Green roof dan cool roof memang berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi energi, tetapi dua model atap itu bukanlah solusi tuntas untuk menyelesaikan pemanasan global.
Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Green roof dan cool roof adalah dua sistem atap hunian terbaru yang diluncurkan PT MONIER (BMI) di pagelaran BCI Equinox pada Jumat (15-11-2024). Managing Director PT MONIER Susanto menuturkan bahwa dua model sistem atap hunian ini merupakan jawaban atas pemanasan global yang terjadi. Dua atap berteknologi modern ini diklaim mampu meredam panasnya iklim di bumi. Berbagai riset memang telah membuktikan bahwa suhu panas di bumi tahun 2024 meningkat 1% dibandingkan tahun 2023. PT MONIER pun mengembangkan inovasi atap terbaru untuk berkontribusi terhadap penurunan suhu di bumi. (koranproperti.com, 17-11-2024)
Tingginya permintaan terhadap energi global memang telah berdampak pada emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim. Bangunan dinilai menjadi salah satu objek yang paling bertanggung jawab atas tingginya konsumsi energi global. Studi pun dilakukan untuk meneliti potensi penghematan energi dengan menggunakan green roof dan cool roof.
Mengenal Green Roof
Green roof ialah model atap yang memiliki sistem yang bisa mengurangi polusi udara, meredam panas, dan memperindah atap rumah. Atap ini mampu menahan panas dari 5 hingga 25 derajat celsius. Nantinya, atap rumah model green roof ini akan dibuat mendatar dan ditanami dengan tanaman hias ataupun pohon. Pihak BMI berani menjamin akar tanaman tidak akan menjalar ke dinding rumah karena green roof memiliki empat lapisan, yakni:
- Lapisan pertama berupa filter penyaringan.
- Lapisan kedua berupa penampungan air bagi tanaman atau pohon yang akan ditanam.
- Lapisan ketiga berfungsi sebagai tempat penyaringan akar tanaman dan air.
- Lapisan terakhir berfungsi sebagai waterproofing terhadap akar dan air agar tidak menembus dinding rumah.
Mengenal Cool Roof
Cool roof berfungsi untuk mengurangi panas hingga 10 derajat celsius sehingga hunian akan terasa adem dan penghuni rumah pun merasa nyaman. Sistem atap ini bekerja dengan tiga lapisan penghalang panas.
Lapisan itu terdiri dari:
- Lapisan pertama berupa atap beton yang berfungsi menyusutkan panas dengan merefleksikan sinar matahari.
- Lapisan kedua berupa ventilasi atap yang berfungsi sebagai sirkulasi udara agar panas berkurang.
- Lapisan ketiga berupa insulator pengurang panas yang disebut dengan Monier Radenshield.
Cara Kerja Green Roof dan Cool Roof
Green roof bekerja dengan sistem tanah dan tumbuhan sebagai insulasi, sedangkan cool roof memiliki sistem untuk memantulkan cahaya matahari. Meski berbeda sistem, kedua inovasi atap ini sama-sama memiliki fungsi untuk mengurangi beban energi bangunan. Atap ini dapat menopang hamparan tanah yang akan ditanami dengan berbagai tanaman dan pepohonan. Tanah dan vegetasi yang terdapat di atap justru akan melindungi bangunan dan memperlambat limpasan air.
Cool roof dapat memantulkan sinar matahari lebih banyak daripada atap rumah tradisional sehingga panas permukaan atap dan udara di sekitarnya dapat berkurang. Hal ini akan mengurangi beban pendingin bangunan. Lebih jauh lagi, cool roof akan mampu mengurangi efek panas secara keseluruhan di kota-kota.
Penghematan Energi
Lewat pendekatan pengurangan energi bangunan inilah, green roof dan cool roof diklaim mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga berkontribusi dalam penurunan suhu panas di bumi. Studi tentang penggunaan green roof dan cool roof telah dilakukan di enam kota dari berbagai negara dengan kondisi iklim yang berbeda, yakni Hong Kong, Kairo, Seoul, London, Los Angeles, dan Sao Paulo. Penelitian ini dilakukan selama satu tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan green roof mampu mengurangi penggunaan energi bangunan sebesar 63,38% hingga 83,21%, sedangkan penggunaan cool roof mampu menekan penggunaan energi sebesar 67,18% hingga 86,70%.
Butuh Biaya Mahal
Pemasangan green roof membutuhkan dana sebesar Rp500 hingga Rp600 ribu per meter persegi, sedangkan untuk pemasangan cool roof setidaknya memerlukan dana sebesar Rp200 hingga Rp300 ribu per meter persegi. Jadi, untuk membuat model atap modern ini dengan rumah yang memiliki ukuran 60 meter persegi, membutuhkan dana sedikitnya Rp30 juta untuk green roof dan minimal Rp12 juta untuk cool roof. Ini belum termasuk biaya lain-lain.
Mahalnya inovasi dua atap modern ini tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalisme yang dianut negara-negara di dunia hari ini. Kapitalisme menilai bahwa setiap inovasi yang lahir dari rahim kapitalisme adalah jalan untuk mendulang cuan. Hasil-hasil penelitan kerap digunakan untuk kepentingan swasta, bukan untuk kepentingan umat. Penemuan dan inovasi yang ada justru digunakan untuk meningkatkan keuntungan korporasi. Tidak heran, sistem kapitalisme memang menjadikan materi sebagai tujuan dalam tiap perbuatan.
Bukan Solusi Tuntas
Green roof dan cool roof memang berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi energi, tetapi dua model atap itu bukanlah solusi tuntas untuk menyelesaikan pemanasan global. Melansir dari climate.ec.europa.eu, penyebab terbesar pemanasan global adalah efek rumah kaca, yakni atmosfer bumi bertindak layaknya kaca yang memerangkap panas matahari dan mencegahnya kembali ke ruang angkasa. Aktivitas manusia yang menghasilkan karbon dioksida, metana, oksida nitrogen, dan gas terfluorinasi meningkatkan efek rumah kaca di atmosfer bumi. Baca juga: Indonesia Hadapi Gelombang Panas, Siapkah?
Lebih lanjut, pembakaran migas dan batu bara merupakan penyumbang karbon dioksida terbesar. Kondisi ini makin parah saat deforestasi terus terjadi. Hutan yang berfungsi membantu mengatur iklim dengan menyerap karbon dioksida malah harus kehilangan fungsinya karena alih fungsi. Hutan-hutan justru digunduli demi kepentingan para pebisnis. Sistem ini telah memberikan izin kepada pihak swasta untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara bebas, termasuk membabat hutan. Jika ditelusuri lebih lanjut, berbagai petaka yang terjadi di dunia adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme.
Khilafah Menjamin Kebutuhan Rumah
Berbeda dengan kapitalisme, sistem Islam akan bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan dan kelayakan hunian bagi seluruh warga negaranya. Khilafah akan menganalisis urgensi green roof dan cool roof bagi kemaslahatan umat. Jika keberadaannya sangat penting bagi kemaslahatan umat, Khilafah akan mengupayakan terealisasinya atap tersebut. Setiap warga negara bisa memperolehnya dengan harga yang sangat terjangkau atau bahkan gratis.
Khilafah akan menghargai setiap penemuan atau inovasi warga dengan memberikan penghargaan yang sesuai. Ini sebagaimana dahulu Khilafah pernah menghargai karya umat dengan memberikan emas seberat buku bagi warganya yang menulis buku. Semua inovasi yang ada di dalam Khilafah ditujukan semata untuk kemaslahatan umat, bukan korporat. Kemaslahatan umat adalah segala sesuatu yang bisa mendatangkan kebaikan dan menjauhkan bahaya bagi umat.
Lebih dari itu, penyelesaian masalah pemanasan global tidak hanya dicukupkan dalam perkara cabang. Khilafah akan menyelesaikan masalah ini dari akarnya. Khilafah akan menghentikan berbagai aktivitas yang berpotensi merusak dan berbahaya bagi bumi. Islam telah membedakan antara kepemilikan individu, umum, dan negara. Dengan pembedaan ini, tidak akan ada aktivitas eksploitasi sumber daya alam dan deforestasi. Sumber daya alam dan hutan adalah milik umat yang hasilnya wajib digunakan untuk kemaslahatan umat.
Khatimah
Green roof dan cool roof dalam sistem kapitalisme hanya menjadi ladang cuan bagi korporasi. Tentunya hanya orang-orang berduit yang dapat menikmati dua atap berteknologi modern ini. Setiap inovasi yang lahir dari rahim kapitalisme, semuanya hanya akan menjadi kepentingan pihak swasta.
Sementara itu, Khilafah menjadikan setiap penelitian dan inovasi untuk kemaslahatan umat. Setiap warga negara akan dimotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada umat sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 148 yang artinya, “Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan.”
Wallahua'lam bishawab. []
Solusi ala kapitalisme adalah solusi pada permukaan saja, sementara akar masalahnya tidak disentuh. Betapa tidak mudahnya untuk menyingkapkan kabut yang menghalangi pandangan manusia terhadap akidah sekuler yang menurunkan sistem kapitalisme.
Bukan solusi tuntas