Industri plastic surgery lepas kontrol dalam sistem kapitalisme karena menabrak rambu-rambu syariat Islam
Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Plastic surgery tampaknya menjadi hal yang tak asing lagi di tengah masyarakat dunia. Seiring meluasnya popularitas K-pop dan industri hiburan Korea, standar kecantikan pun bergeser mengikuti aktor dan aktris Korea. Bintang-bintang Korea seperti Kim Ji-soo (Blackpink), Irene (Red Velvet), Kim Seok-jin (BTS), dan artis drama seperti Kim Tae-hee, Shin Min-a, serta Jun Ji-hyun seolah menghipnotis dunia dengan wajah mereka yang dinilai rupawan. Mereka menjadi selebritas paling populer di Korea yang melambangkan kecantikan paripurna dan berhasil menggiring imajinasi wanita dunia untuk tampil cantik seperti mereka.
Platform media seperti YouTube, TikTok, dan Instagram pun turut memainkan peran penting dalam menyebarkan ide kecantikan ala Korea. Influenser dan vloger kecantikan pun rutin menyebarkan rutinitas perawatan kulit, tutorial merias wajah, dan mengulas produk kecantikan. K-beauty pun mendunia dan dapat diakses dengan mudah. Bahkan, Korea termasuk ke dalam sepuluh besar pasar kecantikan di dunia. Berbagai klinik yang menawarkan plastic surgery telah menjadi hal yang biasa. Standar kecantikan Korea pun menjadi sangat populer di Asia, AS, dan Eropa.
Standar Kecantikan ala Korea
Fenomena kulit kaca, yakni kulit yang putih berseri dan mulus menjadi standar kecantikan yang utama di negeri Ginseng. Industri kecantikan Korea pun telah mengembangkan ilmu dermatologi dan perawatannya untuk mencapai kondisi itu. Selanjutnya, wajah dengan bentuk V juga identik dengan keanggunan dari wanita Korea. Bentuk wajah yang ramping dan dagu yang lancip ini dapat dicapai melalui metode pijat wajah hingga operasi kontur wajah. Mata dengan kelopak ganda, hidung yang mancung, bibir yang berisi, payudara yang padat berisi, dan berat badan ideal menjadi standar baku kecantikan ala Korea.
Kriteria cantik yang telah disebutkan di atas, tentunya hampir mustahil bisa dimiliki oleh semua orang. Akhirnya, plastic surgery ditempuh menjadi jalan pintas yang menghapus kemustahilan itu. Berdasarkan survei pada tahun 2022 di Korea, 25 persen wanita dengan rentang usia 19 sampai 29 tahun dan 31 persen berusia 30 sampai 39 tahun telah menjalani berbagai bentuk operasi plastik. Korea Selatan menjadi negara dengan tujuan wisata medis yang pengunjungnya mencapai 250.000 orang untuk bedah plastik tiap tahunnya.
Sejarah Plastic Surgery
Plastic surgery sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Saat itu, hanya hidung yang menjadi perhatian paling besar oleh para ahli bedah. Istilah bedah plastik sendiri berasal dari Yunani yakni plastikos yang berarti mencetak atau membentuk. Pada Perang Dunia 1, ilmu bedah berkembang signifikan dan bermanfaat untuk merekonstruksi luka korban peperangan. Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, ilmu bedah makin berkembang pesat hingga semua area tubuh bisa direkonstruksi sesuai keinginan si empunya tubuh.
Di Korea, kegiatan bedah plastik dimulai saat berdirinya Departemen Bedah Plastik di Universitas Yonsei tahun 1961. Pada tahun 1973, praktik bedah plastik baru dimulai secara resmi. Sekarang, sudah ada setidaknya 4.000 klinik kecantikan yang bisa menawarkan plastic surgery. Bahkan, peminatnya terus bertambah dan membuat pemerintah Korea optimis akan mendapatkan pemasukan besar dari industri ini.
Industri Plastic Surgery di Korea
Korea Selatan dikenal sebagai ‘surganya’ plastic surgery dengan jumlah dokter bedah plastik terbanyak di dunia. Estimasi oleh Expert Market Research, nilai pasar industri plastic surgery menembus angka US$1,95 miliar. Pemerintah Korea menargetkan industri plastic surgery akan mencapai 700.000 wisatawan medis pada tahun 2027. (theteleghrap.com)
Untuk menjalani plastic surgery, setidaknya diperlukan biasa sebesar US$3.000, biaya ini belum termasuk biaya anestesi, perawatan di rumah sakit, dan obat-obatan. Plastic surgery merupakan bisnis yang berkembang pesat. Industri ini menjanjikan keajaiban bedah plastik yang bisa menjawab keinginan para wanita untuk tampil sesuai keinginannya.
Baca juga: Bariatric Surgery, Potong lambung demi Sehat?
Berbagai jenis tindakan yang bisa dilakukan meliputi operasi hidung, pembesaran payudara, kelopak mata, penghilangan kantung mata, sedot lemak, penghilangan lemak pipi, botox dan filler, pengencangan wajah, pengurangan dahi, kontur wajah, operasi dagu, serta kontur wajah.
Industri Kecantikan dalam Kapitalisme
Plastic surgery tentu bukan tanpa risiko. Berbagai efek samping bisa terjadi seperti pendarahan, kerusakan saraf, infeksi, kerusakan organ, dan yang paling fatal adalah kematian. Namun, efek samping ini sering diabaikan hanya untuk mencapai keinginan memiliki wajah rupawan dan tubuh yang ideal.
Ya, kapitalisme telah berhasil mendoktrin standar cantik yang harus dimiliki seorang wanita dan menciptakan standar-standar baku kecantikan. Akhirnya, demi menjadi cantik, segala hal rela ditempuh. Tak peduli lagi dengan standar halal dan haram yang ditetapkan Allah.
Hal ini pun menjadi peluang bagi industri kapitalisme untuk mengeruk keuntungan. Industri kecantikan sering menjadikan para publik figur sebagai brand ambassador untuk melakukan bedah plastik. Iklan-iklan tentang plastic surgery pun menghiasi media massa dengan iming-iming perubahan wajah yang luar biasa. Kepercayaan diri sering dijadikan alasan untuk membenarkan praktik ini. Dengan bedah plastik, mereka merasa lebih percaya diri untuk tampil di depan umum.
Pandangan Islam
Dalam kitab Al-Mausu’ah At-Thibbiyah Al-Haditsah dijelaskan bahwa operasi plastik atau jirahah at-tajmil adalah operasi bedah untuk memperbaiki anggota tubuh yang terlihat dan untuk memperbaiki fungsi suatu anggota tubuh yang berkurang, hilang, atau rusak. Ustaz Shiddiq Al-Jawi mengatakan bahwa hukum operasi plastik ini ada dua, yakni mubah dan haram.
Hukumnya menjadi mubah apabila bedah plastik bertujuan untuk memperbaiki suatu kecacatan seperti bibir sumbing dan anggota tubuh yang mengalami kerusakan karena kecelakaan, luka bakar, atau yang lainnya. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan juga kesembuhan bagi penyakit itu.”
Hukum bedah plastik menjadi haram apabila bertujuan hanya untuk mempercantik dan memperindah wajah atau anggota tubuh lain tanpa ada hajat yang dibolehkan secara syarak. Contohnya, tindakan memperindah hidung, mengubah bentuk dagu dan wajah, menghilangkan kerutan di wajah, dan lain sebagainya. Firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 119 artinya: “Dan akan aku (setan) suruh manusia untuk mengubah ciptaan Allah, lalu mereka benar-benar mengubahnya.”
Firman Allah tersebut adalah wujud kecaman atas perbuatan setan yang selalu memperdaya manusia untuk mengubah apa yang telah diciptakan Allah. Cantik dalam Islam tidak hanya dinilai dari segi fisik, tetapi dari ketundukan setiap wanita terhadap syariat yang wajib dijalaninya. Bentuk fisik murni ketetapan dari Allah yang wajib disyukuri karena manusia telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik bentuk. Setiap wanita tentu memiliki ciri khas kecantikannya masing-masing.
Khatimah
Industri plastic surgery lepas kontrol dalam sistem kapitalisme karena menabrak rambu-rambu syariat Islam. Haram bagi mereka yang ingin melakukan bedah plastik tanpa ada indikasi medis atau hal yang dibolehkan syarak. Berbeda dengan kapitalisme, Islam akan mengontrol tindakan bedah plastik dan mengizinkan praktik tersebut bagi mereka yang benar-benar membutuhkan tindakan ini. Segala perkembangan teknologi dalam sistem Islam akan senantiasa diselaraskan dengan hukum syarak.
Wallahu’alam bishawab. []
Seharusnya standar cantik itu bukan dari fisiknya, tetapi dari akhlak dan ketakwaannya kepada Allah.
Barakallah untuk mbak Arum Indah
Definisi cantik ala kapitalisme memang ngeri. Orang rela menghabiskan banyak uang, waktu, bahkan rela tubuhnya sakit akibat operasi plastik yang dilakukan hanya untuk tampil “cantik”.
Tampil cantik ala plastik di alam kapitalisme, harganya selangit menguras duit, eh ujung-ujungnya ya menua juga hehe
Barakallah Mb Arum naskahnya keren
Ih ngeri lho bacanya. Ga cantik ga pa2 wis timbang operasi plastik. He he
Definisi cantik ala kapitalis selalu tentang fisik, Standarnya berubah-ubah sesuai maunya industri. Para wanita merupakan market besar buat industri kecantikan. Beginilah eksploitasi manusia dalam kapitalisme
Standar cantik yang dibuat untuk mendukung industri kecantikan dan pariwisata medis ala kapitalisme
Manusia berlomba2 ingin cantik dengan melakukan operasi plastik. Demi memiliki kesempurnaan fisik, manusia sampai berani melanggar syariat-Nya.
Allah saja tidak melihat pada bentuk rupa dan harta manusia, tp pada hati dan amalan.
Ingat katanya Cherrybelle: You are beautiful, beautiful, beautiful… kamu cantik- cantik dari hatimu…
Lagipula, kecantikan itu tidak akan bertahan selamanya. Mau dipermak seperti apa pun, nanti juga pasti memudar.
So, ya fokuslah mempercantik hati dan memperbanyak amalan.
Padahal Allah sudah memberikan sebaik² bentuk kepada mereka, tapi manusia dalam sistem kapitalisme selalu merasa kurang puas dan berani mengubah hasil ciptaan Allah, apa yang seharusnya tidak mereka pertanggung jawabkan akan mereka pertanggung jawabkan nanti di akhirat..
Ngeri ya kalau standar kecantikan sudah beralih ke fisik. Orang akhirnya berlomba-lomba untuk cantik dengan berbagai cara, termasuk operasi plastik tanpa peduli lagi bahaya juga halal dan haramnya.