Sistem Islam Menjamin Kesehatan Rakyatnya

"Kebiasaan pola hidup sehat ini tentu sangat beralasan karena sehebat apa pun penemuan dalam teknologi kesehatan, hanya akan efektif menyehatkan masyarakat bila mereka sadar hidup sehat, lalu penguasa membangun infrastruktur pencegah penyakit dan juga fasilitas bagi yang terlanjur sakit"

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sudah menjadi tabiat kapitalisme, bahwa pelayanan yang bersifat umum dan menjadi hajat bersama seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan bukanlah pelayanan jasa gratis. Kalau pun terkesan "gratis", pasti karena adanya anggaran subsidi untuk golongan tertentu dan hanya bersifat sementara atau insidental. Dana subsidi itu sendiri sudah pasti berasal dari rakyat melalui pajak atau pungutan lainnya.

Jika ingin mendapatkan pelayanan pendidikan semisal sekolah dengan mutu dan fasilitas yang baik, harus merogoh kocek lebih dalam karena biasanya didirikan oleh yayasan pendidikan swasta atau pondok pesantren modern. Pun dalam pelayanan kesehatan, rakyat harus ikut iuran asuransi jaminan kesehatan agar mendapatkan pelayanan yang dianggap gratis, padahal pelayanan tersebut berbayar dengan premi tiap bulannya. Untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik, rujukannya tetap pada rumah sakit yang berkelas dan lagi-lagi biasanya dimiliki swasta atau asing.

Tidak jauh berbeda dengan sarana fasilitas pelayanan kesehatan, penyediaan obat-obatan medis pun terkendala harga yang mahal, kalau pun ada obat murah jenis generik tentu sekadar pelayanan minimalis untuk pasien masyarakat bawah. Mereka yang ingin mendapatkan obat-obatan dengan kualitas terbaik harus dibeli di apotik tertentu yang tentu ada link dengan dokter yang memberikan resepnya.

Mahalnya harga obat-obatan medis erat kaitannya dengan keberadaan industri farmasi yang masih didominasi oleh para kapitalis, peran negara hanya sekadar mengatur regulasi yang itu pun masih bisa dikendalikan oligarki. Pasokan kebutuhan obat-obatan medis masih sangat bergantung pada industri farmasi dunia yang dikuasai para kapitalis global semisal Pfizer yang dimiliki Jeffrey B. Kindler, Johnson& Johnson yang dimiliki William C . Weidiing, dan Severin Schwan bosnya Roche.

Fenomena Gagal Ginjal Akut

Saat ini heboh diberitakan tingginya angka kematian balita yang mengalami gagal ginjal akut. Berdasarkan data Kemenkes RI, per 22/10/2022, sebagaimana dikatakan Menkes Budi Gunadi Sadikin, dari 241 kasus gagal ginjal akut di 22 Provinsi, tercatat 133 kematian yang diduga karena adanya senyawa kimia pada obat sirop anak. Senyawa kimia tersebut diketahui bernama etilen glikol (EG), dietilen glikol dan etilen glikol butyl ether (EGBE).

Para ahli kesehatan mengidentifikasi kandungan etilen glikol pada 18 obat sirop yang diuji, sebanyak 15 di antaranya mengandung etilen glikol, yaitu senyawa organik sebagai bahan mentah dalam pembuatan fiber poliester, industri pabrik, serta polietilena tereftalat (PET) untuk bahan pembuatan botol plastik. Sebagaimana diketahui senyawa ini dipakai untuk bahan campuran pendingin mesin, karena titik bekunya sangat rendah dan titik didihnya lebih tinggi daripada air. Jenis senyawa ini tak berwarna dan tak berbau.

Sistem Kesehatan dalam Islam

Fenomena gagal ginjal akut di atas menandakan buruknya sistem kapitalisme yang telah gagal dalam mengatur urusan rakyat, karena berasaskan kehidupan yang sekuler dan ekonomi yang hanya berdasarkan nilai manfaat. Dunia harusnya melirik kembali pada aturan sistem Islam yang dalam sejarah peradaban manusia, mampu menorehkan prestasi gemilang di bidang kesehatan dan teknologi kedokteran. Menurut Prof. Dr. Ing Fahmi Amhar dalam sebuah tulisannya, mengungkapkan bahwa sistem kesehatan Islam setidaknya dapat dilihat dari rinciani tiga aspek berikut ini:

Pertama, tentang kebiasaan atau pola hidup sehat. Dalam hal ini Rasulullah saw. telah banyak memberikan contoh pola hidup sehat sebagai kebiasaan hidup sehari-hari untuk mencegah penyakit. Seperti contohnya menjaga kebersihan; makan setelah lapar; dan berhenti sebelum kenyang; lebih banyak makan buah (saat itu buah paling tersedia di Madinah adalah rutab atau kurma segar); mengisi perut dengan sepertiga makanan, sepertiga air dan sepertiga udara; kebiasaan puasa sunah Senin-Kamis; mengonsumsi madu, susu kambing atau habatusauda, dan sebagainya.

Kebiasaan pola hidup sehat ini tentu sangat beralasan karena sehebat apa pun penemuan dalam teknologi kesehatan, hanya akan efektif menyehatkan masyarakat bila mereka sadar hidup sehat, lalu penguasa membangun infrastruktur pencegah penyakit dan juga fasilitas bagi yang terlanjur sakit. Begitu pun penyediaan tenaga kesehatannya juga harus orang-orang yang profesional dan memiliki integritas.

Kedua, adalah kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan. Rasulullah saw. dalam mengedukasi masyarakat menunjukkan persetujuannya pada beberapa teknik pengobatan yang dikenal saat itu, semisal bekam atau meminumkan air kencing unta pada orang Badui yang menderita demam. Rasulullah saw. menjadikan seorang tabib atau dokter yang dihadiahkan Raja Mesir kepada dirinya sebagai dokter yang melayani kesehatan masyarakat. Tabib atau dokter tersebut tentu masih nonmuslim saat belajar medis, namun karena pengetahuan kedokteran termasuk perkara ilmu yang bersifat umum, berlaku hadis Rasulullah saw.: "Antum a’lamu bi umuri dunyakum (Kalian lebih tahu urusan dunia kalian).”

Sekali pun hadis tersebut konteksnya terkait dengan teknik penyerbukan kurma di dunia pertanian, namun telah dipahami oleh generasi muslim terdahulu berlaku pula untuk teknik pengobatan. Dengan taraf berpikir yang kreatif dan inovatif seperti itu menjadikan kaum muslim benar-benar memimpin dunia di bidang kedokteran, baik secara preventif maupun kuratif, baik di teknologinya maupun manajemennya beberapa abad lamanya.

Ketiga, adanya jaminan negara agar rakyatnya selalu sehat, kalau pun ada yang sakit segera diobati dengan pelayanan yang serba mudah, bahkan pada masa Khalifah Sultan Mahmud (511-525 H), sampai mendirikan rumah sakit keliling dengan fasilitas yang lengkap untuk menjangkau rakyat di seluruh pelosok agar mendapatkan pelayanan kesehatan gratis namun tetap yang terbaik. Fungsi negara sangat dominan dalam menjamin kesehatan rakyatnya jangan sampai ada penyakit yang belum terdeteksi dan rakyat sakit yang tidak segera terobati.

Wallahu'alam bish Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Halloween in Saudi: Scary Event for Moslem
Next
NarasiPost.Com, Media dengan Segala Kelebihannya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram