Kapitalisme meletakkan tolok ukur perbuatan berdasarkan asas manfaat. Asas manfaat inilah yang dipakai sebagai paradigma berpikir masyarakat dan juga para kapitalis. Para kapitalis akan terus berpikir bagaimana agar suatu barang dapat terus memberi manfaat berupa materi baginya
Oleh. Fani Ratu Rahmani (Aktivis Dakwah dan Pendidik)
NarasiPost.Com-Satreskoba Polresta Balikpapan berhasil mengungkap kasus peredaran narkotika jenis sabu-sabu. Beratnya mencapai 5,066 kilogram. Tangkapan ini menjadi yang terbesar yang dilakukan oleh jajaran Satresnarkoba Polresta Balikpapan sepanjang tahun 2020 ini. (Sumber : Kaltim Prokal)
Terungkapnya kasus narkoba memang bukan hal yangbasing lagi. Kasus narkoba sudah menjamur di negeri ini. Bisnisnya kian 'meroket', digemari oleh masyarakat meskipun sebatas sebagai kurir. Dan kerusakan masyarakat akibat narkoba ini pun sudah tidak terhitung, tapi tetap saja masalah ini belum bisa dituntaskan.
Kasus narkoba ini tidak hanya menjadi perhatian pemerintah, namun juga dunia. Lembaga PBB yang mengurusi masalah narkotika, pada 2018 menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6% dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba. (Sumber : Beritasatu.com)
Dan perlu diketahui bahwa Indonesia adalah pasar potensial terbesar di ASEAN bagi penyebaran narkoba. World Population Review mencatat jumlah penduduk terbesar di kawasan yaitu 273,523.62 orang (41% dari jumlah penduduk ASEAN). Sementara angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2019 sebagaimana yang dirilis BNN adalah sekitar 3.419.188 (1,8% dari jumlah penduduk Indonesia).
Saat pandemi pun, perdagangan narkotika tetap gencar. Stok narkotika di dalam negeri masih cukup tersedia dan penjualan dilakukan secara online. Pasar gelap narkoba juga masih berjalan.(Sumber: Investor.id)
Kemudian, terkait keuntungan yang didapatkan dari bisnis narkoba. Mengutip ASEAN Drug Monitoring Report, dikatakan bahwa keuntungan dari perdagangan narkotika di ASEAN tahun 2018 mencapai Rp 550 triliun. Demikian halnya dengan sabu yang juga menghasilkan keuntungan. (Sumber : Investor.id)
Di sini kita perlu memahami, bahwa dari rangkaian data di atas, disimpulkan bahwa narkoba memang komoditas bisnis yang sifatnya global, sistematis dan menghasilkan keuntungan fantastis. Narkoba bahkan sudah bukan lagi barang mewah, karena penggunanya pun ada dari kalangan bawah. Dan masyarakat pun berminat besar dalam pusaran bisnis ini karena keuntungan yang didapatkan tidak main-main.
Dalam sudut pandang sistem ekonomi kapitalisme, semua hal bisa dijadikan komoditas bisnis. Selama bisa menghasilkan keuntungan, maka komoditas tersebut akan terus diproduksi bahkan difasilitasi peredarannya. Sebab, dalam prinsip kapitalisme, tujuan dari segala tujuan hanyalah soal keuntungan, serta besaran manfaat yang dapat diraih dari bisnis-bisnis yang ada.
Kapitalisme meletakkan tolok ukur perbuatan berdasarkan asas manfaat. Asas manfaat inilah yang dipakai sebagai paradigma berpikir masyarakat dan juga para kapitalis. Para kapitalis akan terus berpikir bagaimana agar suatu barang dapat terus memberi manfaat berupa materi baginya. Selain itu. dari kalangan penggunanya juga berpikir bagaimana bisa hidup lebih 'tenang' dengan mengambil manfaat narkoba. Jadi, tidak ada istilah halal haram dalam kapitalisme, yang ada hanyalah bermanfaat atau tidak bermanfaat.
Dalam pandangan kapitalisme, narkoba ini akan terus eksis selama masih ada demand atau permintaan dari masyarakat. Akhirnya pemerintah dan BNN aktif menekan angka permintaan tersebut dengan sosialisasi. Mulai dari sosialisasi terhadap remaja hingga orang dewasa.
Kita harus pahami bahwa meningkatnya permintaan karena memang masyarakat kini adalah masyarakat sekuler. Masyarakat yang menuhankan prinsip kebebasan dibandingkan yang lain. Masyarakat yang tidak menjadikan agama sebagai tolak ukur untuk mengatur kehidupan, agama hanya diakui keberadaannya tanpa harus terikat padanya. Masyarakat yang tidak punya tujuan hidup selain hanya duniawi, jika ada masalah maka akan mencari kebahagiaan semu seperti mengonsumsi narkoba.
Kemudian terkait penawaran atau supply, maka secara alami pedagang akan terus memberikan penawaran pada konsumen. Berbagai tawaran akan diberikan apalagi menghadapi pangsa pasar yang besar, pasti berbagai cara akan dilakukan agar masyarakat mau membelinya. Dan kapitalisme menghalalkan segala cara agar tawar menawar soal narkoba tetap terus berjalan. Jadi, selama sistem yang dipergunakan negeri ini atau bahkan dunia ini masih kapitalisme, peredaran narkoba akan terus ada. Narkoba akan tetap eksis dan sampai ke tangan masyarakat. Sebabnya adalah cara berpikir masyarakat yang masih sekuler di tambah bisnis kelas kakap yang terus dibuka lebar-lebar meski di pasar gelap.
Oleh sebab itu, untuk menghentikan lingkaran setan narkoba ini memang harus dengan perubahan mendasar dan sistematis. Perubahan yang mengarah pada kebaikan, yaitu Islam, bukan perubahan pragmatis sebatas janji seorang calon pemimpin untuk memberantasnya. Sebab domain pemimpin dalam sistem kapitalisme tetap akan jadi pelayan sistem, tidak mampu lakukan perubahan hakiki. Jadi, kembali pada syariah Islamnsecara kaffah adalah satu-satunya solusi problematika hidup manusia, mari kita perjuangkan bersama. Wallahu a'lam bish shawab.[]