Ngeri, Bullying Kian Nyaring

Bullying

Sesungguhnya Islam memiliki solusi atas permasalahan bullying atau perundungan, karena sistem Islam memanusiakan manusia dan berasal dari Sang Pencipta.

Oleh. Setya Kurniawati
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyampaikan selama Januari—Agustus 2023 tercatat ada 379 anak usia sekolah menjadi korban bullying atau perundungan di lingkungan sekolah mereka. Menurutnya, bullying di Indonesia sudah darurat karena kasus tersebut dari waktu ke waktu tidak menurun, tetapi makin bertambah. Jadi, terangnya, sekolah bukan lagi menjadi tempat yang aman dari kekerasan.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti, kasus perundungan paling besar terjadi di lingkungan sekolah dan paling banyak di SD dan SMP sekitar 50%, SMA dan SMK persentasenya sama-sama 18,78%, sanawiah dan pondok pesantren masing-masing 6,25%. (Katadata, 7-8-2023)

Salah satu contoh kasusnya yaitu MHD (9), bocah kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023).

Korban dilarikan ke rumah sakit karena kejang-kejang dan sebelum meninggal dunia, korban tidak sadarkan diri selama 3 hari. Hasil visum korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak.

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. ini adalah sebagian kasus yang tercatat, kasus yang tidak tercatat pasti masih banyak lagi. Kemudian sebenarnya, apa yang menjadi faktor penyebab bullying sehingga anak negeri begitu sadis?

Pertama, faktor keluarga. Keluarga yang memiliki peran sebagai pencetak generasi kini jauh dari pemahaman Islam. Dengan demikian, mereka memproduksi anak-anak yang jauh dari Islam. Seorang ibu yang seharusnya fokus untuk mendidik anak kini banyak yang disibukkan bekerja karena tuntutan ekonomi. Apalagi tidak sedikit keluarga yang broken home atau tidak harmonis sehingga menjadi stimulus bagi anak untuk mencari perhatian di luar keluarga, salah satunya dengan aksi bullying. Tidak sedikit pula anak mendapatkan perlakuan bullying di rumah mereka oleh keluarga sehingga mereka mengekspresikan apa yang diterima ke luar rumah, kepada temannya.

Kedua, sekolah. Kurikulum sekolah hanya fokus pada akademik dan mencetak generasi pekerja sehingga akhlak dan agama kurang menjadi perhatian. Padahal agama adalah fondasi seseorang untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama.

Ketiga,media. Banyak dari pelaku _bullying terpengaruh oleh apa yang mereka tonton di media. Gim online, misalnya, tidak sedikit yang menyuguhkan kekerasan fisik. Sudah banyak pakar yang menyampaikan dampak bahaya gim online, tetapi negara tetap memfasilitasi demi keuntungan materi semata.

Kebijakan negara yang abai terhadap akhlak anak negeri dan mengedepankan materi lahir dari pemahaman sekuler yaitu fondasi agama ditinggalkan untuk mengatur kehidupan. Alhasil setiap individu perilakunya pun tidak terikat dengan apa pun, melainkan hanya hawa nafsu yang menguasai. Ia menjadi orang yang kehilangan arah dan tujuan hidup. Setiap aktivitasnya tidak takut dengan hisab dosa.

Sesungguhnya Islam memiliki solusi atas permasalahan bullying atau perundungan, karena sistem Islam memanusiakan manusia dan berasal dari Sang Pencipta. Bullying akan hilang apabila kehidupan Islam diterapkan. Bagaimana caranya?

Pertama, keluarga yang dibangun dengan landasan akidah Islam akan mengantarkan keluarganya menuju derajat sakinah mawadah dan rahmah. Rumah akan menjadi baiti jannati, tempat para penghuninya saling menguatkan keimanan dan bekerja sama. Ibu akan menjalankan tugas utamanya yaitu menjadi madrasatul ula bagi anak-anak mereka, mencurahkan kasih sayangnya dan menancapkan ilmu agama.

Begitu pun ayah, akan selalu ada untuk menjadi teladan bagi anak dan istrinya dan tidak mencukupkan diri sekadar sudah bekerja untuk menafkahi. Walhasil akan lahir dari keluarga muslim sosok individu yang lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang.

Kedua, sistem pendidikan akan menjadikan akidah Islam sebagai landasan dan fokus pada pembentukan syakhsiah anak didik. Sekolah akan memastikan bahwa pola pikir dan pola sikap anak didik berlandaskan Islam. Dari sinilah lahir interaksi antarsiswa yang senantiasa diliputi dengan kebaikan akhlak mereka. Jangankan merundung, mereka akan berlomba-lomba untuk saling tolong-menolong satu dengan yang lainnya.

Ketiga, negara mendukung penuh dan memfasilitasi kondisi ketakwaan rakyatnya. Contohnya dari segi media akan difilter, apabila tampak menjadi wasilah terbentuknya karakter bullying, akan segera dihilangkan, sekalipun seolah menguntungkan negara secara ekonomi. Pelakunya akan diberi sanksi keras, baik penyebar konten kekerasan ataupun pelaku bullying, sebab keduanya telah melanggar syariat. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Setya Kurniawati Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Di Balik Kesuksesan Deklarasi Balfour
Next
Deepfake, Kenali dan Waspadai
4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram