Untuk masalah pengangguran, selain tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja, pada diri generasi Z juga harus ditanamkan bahwa bekerja adalah kewajiban setiap laki-laki sekaligus kehormatannya.
Oleh. Hadi Kartini
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Generasi Z atau penduduk usia muda disebut mendominasi jumlah pengangguran di Tanah Air. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah, mengatakan hal ini mencerminkan ketidakmampuan perekonomian menyediakan lapangan kerja yang cukup.
Menurut Piter, banyaknya pengangguran pada kelompok penduduk usia produktif termasuk Gen Z mengindikasikan perekonomian tidak mampu menyediakan lapangan kerja formal yang cukup, sehingga sebagian dari Gen Z masuk sektor informal. Namun, sebagian lagi menjadi pengangguran.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2023, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta dari total angkatan kerja mencapai 147,71 juta orang. Mayoritas didominasi oleh penduduk usia 15-34 tahun atau tergolong Gen Z (Republika.co.id, 11/11/23).
Generasi Z dan Teknologi
Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012. Generasi Z atau biasa disebut Gen Z adalah generasi usia produktif dan merupakan bonus demografi. Bonus demografi diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030 nanti. Di mana pada tahun tersebut generasi produktif lebih banyak dibanding usia lanjut yang tidak produktif, diiringi dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Generasi ini hidup di zaman teknologi dan mempunyai kemampuan menggunakan teknologi tinggi sejak dini. Keunggulan Gen Z dibanding generasi sebelumnya yaitu bisa memanfaatkan kemajuan teknologi di berbagai aspek.
Kemajuan teknologi tidak serta-merta menjadikan Gen Z menjadi generasi yang produktif. Jika Gen Z tidak bisa menyikapi perkembangan teknologi dengan bijak, bisa dipastikan Gen Z akan menjadi korban dari perkembangan teknologi itu sendiri. Menjadi pribadi yang individualis, egois, dan anti sosial adalah dampak buruk dari perkembangan teknologi, apabila tidak digunakan dengan tepat. Hal ini, juga bisa memicu kenakalan-kenakalan remaja, gangguan kesehatan akibat kurangnya pergerakan tubuh, bahkan bisa memengaruhi kesehatan mental karena kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Untuk menjadikan Gen Z menjadi generasi yang bisa menghadapi tantangan hidup, harus ada pihak yang mengarahkan supaya bijak menggunakan teknologi. Teknologi dimanfaatkan untuk menggapai masa depan yang cerah, bukan sebaliknya. Dibarengi dengan memberikan pendidikan keperibadian yang baik, tujuan pendidikan tidak melulu soal capaian materi yang nantinya akan diperoleh tetapi juga membentuk tingkah laku yang baik.
Generasi Z Banyak Menganggur
Besarnya persentase angka pengangguran saat ini, terutama usia produktif disebabkan beberapa faktor. Pertama, faktor generasi itu sendiri. Generasi Z yang terbiasa dengan perkembangan teknologi, dalam mencari lapangan kerja lebih pilih-pilih dari generasi sebelumnya. Mereka cenderung memilih pekerjaan yang sesuai dengan mereka, baik kondisi dan suasana tempat kerja, besaran gaji yang akan diterima, serta kenyamanan dalam bekerja. Jam kerja yang fleksibel lebih disukai generasi ini.
Generasi Z terbiasa dengan kehidupan yang serba mudah dengan teknologi. Dihadapkan dengan ribuan pencari kerja lainnya dan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan di suatu instansi membuat mereka lebih cenderung mundur sebelum mencoba. Karena terbiasa dengan kemudahan, banyak dari mereka memilih bekerja di sektor informal dibandingkan sektor formal dengan persaingan yang tinggi. Atau lebih memilih mengganggur karena tidak ada pekerjaan yang cocok dengan mereka. Generasi Z merupakan generasi yang serba instan, mereka ingin sukses tanpa proses. Banyak dari mereka yang memilih bekerja di dunia hiburan dibanding menjadi pegawai kantoran yang terikat dengan berbagai aturan.
Kedua, faktor lapangan pekerjaan yang sangat terbatas. Padahal, investasi yang masuk ke Indonesia tidak tanggung-tanggung. Banyak proyek-proyek yang sedang berjalan, harusnya membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tetapi apa daya, sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan saat ini membuat generasi kehilangan lapangan kerja di negerinya sendiri.
Sebagian besar aset negara diswastanisasi, SDA dikuasai asing, akibatnya pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyediakan lapangan kerja. Aset negara dan SDA yang dikuasai asing, dan asing juga yang membuat aturan-aturan dalam pengelolaannya termasuk dalam perekrutan tenaga kerja. Jadi tidak heran, banyak kita lihat orang asing yang bekerja di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, buruh kasar pun mereka datangkan dari luar negeri.
Inilah bentuk ketidakberdayaan pemerintah akibat diterapkannya sistem kapitalisme dalam bidang ekonomi. Pemerintah tidak bisa mengambil langkah untuk mengatasi penggangguran. Apalagi saat ini Indonesia mengalami bonus demografi. Jika bonus demografi ini dikelola dengan baik maka Indonesia maju yang diimpikan dapat terwujud. Namun sebaliknya, dampak buruk demografi adalah kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran meningkat dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Jika pemerintah tetap teguh dengan pendiriannya menerapkan sistem kapitalisme liberal maka dampak buruk bonus demografi tidak bisa dihindari. Pemerintahlah yang paling bertanggung jawab dalam masalah pengangguran ini. Untuk itu pemerintah harus bisa membuka lapangan kerja yang banyak dan mengubah peraturan-peraturan yang mengerdilkan peran pemerintah dalam mengelola SDA yang ada dan juga aset-aset negara.
Pemerintah harus berani beralih ke sistem yang lebih baik supaya bonus demografi tidak menjadi bencana serta memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menciptakan lapangan kerja yang luas dan sesuai dengan kondisi generasi saat ini. Karena teknologi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Dan generasi sebelumnya juga harus menguasai teknologi karena generasi sebelumnya mempunyai tugas mengontrol dan mengarahkan generasi Z untuk bijak dalam menggunakan teknologi.
Sistem Islam Atasi Pengangguran
Sistem yang terbukti menjadikan rakyatnya tidak ada yang menganggur adalah sistem Islam. Sistem Islam mempunyai kebijakan-kebijakan agar semua rakyatnya mempunyai pekerjaan. Di mana sistem Islam hanya bisa diterapkan di Negara Islam (Khilafah). Negara Islam menetapkan semua laki-laki yang mampu bekerja akan diberikan kesempatan untuk bekerja. Negara membuka lapangan pekerjaan yang luas di semua sektor, baik itu di sektor pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Negara juga memberikan bantuan modal untuk orang-orang yang mau berusaha secara mandiri tanpa mengharapkan timbal balik.
Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab penguasa terhadap kesejahteraan rakyatnya. Karena dalam Islam penguasa akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasar setiap individu. Dengan membuka lapangan kerja, penguasa sudah memenuhi sebagian kewajibannya dalam mengurusi rakyatnya. Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari menyatakan dengan jelas bahwa "Khalifah/kepala negara adalah pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas pengurusan rakyatnya."
Selain memberikan kesempatan bekerja bagi laki-laki yang produktif atau yang sanggup bekerja, Islam juga memberikan motivasi bagi laki-laki supaya tidak malas dalam mencari nafkah. Bekerja adalah salah satu cara menjaga kehormatan dari meminta-minta dan memelas kepada orang lain. Ini sesuai dengan hadis Rasullulah saw. yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, "Salah seorang dari kalian mencari kayu bakar (dengan cara dipikul) di atas punggungnya itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada seseorang, lalu orang itu boleh jadi memberi atau menolak untuk memberi dia".
Islam mewajibkan setiap laki-laki bekerja dengan makruf untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya. Islam mendorong orang untuk bekerja dan mencari rezeki. Rezeki memang sudah ditetapkan Allah Swt., tetapi Allah Swt. menilai usaha kita untuk menjemput rezeki tersebut yaitu dengan bekerja dan memberi ganjaran pahala yang besar untuk itu.
Dalam membentuk generasi, Islam memberikan pendidikan Islam dengan menanamkan akidah dan karakter yang kuat selain IPTEK. Pendidikan Islam melahirkan generasi tangguh, mempunyai rasa juang yang tinggi dan pantang menyerah dalam kondisi dan situasi apa pun. Sebut saja seperti Khalid bin Walid, Muhammad Al Fatih, Salahuddin Al Ayyubi mereka adalah panglima-panglima perang yang mumpuni dan pantang menyerah. Al Biruni, Al Kindi, Al Farazi, Ibnu Sina, dan banyak lagi ilmuwan-ilmuwan yang menghiasi peradaban Islam yang gemilang. Selain mereka ahli di bidang sains dan teknologi, mereka adalah ulama besar yang tsaqofah Islamnya tak diragukan lagi. Termasuk juga Imam empat mazhab yaitu, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal juga terlahir dari peradaban Islam.
Dari gambaran generasi pada kegemilangan Islam dapat kita simpulkan bahwa generasi pada masa itu adalah generasi tangguh dan cemerlang. Pantang menyerah untuk mencapai tujuan. Berbeda dengan generasi saat ini yang rapuh tidak tahan terhadap tantangan dan goncangan. Padahal, mereka hidup di zaman teknologi yang seharusnya bisa membuat mereka sukses dalam kehidupan, bukan sebaliknya.
Untuk masalah pengangguran, selain tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja, pada diri generasi Z juga harus ditanamkan bahwa bekerja adalah kewajiban setiap laki-laki sekaligus kehormatannya. Malas bekerja atau sengaja menjadi pengangguran akan mendapat kehinaan di dunia maupun di akhirat kelak.
Wallahu a'lam bissawab.[]
Sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan saat ini membuat generasi kehilangan lapangan kerja di negerinya sendiri, sehingga banyak dari mereka yang memilih cara instan untuk menghasilkan pundi2 rupiah.
Setuju Mbak..gen Z ini sebenarnya punya potensi untuk membawa kebaikan bagi Umat.. Karena kemahirannya dalam teknologi harusnya bisa memudahkan semua urusan masyarakat. Tapi ada satu hal yang memang harus ditancapkan dalam benaknya, yaitu akidah yang kokoh. Agar mereka tidak mudah goyah di tetpa batai ujian dunia.. Tidak mudah putus harapan dalam menghadapi masalah kehidupan.
Benar sekali mba. Gen Z terbiasa dimudahkan dengan fasilitas yang apa-apa serba on line. Tapi pemikirannya masih labil, jadi harus diarahkan sebaik-baiknya. Dan itu hanya ada di sistem Islam.
Barakallah mba @Hadi Kartini