Petaka Halloween, Bukti Terkikisnya Akidah Umat Islam

”Penerapan sistem sekularisme terbukti membuka celah perayaan Halloween di negeri-negeri muslim. Hal ini akan terus mengiringi kedangkalan berpikir dan berimbas pada pengikisan akidah umat Islam.”

Oleh. Wa Ode Mila Amartiar
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sangat disayangkan, perayaan Halloween yang semula untuk kesenangan belaka justru berujung petaka. Tragedi perayaan Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan yang berlangsung pada Sabtu, 29 Oktober 2022, menewaskan 151 korban jiwa, 86 orang luka-luka, dan ratusan orang dilaporkan hilang. Insiden ini terjadi akibat membludaknya para pengunjung, sehingga menyumbat gang sempit di distrik Itaewon pada malam itu. Menurut saksi mata, musibah yang terjadi di jantung kota Seoul tersebut dipicu akibat adanya bentrok di tengah kerumunan massa. ( Detiknews, 30/10/2022)

Korea Selatan adalah negara yang menganut ideologi kapitalisme. Tragedi ini kembali menyadarkan kita, dampak buruk akibat sistem sekularisme. Pemujaan terhadap gaya hidup liberal (bebas) dan hedonis, membuat generasi muda tidak tahu tujuan hakiki kehidupan, sehingga mereka terjebak gaya hidup bersenang-senang. Terbukti, perayaan Halloween ini tidak memiliki nilai positif, sebaliknya banyak generasi muda menjadi korban dalam kondisi sedang berpesta pora dan berujung pada kesia-sian. Tragedi Halloween di Itaewon dan tragedi Kanjuruhan di Indonesia seharusnya menjadi pelajaran bagi kita, betapa kerumunan demi kesenangan semata sangat rentan dengan tragedi mengenaskan.

Sihir Liberalisme di Balik Perayaan Halloween

Tragedi Halloween yang menimpa Korea Selatan tersebut mendapat sorotan bersamaan dengan perayaan Halloween di Arab Saudi baru-baru ini. Bagaimana tidak, Arab Saudi merupakan negara yang memiliki dua kota suci, Makkah dan Madinah, serta Ka’bah sebagai kiblat umat muslim dunia. Negara dengan mayoritas penduduknya umat muslim kini justru semakin menunjukkan perubahan ke arah yang lebih moderat, sejak pangeran Mohammed bin Salman diangkat sebagai putra mahkota. Semakin ke sini banyak terobosan dan gebrakan yang ditetapkan jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Pasalnya, untuk pertama kalinya, pada 27-28 Oktober 2022, perayaan Halloween berlangsung di Boulevard Riyadh. Serentak Boulevard Riyadh disulap menjadi tempat penyelenggara “Scary Event” dan warga berkumpul memakai berbagai kostum setan yang sesuai dengan tema Halloween ala Barat. ( CNN Indonesia, 1/11/2022)

Adanya perayaan Halloween memantik reaksi umat muslim, khususnya dari internal warga Arab. Tidak sedikit dari mereka yang menentang adanya budaya dan nilai-nilai dari luar Islam yang berkembang di negerinya. Apalagi jelas-jelas perayaan ini tidak mencerminkan identitas agama Islam. Sayangnya, warga Arab yang menentang hanya bisa pasrah saat pemimpin mereka mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah pada sekularisasi, liberalisasi, kapitalisasi, dan westernisasi di negeri mereka. Hal ini tentu saja akan menyeret umat muslim untuk bergaya hidup ala Barat akibat lemahnya pemikiran mereka.

Tidak bisa dimungkiri bahwa mengikuti perayaan orang kafir merupakan suatu bentuk loyalitas dan sebagai wujud rasa kagum atas tradisi mereka. Padahal dalam Al-Quran surah Al-Mumtahanah ayat 1, Allah Swt. jelas melarang umat muslim menjadikan musuh-musuh Islam sebagai teman setia, sebab keingkaran mereka kepada syariat Islam. Sungguh menyedihkan, saat kafir Barat secara nyata menjajah negeri-negeri muslim, ide dan gaya hidup mereka malah dijadikan rujukan oleh umat muslim.

Miris, ketika dahulu Nabi Muhammad saw. berusaha mengeluarkan kaum Arab dari jahiliah, kini mereka membawa kembali tradisi itu. Semua ini menjadi bukti bahwa sekarang Arab Saudi telah terkena virus liberalisme, sehingga mereka rela menjadi budak gaya hidup bebas yang diusung Barat.

Sejarah Halloween

Halloween tak terlepas dari perayaan tahun baru bangsa Celtic yang hidup di daerah Eropa sekitar 2000 tahun lalu. Perayaan ini dilaksanakan pada 1 November yang menandai akhir musim panas dan awal musim dingin yang gelap. Bagi mereka musim dingin sering dikaitkan dengan kematian manusia.

Bangsa Celtic percaya bahwa pada 31 Oktober (sebelum tahun baru bagi mereka) batas dunia antara manusia dan roh menjadi kabur. Demi melindungi diri dari roh-roh jahat, pada malam itu mereka merayakan Samhain, yakni peringatan hantu orang mati yang kembali ke bumi. Selama perayaan ini, bangsa Celtic wajib mengenakan kostum yang biasanya terdiri dari kepala dan kulit binatang, sambil menyalakan api suci yang dipercayai dapat melindungi mereka selama musim dingin nanti.

Hingga pada abad ke-8, Paus Gregorius III menetapkan 1 November sebagai waktu untuk menghormati semua orang kudus (All Saints Day) dengan mengadakan beberapa tradisi Samhain. Tradisi ini sekarang kita kenal sebagai All Hallowa Eve atau populernya disebut hari Halloween.

Seiring waktu, Halloween berkembang menjadi kegiatan perayaan yang identik dengan pesta kostum menyeramkan, mengukur labu, aneka dekorasi horor, dan permainan trick on treat. Perayaan ini biasanya dirayakan setiap tahun, pada tanggal 31 Oktober dalam tiga hari berturut-turut. ( Akurat.co, 1/11/2022)

Dapat disimpulkan bahwa Halloween merupakan perayaan yang lahir dari tradisi orang-orang kafir (tradisi Barat). Lantas, bagaimana hukum merayakan Halloween dalam syariat Islam?

Perayaan Halloween Menurut Syariat Islam

Terlepas dari siapa tokoh pencetusnya dan bagaimana sejarah lahirnya, keterangan di atas memberikan kesimpulan kepada kita bahwa Halloween dimeriahkan secara berkala setiap tahun oleh orang kafir Barat. Meskipun acaranya hanya sebatas main-main, tanpa ada unsur ritual ibadah sekalipun, namun isinya dihiasi dengan gambar yang melambangkan pasukan setan dan iblis, jelas-jelas itu adalah musuh umat muslim.

Ketika Rasulullah Muhammad saw. datang ke Madinah, saat itu penduduknya memiliki dua hari raya di masa jahiliah, lalu Beliau saw. bersabda, “…Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa jahiliah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idulfitri dan Iduladha.” (HR. An-Nasai dan Ahmad)

Islam telah menetapkan dua hari raya bagi seluruh umat muslim, yakni Idulfitri dan Iduladha. Oleh karena itu, sudah sepatutnya umat muslim memeriahkan dua hari raya ini sebagai anjuran dan bukti ketaatan yang totalitas pada Allah Swt. dan Rasulnya.

Menurut kaidah baku dalam syariat bahwa segala sesuatu yang diperingati secara berkala, maka itu termasuk hari raya, meskipun tidak ada unsur ritual atau ibadah kesyirikan di dalamnya. Dalam syariat Islam bahwa segala sesuatu atau peringatan yang berkaitan dengan orang kafir maka itu dilarang. Sementara dalam ilmu fikih, kegiatan orang kafir mengusung konsep tasyabbuh. Secara terminologi tasyabbuh artinya menyerupai orang-orang kafir dalam hal akidah, perayaan, ibadah, kebiasaan, dan setiap hal yang menjadi ciri khas bagi mereka.

Dalam hal ini, Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda dalam riwayat Abu Daud, “Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.”

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Keserupaan dalam perkara lahiriah, bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir.” (Majmu’ Al-Fatawa, 22:154)

Sesungguhnya meniru gaya (tasyabbuh) orang kafir secara lahiriah akan mewariskan kesetiaan dan kecintaan dalam batin. Begitu pula kecintaan dalam batin akan mewariskan tasyabbuh secara lahiriah.

Menurut ulama besar, Syekh Utsman Al Khomis menyatakan bahwa seorang muslim yang ikut merayakan Halloween termasuk suatu kebodohan, dan sebagai bentuk kehilangan identitas atau kepribadiannya sebagai seorang muslim.

Meskipun kita tinggal di negeri mayoritas orang kafir sekalipun, kita dilarang untuk ikut dalam hari raya mereka. Terkait hal ini, Abdullah bin Amr bin Ash menyatakan, “Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan, dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”

Turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya sekadar bermain-main tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang terlarang karena terkesan sebagai bentuk dukungan atas perayaan mereka.

Sejak Daulah Islam runtuh, tidak ada yang menjaga akidah dan memberikan perlindungan kepada umat muslim. Umat kehilangan arah, terombang-ambing dalam kesesatan, dan kebingungan yang diciptakan oleh penguasa sistem sekuler. Umat muslim mudah terpengaruh oleh gaya hidup Barat tanpa memandang halal haram, hanya demi kesenangan semata.

Penerapan sistem sekularisme terbukti membuka celah perayaan Halloween di negeri-negeri muslim. Hal ini akan terus mengiringi kedangkalan berpikir dan berimbas pada pengikisan akidah umat Islam. Sistem Islam tegas melarang adanya kebebasan yang kebablasan seperti ini. Hukum Islam sifatnya mengikat setiap perbuatan kaum muslim dengan mengatur pergaulan dan interaksi laki-laki dan perempuan.

Kebijakan yang dibuat selalu berupaya menjaga akidah umat dalam bingkai negara, sehingga tak akan ada celah sedikit pun bagi perayaan yang bisa menggerus akidah generasi muslim. Terutama perayaan Halloween, akan dilarang secara mutlak karena konten dan aktivitasnya jelas-jelas melambangkan kebesaran iblis dan pasukannya.

Khatimah

Sebagai umat muslim, sudah sepatutnya kita taat kepada syariat Islam dan menjauhi segala larangan Allah Swt., salah satunya ikut andil dalam perayaan Halloween. Rasulullah Muhammad saw. telah memperingati kita dalam hadis sahih riwayat Al-Bukhari, “Kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak, kalian pasti akan mengikutinya. Kami bertanya; Wahai Rasulullah, apakah yang Baginda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab; Siapa lagi kalau bukan mereka?”

Hadis di atas menunjukkan kondisi umat saat ini yang mulai terkikis akidahnya dan mulai jauh dari agamanya. Banyak negeri-negeri muslim tanpa disadari, sejengkal demi sejengkal mereka mulai mencampakkan syariat Islam dan justru bangga mengikuti kebiasaan kaum jahiliah. Semua ini terjadi akibat para penguasa di negeri mereka tidak mau menerapkan hukum Allah Swt. Maka, tidak ada cara lain selain kembali menerapkan sistem Islam kaffah sebagai solusi atas segala kerusakan yang terjadi pada umat muslim saat ini.
Wallahu a’alam bishawab.[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Menakar Bahaya Second Home Visa
Next
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Mubazir!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram