Waspada Gangguan Mental Mengintai, Islam Solusinya

"Gangguan mental tidak boleh diabaikan begitu saja, karena hal ini sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang, bahkan menghalangi terwujudnya generasi yang maju dan cemerlang. Oleh karena itu, perlu kita pahami apa penyebab dari makin meningkatnya penderita gangguan mental terlebih pascapandemi Covid-19."

Oleh. Nining Sarimanah
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Umat)

NarasiPost.Com- Memiliki tubuh sehat, baik secara fisik maupun psikis, adalah salah satu kewajiban yang harus diwujudkan oleh individu manusia. Sebab, tanpa keduanya setiap aktivitas yang dilakukan tak akan bisa berjalan dengan lancar dan nyaman. Namun, saat ini kita dibuat prihatin mendapati sebagian dari masyarakat negeri ini khususnya remaja mengalami gangguan mental. Gangguan ini jika tidak ditangani secara cepat dan tepat maka akan berujung fatal yaitu bunuh diri. Sangat disayangkan, gangguan tersebut tanpa disadari oleh si penderita sebagai gangguan mental. Maka, kondisi ini harus mendapat perhatian serius, baik oleh individu, masyarakat, terlebih negara.

Menurut penelitian yang dilakukan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat (AS), menemukan sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia masuk dalam kelompok Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Kemudian disusul dengan gangguan depresi mayor, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan perilaku, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Gangguan kecemasan termasuk gangguan mental yang umum diderita, namun bukan berarti gangguan ini bersifat ringan. Berdasarkan riset tahun 2021 yang dilakukan Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran, sebanyak 96,4 persen dari hampir 400 remaja yang disurvei kurang memahami bagaimana cara mengatasi stres akibat dari masalah yang sering mereka alami. Adapun penyebab gangguan ini merupakan akumulasi berbagai faktor mulai dari sistem syaraf, genetik, lingkungan sekitar, dan keluarga. (Theconversation.com, 12/10/2022)

Gangguan mental tidak boleh diabaikan begitu saja, karena hal ini sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang, bahkan menghalangi terwujudnya generasi yang maju dan cemerlang. Oleh karena itu, perlu kita pahami apa penyebab dari makin meningkatnya penderita gangguan mental terlebih pascapandemi Covid-19. Dengan mengetahui secara jelas dan pasti akar persoalannya, maka akan memudahkan bagi kita dalam menangani dan mengatasi masalah tersebut.

Penyebab Gangguan Mental

Faktor yang melatarbelakangi gangguan mental memang cukup kompleks, bukan hanya dari sisi internal dan eksternal saja, tapi lingkungan dan pembangunan yang kapitalistik turut andil dalam menciptakan kondisi tersebut.

Faktor internal bermuara pada diri penderita gangguan mental. Ini sangat berkaitan erat dengan kemampuan dia dalam memandang kehidupan juga penerimaan terhadap ketetapan Allah baginya. Mereka ini biasanya adalah orang-orang yang tidak siap menerima apa pun yang sudah ditetapkan-Nya. Bahkan menurut persepsinya, qadha Allah adalah sesuatu yang buruk untuknya. Misalnya, masalah penyakit yang tak kunjung sembuh, adanya perubahan fisik (kegemukan), bentuk fisik yang tidak sempurna menurut pandangannya, trauma pada masa kecil, dan hal lainnya yang menyangkut masalah pribadi.

Adapun faktor eksternal berhubungan dengan di luar diri penderita gangguan kesehatan mental. Contohnya, tekanan ekonomi yang mendera masyarakat, hubungan pertemanan, keluarga yang mengalami disharmoni dan disfungsi, masalah sekolah atau pekerjaan, termasuk lingkungan masyarakat yang jauh dari norma agama.

Penerapan sistem ekonomi kapitalisme oleh negara memaksa dan mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa peran penguasa. Padahal masyarakat memiliki keterbatasan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, akibatnya terjadi kemiskinan akut yang menjadi potret buram negara ini. Gap sosial antara si kaya dan si miskin makin lebar di tengah sumber daya alam yang melimpah ruah, persaingan ekonomi tak sehat pun tampak di depan mata. Sulitnya mendapatkan cuan dalam memenuhi kebutuhan hidup memaksa para ibu membantu para bapak dalam nafkah. Akhirnya ia memikul beban ganda yaitu menjadi ummu wa rabbatul bait sekaligus penopang ekonomi keluarga. Dampaknya anak-anak minim bimbingan dan pengawalan yang penuh dari kedua orang tuanya sehingga terjalinlah pola relasi di tengah keluarga yang penuh tekanan. Lalu, mereka belajar pada lingkungan yang kondisinya sama yaitu mengidap stres sosial seperti kekacauan dan kejahatan menjadi fenomena yang biasa kita jumpai.

Mirisnya, justru negara pun ikut berperan merusak generasi kita dengan kebijakan media yang longgar di mana pornoaksi, pornografi, perilaku menyimpang, dan kekerasan bisa dilihat dan dipelajari melalui media baik sosial maupun elektronik dengan mudah. Semua itu terjadi karena sistem yang diterapkan selama ini adalah sistem sekularisme kapitalisme yang mengagungkan kebebasan di setiap lini kehidupan.

Sekularisme yang menjadi asas kapitalisme telah nyata mengikis keyakinan yang benar pada agama. Atas nama demokrasi standar perbuatan menjadi tak jelas halal haramnya, pergaulan bebas menjadi sesuatu yang lumrah terjadi di tengah masyarakat. Ini semua berpangkal pada rusaknya sistem buatan manusia, sekularisme kapitalisme. Oleh karena itu, tidak ada lagi solusi yang diharapkan selain hanya pada Islam. Karena ia diturunkan Allah Swt., Zat yang Maha Mengetahui segala hal yang dibutuhkan oleh manusia dan berbagai masalah yang menimpanya.

Islam Solusi Mendasar Mengatasi Gangguan Mental

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Aturannya mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi manusia, termasuk problem kesehatan mental manusia. Adapun cara Islam mengatasi problem tersebut, di antaranya:

Pertama, aspek keimanan.

Islam mendorong umatnya agar bertakwa kepada Allah Swt. agar di dalam dirinya tumbuh kesadaran akan hubungannya dengan-Nya. Dengan kesadaran ini ia akan mendekat kepada-Nya di mana pun dan kapan pun ia berada, rasa tenang akan terwujud dalam jiwanya sehingga akan terhindar dari stres dalam menghadapi setiap permasalahan.

Keimanan yang diperoleh berdasarkan proses berpikir melahirkan akidah yang kuat. Ia akan memahami tentang tujuan hidup yang hakiki yaitu akhirat. Dari proses ini setiap perbuatan akan terikat dengan aturan-Nya dan setiap kejadian yang menimpanya adalah ujian dari Allah Swt. dengan salat dan sabar sebagai kuncinya.

Allah Swt. berfirman

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Artinya: "Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al-Baqarah:45)

Dengan keyakinan itu ia akan memandang setiap permasalahan ada solusinya dan tidak akan pernah merasa sendiri, karena Allah senantiasa ada bagi mereka yang bersabar. Bersemangat dan optimis dalam menjalani ujian hidup selalu terhujam pada jiwanya sehingga ia tidak akan mengalami gangguan kesehatan mental.

Kedua, peran negara yang optimal.

Negara yang menjadikan akidah Islam sebagai asas dan aturannya diterapkan secara kaffah akan mewujudkan masyarakat yang jauh dari gangguan mental. Sebab, penguasa dalam Islam akan menjamin segala kebutuhan, sehingga rakyatnya tidak lagi kesusahan dalam mencari nafkah. Dan para ibu akan fokus mendidik dan membimbing anak-anaknya dengan tenang tanpa dihinggapi rasa khawatir dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.

Dalam Islam, negara akan mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar terhindar dari interaksi yang mengundang kemaksiatan seperti khalwat dan ikhtilat. Sehingga tercipta iklim kondusif yang aman dari pornografi-pornoaksi, tindakan asusila, kejahatan seksual maupun nonseksual, dan lainnya. Dari aspek medis, negara akan bertindak cepat dalam menangani kasus gangguan kesehatan mental dengan rehabilitasi medis dan nonmedis yang akan ditangani tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional.

Dalam aspek perundangan-undangan dan hukum, negara akan membuat dan menerapkan hukum yang mencegah terjadinya tindak kejahatan dan sanksi tegas akan diterapkan terhadap pelaku agar ia jera. Diharapkan tidak ada lagi perilaku jahat masyarakat yang menjadikan orang lain mengalami gangguan kesehatan metal atau lainnya.

Khatimah

Inilah gambaran secara umum solusi sistematis yang ditawarkan Islam dalam mengatasi problem gangguan kesehatan mental rakyatnya. Semua itu dilakukan atas dasar kecintaan pemimpin terhadap rakyat sebagai peri'ayah dan pelindung. Namun, solusi tersebut tidak akan mungkin diwujudkan dalam sistem kapitalisme yang menjadi penyebab terjadi gangguan mental.

Wallahu a'lam bishshawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Nining Sarimanah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
NarasiPost.Com, Media dengan Segala Kelebihannya
Next
Bekerja Karena Tuntutan Kemiskinan Atau Syariat Islam?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram