islam mengajarkan terorisme, jelas bahwa ini adalah bagian dari agenda program "Global War on Terorism". Agenda ini akan terus berjalan, membabat habis umat Islam dengan tuduhan keji dan tidak berdasar bahwa Islam adalah teroris.

Maka dari itu, umat Islam wajib mengupayakan memiliki kekuatan politik yang besar. Perlunya menumbuhkan kesadaran politik dibenak umat Islam agar bersatu melawan kekuatan politik Barat yang hendak melenyapkan umat dan ajaran Islam secara total. Jika tidak, umat Islam akan senantiasa dalam sasaran opini dan objek berbagai tindak kekejian dengan beragam propaganda. Tanpa kekuatan dan kesadaran politik tersebut, umat Islam akan selalu menjadi bulan-bulanan oleh negara-negara penjajah. Kekuatan politik itu adalah Khilafah Islamiyah 'ala Minhaj Nubuwwah. Wallaahu a'lam bi ash-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Don’t Judge A Book by It’s Cover
Next
Islam Solusi Memuliakan Perempuan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram