"Moderasi beragama merupakan program sekularisasi serta upaya Barat melanggengkan penjajahan atas negeri-negeri muslim. Karenanya, umat Islam harus bersatu dan sepakat menolak moderasi beragama."
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin suram masa depan sebuah bangsa.”
Kalimat yang menunjukkan betapa pentingnya peranan pemuda dalam setiap zaman. Karenanya, pemuda selalu disorot dan dijadikan target untuk bermacam kepentingan.
Dalam laporan World Population Prospects 2022, diperkirakan jumlah penduduk dunia bakal mencapai 8 miliar jiwa pada November 2022 termasuk di dalamnya kelompok pemuda. Dunia muslim kaya dengan potensi pemuda termasuk Indonesia yang diperkirakan 70% dari populasi adalah kelompok muda atau berusia produktif pada 2045.
Tak heran, Sekjen PBB, Ban Ki Moon, pada 2016 mengatakan kerja sama dengan kaum muda menjadi prioritas bagi seluruh sistem PBB. Sebagai organisasi antarbangsa yang ditujukan untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia, faktanya PBB merupakan kaki tangan AS dan sekutunya. Terlihat dari program utamanya di abad 21 ini yaitu melawan terorisme dan ekstremisme. Sejalan dengan perang melawan terorisme global yang digaungkan AS pasca peristiwa Serangan 11 September 2001.
Rahim Kelahiran Moderasi Beragama
Dalam Plan of Action to Prevent Violent Extremism yang dirilis di laman www.un.org, PBB mendorong negara-negara anggotanya untuk mendukung dan menerapkan strategi penanggulangan terorisme serta ekstremisme. Konsep moderasi beragama erat kaitannya dengan program tersebut.
Moderasi beragama mengajarkan sikap toleransi memandang semua agama sama, bersikap inklusif (terbuka), adaptif terhadap budaya lokal, menerima keberagaman budaya global. Umat beragama harus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, tidak boleh berperilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.
Pemuda Indonesia dalam Arus Moderasi
Sebagai negara anggota PBB, Indonesia pasti ambil bagian dalam strategi global tersebut. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang merupakan lembaga pemerintah mengemban tugas khusus terkait penanggulangan terorisme dan deradikalisasi, menetapkan kebijakan dan mengoordinasikan dengan semua lembaga dalam pengarusutamaan modersi beragama. Gaungnya disosialisasikan berbagai pihak dan memasuki berbagai lini. Terlihat dari berbagai kebijakan di bidang politik, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya.
Bidang Politik
BNPT melakukan perekrutan generasi muda sebagai Duta Damai termasuk menjadi relawan di dunia maya. Mereka menjadi garda depan untuk perdamaian di lingkungan masyarakat, menjalin relasi dengan influencer dan tokoh populer di daerah masing-masing untuk menyebarkan pesan damai melalui konten-konten yang sesuai dengan gaya komunikasi generasi milenial. Termasuk para pemuda yang ditempatkan dalam jabatan tertentu di pemerintahan, mulai dari menteri, staf khusus hingga jubir presiden diarahkan sebagai pelaku-pelaku moderasi beragama.
Bidang Pendidikan
Dalam Kurikulum Merdeka, ide moderasi beragama disusupkan melalui pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila. Kemenag menyusun modul-modul moderasi beragama serta mengader para pemudanya dalam berbagai kegiatan, mulai dari pelatihan motivasi, penunjukkan duta moderasi beragama, aneka lomba seperti ceramah, penulisan, foto, dan video. Buku saku moderasi beragama disiapkan pula sebagai pelengkap amunisi.
Bidang Ekonomi
Pendidikan hanya ditujukan melahirkan lulusan sebagai pelaku-pelaku ekonomi. Hal ini sangat terlihat di jenjang pendidikan tinggi. Melalui penguatan pendidikan vokasi, berbagai kebijakan link and match dalam bentuk kerja sama dengan industri, dunia usaha dan dunia kerja. Akhirnya, para mahasiswa disibukkan dengan akademik untuk menjajal kesempatan masuk dalam dunia industri.
Pondok pesantren tidak luput dari sasaran. Kementerian Perindustrian memberikan berbagai stimulus agar para santri menjadi pengusaha. Mereka didorong ikut andil sebagai penopang pertumbuhan industri, menjadi agen perubahan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam rangka mewujudkan Masyarakat Ekonomi Syariah.
Bidang Sosial Budaya
Pelibatan para pemuda dalam promosi budaya toleransi dan perdamaian juga sangat deras. Dengan bakat komunikasi dan mobilisasi terutama melalui media sosial, suara mereka lebih mudah diterima oleh rekan-rekan seusianya.
Di media sosial, bertebaran sosok influencer yang menyuarakan gaya hidup liberal dan kesetaraan gender. Film dan lagu-lagu mengusung moderasi beragama bertebaran di jagat maya. Aksi panggung stand up comedian atau disebut komedi juga marak. Beberapa kali agama dijadikan konten bahan candaan.
Dibuat Program Percontohan Daerah Binaan yang tersebar di beberapa daerah. Penduduk desanya terdiri dari penganut beragam agama. Ditonjolkan kehidupan mereka yang saling berdampingan dan saling membantu dalam perhelatan perayaan keagamaan sebagai bentuk toleransi.
Bahaya Moderasi Beragama
Tidak diragukan lagi, moderasi beragama adalah racun berbalut madu. Mengajarkan toleransi melampaui batas yang telah digariskan oleh Islam. Islam dikebiri, hanya diberi ruang dalam tataran ibadah ritual sehingga menghilangkan peranan Islam sebagai solusi problematika atau dalam aspek politik.
Umat Islam terpolarisasi karena saling mencurigai. Umat Islam terkapling ke dalam muslim moderat atau muslim radikar. Tidak hanya menciptakan friksi pemikiran, tetapi juga secara fisik.
Sebagai contoh pembatalan Hijrahfest di Surabaya. Dirilis oleh cnnindonesia.com (14/10/2022), pembatalan ini buntut dari protes oleh Pengurus Wilayah NU dan MUI Jawa Timur. Penyelenggara dipandang mencatut logo NU tanpa izin dan diduga beberapa dari penyelenggaranya terkait dengan organisasi yang berbeda dengan pemahaman moderasi beragama. Rapat Kerja Nasional PBNU pada 25-27 Oktober 2022 lalu, merekomendasikan agar pemerintah melarang penyebaran paham Wahabi dan tidak mengeluarkan izin festival HijrahFest atau HijabFest. Kajian keislaman di masjid-masjid perkantoran yang bertentangan dengan komitmen pemerintah yaitu membangun moderasi beragama tidak boleh dibiarkan. (cnnindonesia.com, 29/10/2022)
Terlihat jelas ada jejak historis, politis, dan ideologis dalam program moderasi beragama. Tujuannya agar umat Islam terus diadu domba dan pelakunya adalah Barat. Kondisi ini sudah Allah tegaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 120, bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah berhenti membuat makar untuk menghancurkan umat Islam.
Moderasi beragama merupakan program sekularisasi serta upaya Barat melanggengkan penjajahan atas negeri-negeri muslim. Karenanya, umat Islam harus bersatu dan sepakat menolak moderasi beragama.
Khatimah
Allah Swt menjelaskan agama yang diterima di sisi Allah hanya Islam dan sudah sempurna, termasuk dalam konsep toleransi. Tanpa perlu diembel-embeli dengan moderasi, Islam sudah menyatukan umat beragam bahasa, suku, budaya dan keyakinan dalam naungan sistem Islam selama ratusan tahun. Lebih dari 800 tahun pemeluk Islam, Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dengan tenang dan damai di Spayol. Muslim dan Hindu hidup rukun selama ratusan tahun di wilayah India selama dinasti Ummayah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah. Umat Islam dan Kristen di Mesir hidup rukun ratusan tahun sejak Khulafaur Rasyidin.
Pada hakikatnya umat Islam tidak membutuhkan moderasi beragama, sebaliknya umat butuh kembali pada Islam kaffah yang mengajarkan cinta pada tanah negeri dengan cara mengelola berdasarkan hukum Allah. Dalam surah Al Maidah ayat 3, Allah menegaskan Islam agama sempurna artinya Islam tidak memerlukan lagi aturan-aturan dari ideologi lain. Dakwah Islam kaffah harus dideraskan untuk memahamkan umat Islam agar waspada terhadap ancaman moderasi agama. Lalu, berjuang mewujudkan keadilan, kesejahteraan, keamanan dan kedamaian hakiki dengan menerapkan sistem Islam kaffah sebagai satu-satunya solusi.[]