Negara juga menjalankan fungsinya sebagai pelindung dan penjaga kehormatan masyarakatnya. Dalam hal ini, negara menjaga akidah umat Islam dari pemikiran yang menyesatkan, seperti sekulerisme, kebebasan tanpa batas dan pemurtadan
Oleh. Aprilina, SE. I
(Aktivis Muslimah Peduli Umat)
NarasiPost.Com-Setiap tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Ketetapan ini merupakan bentuk apresiasi negara terhadap kemuliaan para ibu.
Namun, hari ini negara membuka mata seluruh masyarakat atas kegagalannya memuliakan para ibu. Buktinya, ada ibu yang tega membunuh anaknya. Padahal dirinyalah yang mengandung, melahirkan dan mengasuhnya. Ada juga istri yang membunuh suaminya karena depresi dan sakit hati. Banyak juga ibu yang menjadi tulang punggung keluarga, padahal mereka seharusnya dinafkahi oleh para lelaki.
Ada apa dengan ini semua? Kemana rahim (kasih sayang) seorang ibu? Mengapa ini bisa terjadi?
Ini semua terjadi akibat terkikisnya kesadaran para ibu mengenai pentingnya peranan mereka dalam kehidupan. Ibu saat ini merasa dirinyalah yang bertanggungjawab terhadap keberlangsungan kehidupan dalam keluarganya. Hal ini disebabkan karena abainya para lelaki menjalankan perannya sebagai pemimpin keluarga.
Seorang pemimpin tidak hanya berperan sebagai kepala keluarga. Namun lebih dari itu, ia berperan sebagai pembina dan bertanggungjawab menafkahi keluarganya. Membina istri agar dapat mendampinginya memimpin keluarga dengan harmonis. Menjadi sahabat dalam suka dan dukanya. Suami juga wajib memenuhi kebutuhan istri, baik lahir maupun batin. Kebutuhan lahir, seperti pakaian, makanan, minuman, kebutuhan rumahtangga, dll. Adapun kebutuhan batin seorang istri, seperti belaian yang menunjukkan kasih sayang dan cinta suami, serta perhatian dan pengertian terhadap apa yang sedang dihadapinya.
Semua peran ini bisa dilaksanakan dengan baik apabila negara juga menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Pemimpin negara menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, seperti menyediakan lapangan pekerjaan, fasilitas pendidikan dan pelayanan kesehatan yang mudah diakses.
Selain itu, negara juga menjalankan fungsinya sebagai pelindung dan penjaga kehormatan masyarakatnya. Dalam hal ini, negara menjaga akidah umat Islam dari pemikiran yang menyesatkan, seperti sekulerisme, kebebasan tanpa batas dan pemurtadan.
Selain itu, negara juga melindungi para wanita dari pelecehan dan eksploitasi wanita dalam ekonomi. Ini semua tidak tampak pada negara hari ini. Sehingga masyarakat berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka. Keberadaan pemimpin negara beserta seperangkat aturannya yang berpihak pada rakyat, seperti fatamorgana. Seperti ungkapan, "wujuduhu ka'adamihi (adanya seperti tidak ada)". Dengan kata lain, ada dan tiadanya sama saja.
Ini karena sistem pemerintahan yang diterapkan adalah demokrasi kapitalisme. Aturan kehidupan ditetapkan atas kehendak manusia sebagai makhluk yang lemah dan terbatas. Karena itu, setiap solusi yang dianggap dapat menyelesaikan suatu permasalahan justru menimbulkan permasalahan baru yang meminta penyelesaian lain. Sehingga permasalahan yang ada seolah tak berujung.
Berbeda halnya jika peraturan yang diambil berasal dari pencipta manusia, yaitu Allah Swt. Pasti permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan tuntas. Sebab, hanya Allah-lah satu-satunya Dzat yang paling tahu tentang makhluk yang diciptakan-Nya.
Islam merupakan agama yang sempurna. Al Qur-an dan as-Sunnah yang ditinggalkan Rasulullah Saw menjadi petunjuk manusia dalam menjalani kehidupannya agar sejahtera di dunia dan selamat dari siksa di akhirat. Allah Swt berfirman:
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Ma'idah [5]:3)
"Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Alquran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.''
(Ar-Ra'du [13]: 37).
Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya"
(HR al-Hakim, al-Baihaqi dan Malik).
Sejarah mencatat dengan tinta emas bagaimana negara Islam yang dibangun oleh Rasulullah Saw mampu menjaga kemuliaan wanita. Suatu hari ketika seorang Muslimah ada di pasar Yahudi Bani Qainuqa, auratnya tersingkap akibat ulah lelaki Yahudi yang mengikat ujung kerudungnya. Muslimah ini berteriak dan seorang Muslim yang berada di dekatnya membunuh orang Yahudi tersebut. Orang-orang Yahudi pun membalas dengan mengikat Muslim tersebut dan membunuhnya.
Berita tentang kejadian ini sampai pada Rasulullah Saw. Beliau mempersiapkan pasukan menuju tempat Bani Qainuqa dan mengepung mereka selama 15 hari. Allah Swt memasukkan rasa gentar dan takut ke dalam hati mereka. Kemudian Rasulullah Saw mengusir Yahudi Bani Qainuqa dari Madinah.
Inilah bukti bahwa Islam menjaga kemuliaan seorang wanita. Apalagi kemuliaan ibu. Allah mengangkat derajat seorang ibu 3 kali daripada ayah. Dalam sebuah hadits dikisahkan sebagai berikut:
"Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapa kah aku harus berbakti pertama kali?' Rasulullah Saw menjawab, 'Ibumu!'. Kemudian orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Rasulullah Saw menjawab, 'Ibumu!'. Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu!'. Orang tersebut bertanya kembali, ' Kemudian siapa lagi', Rasulullah SAW menjawab, 'Kemudian ayahmu'."
(HR. Bukhari-Muslim)
Hanya Islam yang menjamin terjaganya kehormatan dan kemuliaan ibu. Maka dengan kesadaran penuh akan besarnya tanggung jawab sebagai pemimpin, sudah saatnya negara menerapkan aturan Islam secara keseluruhan. Sebab pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dari Ibnu Umar, dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka." (HR. Bukhari-Muslim).
Menyelamatkan para ibu dengan menjaga kehormatan dan kemuliaan mereka merupakan bentuk nyata apresiasi terhadap kaum wanita dan ibu.[]