Derita Rohingya, Derita Kita

Derita Rohingya, derita kiita


Lantas sampai kapan penderitaan Rohingya akan terus terjadi? Sampai kapan mereka menjadi rakyat yang terbuang, terombang-ambing tanpa tujuan. Tentu kita harus berupaya untuk turut menuntaskan problematika mereka.


Oleh : Ghumaisha Gaza (Aktivis Dakwah Sumedang)

NarasiPost.Com — Bertahun sudah berusaha agar selamat dari tindakan keras militer Myanmar. Terombang-ambing di tengah lautan, kehilangan orang-orang tersayang. Namun, pengungsi Rohingya nampaknya hanya dianggap rakyat yang terbuang.

Penyelidik PBB mengatakan sebanyak 10.000 orang tewas dan lebih dari 730.000 terpaksa mengungsi. Ratusan ribu tersebut sebagian besar tinggal di Cox’z Bazar, kamp pengungsi di negara tetangganya, Bangladesh. (viva.co.id)

Namun, pada 4 Desember lalu pihak Bangladesh mulai memindahkan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil, Bhasan Char. Meskipun Menteri Luar Negeri Bangladesh, A.K. Abdul Momen menegaskan pemindahan ini dilakukan secara sukarela bagi mereka yang menginginkan, tapi faktanya telah banyak kelompok HAM yang meminta dihentikannya relokasi ini. Dari laporan kelompok HAM menyatakan para pengungsi ini dipaksa untuk direlokasi. Bahkan, mau tidak mau dipisahkan dari keluarga mereka.

Human Right Watch, Amnesty Internasional, Fortify Rights sangat menentang relokasi para pengungsi ke pulau itu. Karena, Bhasan Char terbentuk secara alami oleh lumpur Himalaya di teluk Banggala, sekitar 60 kilometer dari daratan. Rentan terhadap bencana alam dan tidak cocok untuk pemukiman manusia. Setiap tahun kerap dilanda banjir serta sulitnya mendapat pasokan pangan. (okezone.com)

Sungguh menyedihkan, padahal etnis Rohingya adalah suku asli yang menetap di negara bagian Rakhine Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar sungguh bersikeras menyatakan bahwa mereka adalah pendatang baru dari sub kontinen India. Terlebih, karena etnis Rohingya dipandang sebagai pemeluk agama Islam. Sehingga, mereka tidak diakui di negaranya sendiri dan berujung pada genosida. Akhirnya, tak ada satupun untuk saat ini negara yang dapat menolong mereka. Para pemimpin negeri-negeri muslim cenderung memalingkan muka daripada menolong mereka.

Begitu pun dengan lembaga-lembaga Internasional seperti PBB, tidak mampu menjadi solusi penyelesaian atas penderitaan Rohingya, ataupun umat muslim lainnya. Mereka hanya mampu berkomentar, dan menunjukkan fakta-fakta penderitaan yang tengah terjadi. Pada akhirnya mereka pun hanya sebatas penonton yang berharap segala permasalahan segera berakhir.

Inilah gambaran bobroknya Nasionalisme yang selama ini begitu diagung-agungkan. Nyatanya telah meracuni banyak muslim di seluruh negeri. Kaum muslim harus hidup tersekat di balik dinding bernama “negara”. Para pemimpinnya pun tak berkutik dan hanya mementingkan negerinya sendiri.

Rasulullah SAW telah mengingatkan, bahwa umat Islam ibarat satu tubuh, ketika yang satu merasa sakit maka yang lainpun merasakannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus senantiasa mengingat nasib saudara kita, bahkan apa yang menimpa saudara mereka. Kini etnis Rohingya yang juga saudara seagama jelas-jelas sedang membutuhkan pertolongan. Namun, dalam sistem pemerintahan saat ini nyatanya tidak dapat terwujud.

Lantas sampai kapan penderitaan Rohingya akan terus terjadi? Sampai kapan mereka menjadi rakyat yang terbuang, terombang-ambing tanpa tujuan. Tentu kita harus berupaya untuk turut menuntaskan problematika mereka.

Permasalahan pengusiran etnis Rohingya menunjukkan pentingnya sistem yang menyatukan umat Islam. Serta pemimpin yang berani mengambil langkah politik dan bersikap tegas terhadap siapa pun yang melakukan penistaan terhadap Islam. Termasuk tegas kepada mereka yang tega dengan sadis menyakiti dan membantai kaum Muslim.

Hal itu hanya bisa dilakukan dengan sistem pemerintahan yang dapat menerapkan syariah Islam secara menyeluruh. Sistem yang menyatukan semua manusia tanpa melihat ras, suku, bangsa dan warna kulit. Semuanya hidup damai dan tenteram di bawah naungannya. Sejarah pun telah mencatat kegemilangan peradaban itu. Dialah peradaban Islam nan mulia. Kehadirannyalah satu-satunya solusi bagi masalah Rohingya. Dan, muslim wajib mewujudkannya kembali di tengah-tengah umat. Jika memang benar kita mengakui bahwa mereka adalah saudara kita. Wallahu'alam bishawab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ghumaisha Gaza Kontributor NarasiPost.Com & Pemenang Challenge True Story NP
Previous
Korupsi saat Pandemi, Terlalu!
Next
Waspada Kolapsnya Layanan Kesehatan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram