Bagaimana menancapkan akidah yang kokoh dalam benak mereka sehingga mereka tidak gampang goyah atau rapuh dalam menghadapi masalah kehidupan.
Oleh. Dyah Rini
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Siapa generasi Zoomer itu? Mereka disebut juga generasi Z (gen Z).
Gen Z dalam teori generasi menurut Graeme Codrington dan Sue Grant- Marshall, adalah sebutan yang disematkan kepada mereka yang lahir antara tahun 1995- 2010 atau mereka yang hidup di akhir abad 20 dan awal abad 21 (Wikipedia). Jadi mereka hidup dalam era kecanggihan teknologi. Maka wajar mereka menjadi mahir dalam sosial media, dan menguasai seluk beluk internet. Namun sayang, nasib mereka tak seindah kecanggihan yang mereka kuasai. Mengapa kondisi itu menimpa gen Z? Perlakuan seperti apa yang harusnya diberikan kepada mereka?
Diwartakan Republika.co.id, Piter Abdullah, Direktur Riset Center Reforme on Economics mengatakan bahwa generasi Z banyak yang menjadi pengangguran di negerinya sendiri.
Piter mengaitkan kondisi ini dengan kelemahan perekonomian dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mereka. Pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi (lebih dari tiga juta per tahun) tidak mampu diserap oleh industri. Sabtu (11/11/2023)
Kelebihan Generasi Z
Dikutip dari laman Merdeka.com, generasi Z mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan generasi sebelumnya. Kelebihan itu meliputi:;
Pertama, mereka adalah generasi yang mahir terhadap teknologi. Mereka terlahir di zaman kecanggihan aplikasi komputer. Kedua, generasi Z suka berkomunikasi. Berbagai jejaring sosial mereka kuasai sebagai sarana mengungkapkan ekspresi. Bahkan terkesan tanpa mengenal batas. Hingga menabrak norma kesopanan.
Ketiga, mereka suka mengumbar privasi. Jejaring sosial yang mereka kuasai digunakan untuk menunjukkan segala hal yang dialaminya atau yang dilakukannya sampai pada hal-hal yang privasi.
Keempat, lebih mandiri dan toleran. Disinyalir mereka sering mengambil keputusan secara mandiri tanpa melibatkan peran dan pertimbangan orang lain. Generasi ini juga menghormati perbedaan dengan lapang dada.
Kelima, penuh ambisi.
Generasi Z tidak cepat merasa puas terhadap hasil. Selalu ingin terus berkembang, bahkan hingga bersinggungan dengan kepentingan orang lain.
Kekurangan Gen Z
Di tengah kecanggihan teknologi ternyata juga berpengaruh terhadap kondisi mental generasi Zoomer ini. Dilansir dari Liputan6.com, generasi Z rentan dengan kesehatan mental seperti kecemasan yang intens. Ketergantungan gen Z yang berlebihan terhadap teknologi berisiko pada kesehatan fisik dan mentalnya. Ketidakstabilan pekerjaan yang tinggi disinyalir juga menjadi pemicu timbulnya stres. Bahkan ketidakmampuan mengelola stres bisa mengarah pada tindakan bunuh diri. Pun sikap terbukanya terhadap berbagai pandangan dan pola pikir menyebabkan perubahan identitas secara drastis.
Melihat potensi kebaikan dan keburukan yang ada pada gen Z tersebut, maka perlu disikapi secara bijak. Bagaimana melejitkan potensi kebaikannya untuk kemaslahatan umat. Dan bagaimana meredam keburukannya, sehingga tidak membawa mafsadat terhadap umat. Ada beberapa penemuan fakta yang terjadi pada IGeneration (Generasi Internet) ini.
Dilansir dari Kumparan.com, ada beberapa alasan mengapa generasi Zoomer itu banyak yang menganggur.
Pertama, mereka cenderung mengejar pendidikan yang lebih tinggi dalam rangka mempersiapkan persaingan dunia kerja. Sehingga waktu mereka tersita di bangku kuliah atau mengejar sertifikasi.
Kedua, mereka yang mencari pekerjaan pun sangat selektif, yang sesuai dengan harapan. Bahkan mereka rela menganggur dari pada berada di tempat kerja yang tidak cocok.
Ketiga, ketatnya persaingan dunia kerja menjadikan mereka yang tidak tersaring akhirnya terlempar. Bagi mereka yang masih memiliki semangat, akan berusaha menciptakan bisnis sendiri berbekal kemampuannya di bidang teknologi dari pada menjadi karyawan. Mereka juga sering mengambil keputusan menjadi 'pekerja lepas' yang dianggap lebih fleksibel.
Pentingnya Penanaman Akidah yang Kokoh
Sejatinya dalam memperlakukan generasi Z tidak hanya sekadar mempersiapkan mereka di dunia kerja. Ada sesuatu yang amat penting ditanamkan dalam diri mereka. Di tengah arus globalisasi dan kecanggihan teknologi. Bagaimana menancapkan akidah yang kokoh dalam benak mereka sehingga mereka tidak gampang goyah atau rapuh dalam menghadapi masalah kehidupan. Tidak mudah stres dan berpikiran sesat seperti kasus yang banyak diberitakan media tentang maraknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mereka.
Penancapan akidah itu sebenarnya dimulai dari lingkungan awal mereka hidup, yakni keluarga. Peran orang tua sangat urgen. Ayah dan ibu harus punya visi dan misi yang sama dalam mencetak generasi tangguh. Mulai dini anak dipahamkan siapa dirinya? Untuk apa ia ada di dunia? Dan ke mana ia akan kembali setelah kehidupan dunia? Jika pertanyaan ini bisa dijawab dengan jawaban yang benar dan seiring dengan perkembangan anak, maka semua permasalahan yang ditemuinya akan bisa dilalui dengan tenang. Mereka tidak akan larut dalam gemerlap dunia. Kecanggihan teknologi akan disikapi dengan bijak. Ia tidak akan berlama-lama dengan gadget hingga melalaikan aktivitas yang lain yang bernilai ibadah dan statusnya wajib. Mereka akan gemar terus mengkaji Islam, bahkan menggunakan gadget sebagai sarana dakwah. Mereka memahami ada sesuatu yang pasti yang harus dipersiapkan menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.
Dukungan Masyarakat dan Negara
Masyarakat sebagai lingkungan tempat berinteraksi diharapkan juga mendukung keberadaan gen Z. Masyarakat hendaknya memperlakukan mereka dengan bijak, mengubah mindset yang menganggap mereka tidak bekerja kalau tidak menjadi pegawai negeri misalnya. Negara pun tidak kalah penting dukungannya. Bahkan sedari awal negara harusnya merancang sistem pendidikan yang tidak hanya melahirkan generasi produktif, tetapi generasi yang menjadi pionir, pemimpin peradaban yang tangguh sekelas generasi zaman kegemilangan Islam.
Dimulai dengan merancang kurikulum yang berlandaskan akidah Islam, sehingga lahir generasi yang memiliki kepribadian Islam. Generasi yang cara berpikir dan bersikapnya selalu dipimpin akidah Islam. Tsaqofah Islam diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Ilmu sains, teknik, fisika diajarkan dengan bentuk yang mampu mewujudkan tenaga ahli, hingga bisa menciptakan sesuatu yang menunjang kemajuan industri dan aspek lainnya.
Daulah Islam Mampu Mewujudkan Generasi Pionir
Rasulullah saw. sebagai peletak pertama Daulah Islam menunjukkan bukti tidak terbantahkan berhasil mencetak generasi yang mampu memimpin peradaban. Generasi yang berilmu (intelek) dan ahli ibadah. Dalam buku Sistem Pendidikan di Masa Khilafah karangan Aburrahman al-Bagdadi , disebutkan bahwa Rasulullah pernah mengutus dua orang sahabat ke Yaman untuk mempelajari teknik pembuatan senjata mutakhir sejenis tank yang diberi nama dabbabah. Rasulullah juga mendorong kaum muslim mengembangkan busur-busur panah. Rasulullah bersabda: "Dengan ini, dengan busur-busur, tombak, Allah Swt. mengukuhkan kekuasaanmu di dalam negeri, dan menolong kalian atas lawan-lawanmu." ( Lihat, Ibnul Qoyyim, Al Furusiyah, h.20)
Rasulullah juga mendorong kaum wanita mempelajari ilmu tenun, menulis, dan merawat orang-orang sakit. Asy-Syifa' binti Abdullah pernah diperintahkan Rasulullah untuk mengajari Hafshah Ummul Mukminin tentang menulis dan pengobatan dengan doa dan jampi.
Di masa khilafah sepeninggal beliau, khalifah meneruskan apa yang telah dilakukan Rasulullah. Sebagai contoh pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, para wali (gubernur) diperintahkan untuk memberi hadiah sebesar 1000 dinar (kurang lebih 4250 kg emas) kepada siapa yang tekun mengumandangkan azan, yang menghafalkan Al- Qur'an, yang tekun menuntut ilmu, dan yang rajin meramaikan majelis ilmu.
Contoh yang lain pada masa Khalifah Al-Muntashir, didirikan Madrasah al- Mustansiriah yang merupakan sekolah Islam terbesar di Bagdad dan bebas biaya. Para siswanya menerima bea siswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gr emas). Sarana dan prasarana disediakan agar siswa dapat mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuannya. Dan masih banyak lagi peran khilafah dalam mewujudkan generasi pionir. Maka seyogianya apa yang dilakukan Rasulullah dan khalifah sesudahnya menjadi contoh dalam mewujudkan generasi emas sebagaimana yang dicanangkan pemerintah.
Keberadaan gen Z mestinya diberdayakan oleh negara dengan memberi dukungan moril maupun material. Misalnya mendorong dan membantu dalam melakukan riset hingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Pun bagi mereka yang ingin mengembangkan bisnis & menciptakan lapangan kerja diberikan suntikan modal cuma-cuma agar usahanya bisa berkembang. Maka tidak akan ada cerita gen Z menganggur, mager, rebahan, putus harapan, dan sebagainya. Semua itu memang sulit diwujudkan dalam sistem sekuler- kapitalisme seperti saat ini. Untuk bisa mewujudkan harapan itu harus dirombak total seluruh sistem yang melingkupi kehidupan. Baik sistem pendidikan, ekonomi, sosial, hukum, pemerintahan dan sebagainya dengan Sistem Islam. Sistem yang berhasil menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah sebagaimana firman-Nya: "Kamu umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah …" (TQS. Ali- Imran : 110).
Wallahu 'alam bishawwab []
MasyaaAllah. .. dulu almarhumah rajin membalas orang yang mengomentari tulisannya.
Semoga menjadi amal jariah.
Mendidik generasi di era z penuh tantangan tersendiri. Di mana negara peran negara nihil. Ortu harus super ekstra menjaga, mengarahkan, membersamai dst. Apalagi tarikkan dunia luar (lingkungan) begitu kuat memberi pengaruh. Bila anak gak kuat pondasinya. Ya wassalam. Sesabar-sabarnya para ortu di mana pun berada. Semoga selalu diberikan kekuatan dlm menjaga buah hati tercinta. Aamiin
Barakallah mb Diah naskah kerennya. Sukses selalu.
Aamiin wa fik Barakallah Mbak Mimi
Ternyata tidak mudah mendidik gen Z dalam sistem kufur saat ini. Peran orang tua, masyarakat dan negara harus saling bersinergi untuk menjadikan mereka generasi penerus pejuang Islam. Barakallah mba @Dyah Rini. Dengan naskah ini jadi melek istilah zaman now. Maklum emak-emak kolotnial
Aamiin wa fik Barakallah Mbak Atien
Jazakillah sudah mampir
Gen Z dan semua generasi akan terjaga, terampil, dan saleh jika ada negara Islam yang menjaganya. Sekarang gen Z memang ditimpa problem kompleks yang mengakibatnya mereka kehilangan jati dirinya.
Benar Mbak rindu sekali sistem yang paripurna itu tegak kembali. Pasti semua problem kehidupan dapat disolusi.
Anakku yang pertama lahir tahun 2006 berarti gen Z...tapi lebih senang disebut gen Sa alias generasi saleh.
Barakallah gen Sa nya Pak Maman. Semoga mampu menjadi pionir yang salih. Apapun sebutannya itu hanya istilah teori generasi Pak. He he
Jazakunnallah khairan Mom Andrea dan Tim NP yang sudah menayangkan naskah saya. Semoga bermanfaat. Dan NP tetap terdepan dalam literasi media.
Sistem Islam, sistem yang berhasil menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah, sungguh benar adanya.
Benar Mbak sistem Islam telah terbukti secara historis berhasil memimpin dunia selama 13 abad. Sistem Islam juga mampu melahirkan para ahli sains & teknologi yang menjadi dasar- dasar perkembangan teknologi setelahnya.