Demokrasi Membunuh Generasi

Sudah saatnya kita menggugat klaim demokrasi sebagai sistem terbaik. Masyarakat harus disadarkan pada wajah asli sistem ini. Nyatanya sistem ini justru merupakan pembunuh berdarah dingin.


Oleh: Maya Ummu Azka (Pemerhati Sosial)


NarasiPost.Com — Matinya demokrasi, isu ini tengah hangat diperbincangkan di jagat media sosial. Bermula saat unggahan foto Anies Baswedan sedang membaca buku berjudul senada. Satu tanya menyeruak, akankah demokrasi mati? Bukankah itu adalah sistem pemerintahan yang digadang-gadang terbaik di muka bumi?


Sudah saatnya kita menggugat klaim demokrasi sebagai sistem terbaik. Masyarakat harus disadarkan pada wajah asli sistem ini. Nyatanya sistem ini justru merupakan pembunuh berdarah dingin. Perlahan namun pasti, demokrasi dengan telah menjerumuskan generasi muda pada kehancuran. Mengapa?


Demokrasi tegak di atas dasar pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Dasar ini menjadikan negara penganutnya mencegah campur tangan agama (khususnya Islam) dalam setiap aspek pengaturan urusan rakyat. Walhasil, akal pendek manusialah yang menjadi sumber aturannya. Dengan keterbatasan akalnya, para pelaku demokrasi menjadikan ukuran materi dan kesenangan duniawi sebagai tolok ukur kebahagiaan dan kesuksesan.
Gonta-ganti aturan menjadi keniscayaan dalam negara penganut demokrasi. Pada tahun 1920-1933, Amerika Serikat melarang penjualan minuman beralkohol, namun tahun 1933 larangan itu dicabut dengan batasan.
Jika dahulu homoseksual merupakan hal tabu di Amerika Serikat, maka dapat disaksikan sejak bulan Juni 2015 perkawinan kaum menyimpang tersebut sudah legal di negara kampiun demokrasi itu. Jelas, jargon Hak Azasi Manusia (HAM) dengan empat kebebasan yang menjadi pilar demokrasi tak ayal menghasilkan regulasi nyeleneh yang mengedepankan nafsu syahwat manusia.


Bagaimana dengan yang terjadi di negeri ini? Tak ada bedanya. Pada tahun 2008, rancangan UU Antipornografi-pornoaksi yang sedianya disusun untuk melindungi anak bangsa dari kerusakan moral dan bahaya perzinaan, justru dikebiri dan diperas menjadi UU Pornografi yang tak bergigi.
Dalam rahim demokrasi sekuler dan mendewakan kebebasan lahirlah pendapat-pendapat nyeleneh yang mampu merusak akidah serta pemikiran generasi. Belum lagi serbuan gaya hidup asing yang semakin banyak diadopsi. Efeknya, mengumbar aurat dan kemesraan –baik dengan beda jenis ataupun sesama jenis- sudah bukan hal yang dianggap tabu di kalangan generasi. Lahir pula produk teknologi yang minim faedah bahkan merusak. Misalnya, aplikasi tiktok, aplikasi fake chat, dan sebagainya.


Sementara di sisi lain masuknya nilai-nilai dan aturan Islam ditentang habis-habisan, lagi-lagi dengan dalih demokrasi. Pelajaran agama yang dikebiri dari sisi kuantitas dan kualitas, perda-perda bernuansa syariah dijegal, RUU yang terkesan berbau syariat juga dihabisi. Padahal semuanya adalah ikhtiar umat Islam untuk membentengi generasi.


Mari sejenak membandingkan dengan alternatif sistem lain. Sebuah sistem yang pernag berjaya berabad-abad lamanya. Adalah Khilafah, sebuah sistem kehidupan yang penerapannya terbukti mampu menghasilkan generasi cemerlang. Generasi yang unggul dalam membangun peradaban -sains dan teknologi-, serta terjaga kemuliaan dan kesucian dirinya.


Mengapa bisa unggul dalam segala aspek? Karena khilafah hanya menerapkan syariat Islam yang bersumber dari Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai pencipta manusia beserta alam semesta dan seisinya.


Pemimpin yang lahir dari sistem perpolitikan Islam hadir untuk mengurusi urusan rakyat berlandaskan syariat. Dengan landasan akidah Islam, dia menyadari bahwa kepemimpinannya ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla. Kesadaran ini mencegahnya dari berlaku zalim dan korup.


Sistem pendidikan Islam dengan berlandaskan akidah mampu mendidik generasi bertakwa sekaligus menguasai berbagai bidang keilmuan. Jelas ini memberikan maslahat bagi masyarakat dan lingkungan. Sebut saja Az-Zahrawi, Al-Khawarizmi, Al-Biruni, Ibnu Rusyd, Mariam Ijliya al-Asturlabi, Fatimah al-Fihri, dsb.


Pengaturan kehidupan sosial dan tata pergaulan berbasis syariat telah menjaga perempuan dari pandangan liar dan pelecehan. Syariat juga melindungi kehormatan seluruh manusia. Memastikan interaksi antara lelaki dan perempuan adalah untuk memberikan kemaslahatan di tengah masyarakat, bukan untuk mengumbar syahwat.


Walhasil, selama belasan abad Khilafah pernah menjadi mercusuar peradaban yang membawa kebaikan bagi dunia tanpa pandang bulu.


Jadi, untuk apa mati-matian mempertahankan dan menjaga demokrasi? Bukankah sistem ini tak pernah menunjukkan keberpihakannya pada generasi? Bahkan akibat demokrasi, generasi menjadi ‘terbunuh’ fitrah dan potensinya. Lebih baik memerjuangkan sistem Islam yang pasti membawa kemaslahatan, baik bagi generasi dan juga seluruh alam.


"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al A’raf [7] : 96).

Demikianlah, jika mendamba kehidupan Islam nan mulia. Jika merindu generasi berakhlakul karimah. Maka, menjadikan Islam sebagai sebagai aturan dalam kehidupan adalah suatu keniscayaan. Wallahu 'alam bishawab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ummu Azka Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ulama Diguncang Kapitalisme
Next
Ekspor Rawan Suap
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram