Deepfake, Kenali dan Waspadai

Deepfake

"Barang siapa mencurangi (membohongi) kami, maka bukan termasuk golongan kami." (HR Muslim)

Oleh.Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kian hari, teknologi digital kian mencengangkan. Salah satunya adalah teknologi Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan buatan atau AI merupakan inovasi yang paling menggegerkan dunia pada akhir 2022. Sejak kemunculannya, AI telah menuai pro dan kontra. Ada banyak pihak yang terbantu oleh kehadirannya. Namun, AI menyimpan sisi gelap yang menakutkan. Tidak sedikit pihak yang resah dengan ancamannya di kemudian hari. Satu di antara AI yang paling “menakutkan” ini adalah Deepfake.

Deepfake adalah teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengubah atau memanipulasi video atau audio. Seseorang tampak seolah-olah sedang mengatakan atau melakukan sesuatu, padahal ia tidak pernah melakukannya. Dalam kasus terbaru dan mengundang kontroversi, seorang pengguna Deepfake mengunggah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedang berpidato dalam bahasa Mandarin. Tidak butuh waktu lama, konten tersebut langsung viral. Kementerian Komunikasi dan Informatika pun membuat klarifikasi bahwa video tersebut sepenuhnya dusta dan hasil rekayasa Deepfake. (cnnindonesia.com, 3/11/2023)

Deepfake Dapat Dideteksi

Belajar dari kasus Presiden Jokowi berpidato Mandarin, Deepfake merupakan ancaman terhadap keamanan bahkan stabilitas sebuah negara. Dalam kehidupan sehari-hari, Deepfake berpotensi digunakan untuk tindakan penipuan, pelecehan, merusak reputasi seseorang, dan memengaruhi opini publik. Di Inggris dan Hong Kong, terdapat dua kasus penipuan Deepfake audio. Pelaku menyamar dengan rekaman suara pejabat perusahaan dengan meminta anak buahnya untuk mentransfer sejumlah dana. (tribunnews.com, 8/11/2023)

Walaupun teknologi Deepfake terus berkembang dan tingkat realismenya makin meningkat, tetapi kini dapat dideteksi kepalsuannya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi Deepfake.

Pertama, pemeriksaan visual. Metode ini melibatkan pemeriksaan video atau audio secara manual untuk mencari tanda-tanda yang tidak konsisten atau tidak alami. Sebagai contoh, mencari ketidaksesuaian antara gerakan mulut dengan suara atau latar belakang (background) yang tampak kabur. 

Kedua, analisis algoritma. Metode ini melibatkan penggunaan algoritma untuk mendeteksi ketidaksempurnaan dalam video atau audio, misalnya algoritma dapat mencari pola yang tidak konsisten pada kulit dan ekspresi wajah yang tidak natural.

Ketiga, pemberian watermark (tanda air) pada konten-konten yang dihasilkan oleh AI. Sejumlah perusahaan teknologi pengembang AI, seperti OpenAI, Alphabet, Meta, Amazon hingga Microsoft pada bulan Juli lalu berkomitmen secara sukarela kepada Gedung Putih untuk menerapkan watermark pada setiap konten yang dihasilkan AI. Menurut Panji Wasmana dari Microsoft Indonesia, pihaknya telah menerapkan watermark secara bertahap pada platform AI mereka. Hal yang sama juga akan diberlakukan pada konten audio. (cnnindonesia.com, 3/11/2023)

Pandangan Islam terhadap Teknologi

Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah mendorong terciptanya berbagai teknologi. Pada masa-masa keemasan Islam, Hasan Ibn al-Haitsam menciptakan kamera obscura dan lensa pembesar setelah mengamati fenomena pantulan berkas cahaya. Jabir al-Hayyan terkenal sebagai Bapak Kimia setelah sukses menyintetis berbagai senyawa alkohol setelah mengamati sifat-sifat kimia benda. Maryam al-Ijliya merancang astrolab, alat untuk memprediksi, membantu navigasi, mengukur, menghitung, mengetahui posisi, dan dinamika benda langit dengan lebih mudah dan juga teliti. Al Haitsam, al-Hayyan, dan Maryam al-Ijliya hanya segelintir ilmuwan dari ribuan ilmuwan muslim yang ada.

Apa yang telah dilakukan oleh para ilmuwan muslim terdahulu merupakan jawaban dari seruan Allah Swt. dalam Al-Qur’an atas mereka. Allah Swt. telah mendorong manusia untuk mengamati dan memikirkan alam semesta seperti di dalam surah Ali Imran ayat 190-191,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi juga pada pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.'”

Di surah Al-Jatsiyah ayat 13, Allah Swt. berfirman,

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مِّنْهُ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ 

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat dari-Nya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.”

Kata sakhkhara (menundukkan) pada ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt. menundukkan semua ciptaan-Nya sesuai dengan peraturan-peraturan-Nya atau sunatullah. Tatkala manusia dapat dengan jernih menggunakan akalnya untuk memahami berbagai fenomena di alam ini (sunatullah), niscaya akan mengantarkan manusia pada pengetahuan baru. Dari pengetahuan inilah berkembang beragam teknologi yang ditujukan untuk melayani dan memudahkan umat dalam beraktivitas sehari-hari, terutama dalam beribadah.

Hukum Membuat Hoaks dengan Deepfake

Dikutip dari sanadmedia.com (7/1/2022), Darul Ifta Mesir melarang penggunaan teknologi Deepfake sebab mengandung unsur pembohongan publik, hoaks, dan pemutarbalikan fakta. Otoritas fatwa Mesir itu mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا

"Barang siapa mencurangi (membohongi) kami, maka bukan termasuk golongan kami."

Hadis ini sangat jelas dan lugas melarang dan mengharamkan pembohongan, apa pun bentuknya. Ketika Islam mendorong berinovasi, rambu-rambu syariat harus tetap diperhatikan.

Keharaman membuat Deepfake ini diperkuat oleh hadis Rasulullah saw. tentang larangan merugikan orang lain,

لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah)

Tidak dimungkiri, teknologi Deepfake ini memang “menakutkan”. Dibandingkan manfaatnya, mudaratnya jauh lebih besar. Sejauh ini, Deepfake hanya dimanfaatkan untuk industri hiburan sebagai lelucon dan memainkan peran pengganti dalam film. Selebihnya, Deepfake hanya menghadirkan deretan kemudaratan bagi umat.

Dalam Islam, penjagaan atas jiwa merupakan salah satu maqhasid syariah. Oleh karena itu, teknologi Deepfake dalam Khilafah tidak akan pernah ada. Negara Khilafah tidak akan pernah membiayai dan meloloskan teknologi yang mendukung pada kemaksiatan.

Panduan Memanfaatkan Teknologi dalam Islam

Islam memandang teknologi sebagai sarana untuk melayani kemaslahatan umat. Artinya, Islam akan memastikan penggunaan teknologi semata-mata hanya untuk kebaikan dan kemaslahatan. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan teknologi, umat Islam harus berpegang pada prinsip-prinsip berikut:

Pertama, teknologi digunakan dengan tetap memperhatikan syariat Islam. Di dalam Islam, tidak ada perbuatan yang luput dari hukum syarak. Oleh karena itu, saat memanfaatkan teknologi pun harus tunduk pada hukum taklifi maupun hukum wad’i. Sebagai contoh, teknologi tidak boleh digunakan untuk tujuan yang haram, seperti penyebaran fitnah, pornografi, atau kekerasan. Sebaliknya, teknologi harus digunakan untuk kegiatan yang positif, produktif, dan meluaskan syiar Islam.

Kedua, teknologi harus digunakan secara bijak dan bertanggung jawab sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Pengguna tidak boleh memanfaatkan teknologi hingga melalaikan kewajiban-kewajibannya sebagai muslim. Tidak boleh pula menyebarkan informasi tanpa diketahui validitasnya.

Khatimah

Demikianlah, ketika Islam tidak lagi memimpin dunia, umat manusia berada dalam titik nadir peradaban. Mereka tidak memiliki pedoman hidup sebagaimana yang dikendaki oleh Allah Swt. Inovasi-inovasi yang diciptakannya menabrak aturan-aturan Allah. Pada akhirnya, inovasi yang seharusnya melayani kemaslahatan manusia, justru menyebabkan kesengsaraan.
Oleh karena itu, Islam harus kembali memimpin dunia. Khilafah sebagai institusi pemerintahan akan menerapkan syariat Islam di seluruh lini kehidupan. Umat manusia pun niscaya selamat dunia akhirat. Wallahua'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Haifa Eimaan Salah satu Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. pernah memenangkan Challenge bergengsi NarasiPost.Com dalam rubrik cerpen. beliau mahir dalam menulis Opini, medical,Food dan sastra
Previous
Ngeri, Bullying Kian Nyaring
Next
Pengurangan Bansos, Pemelaratan Massal di Tengah Kesulitan Kehidupan
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Deena
Deena
1 year ago

Teknologi seperti pisau bermata dua, bisa menjadi baik, bisa menjadi buruk.
Dengan Islam, maka itu pasti membawa masalahat

haifa
haifa
Reply to  Deena
1 year ago

betul. hanya Islam mampu mengatasi seluruh persoalan hidup manusia

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Kecanggihan teknologi digital hanya akan aman jika dilandasi akidah Islam dan penerapan aturan Allah secara sempurna
Barakallah mba Haifa

haifa
haifa
Reply to  Dewi Kusuma
1 year ago

wabarakallahu fiik, Bunda Dewi

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Makin ngeri juga ini teknologi AI ya. Teknologi canggih yang berkembang di sistem yang salah, makan akan banyak mendatangkan kemudaratan seperti saat ini.

haifa
haifa
Reply to  Sartinah
1 year ago

super ngeri mmg, Mba. kemudharatan Deepfake ini ibarat bola salju

Bedoon Essem
Bedoon Essem
1 year ago

Tambah mengerikan nih kapitalisme sekuler..

Haifa
Haifa
Reply to  Bedoon Essem
1 year ago

Bener, Mba
Dari sekian banyak teknologi AI, Deepfake ini yg paling mengerikan dampak negatifnya

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram